Ngamuk

285 40 23
                                    

Keysa masuk ke dalam kelas dengan santai. Melempar tasnya asal, naik ke atas meja dan turun lagi, duduk dengan nyaman di bangku miliknya.

Plak.

"Aduh." Keysa mengaduh kesakitan merasakan keningnya mulai panas. Mendongak, menatap Kayvi dengan wajah terbengong.

"Lo cewek gak ada bagus-bagusnya ya."

Keysa cemberut. 

Kayvi menggelengkan kepala. "Gimana quality timenya?"

Keysa mengangguk mengacungkan jempol. "Lancar dan seru."

Kayvi memicingkan matanya menatap sahabatnya itu

"Apa?!" tanya Keysa tak santai.

Kayvi semakin memicingkan matanya. "Lo ...—"

"Apasih?"

"Lo gak kangen sama gue kan?"

Keysa memutar bola matanya malas. "Ge'er."

Kayvi malah tertawa menopang dagunya. "Kali aja, Key. Gue kan ngangenin," ucapnya menaik turukan alis menggoda. 

"Huek." Keysa berpura-pura mual, lalu mengabaikan sahabatnya itu. 

"Sebegitu ganteng kah gue, sampai lo mah muntah kayak gini?"

"GILA," teriak Keysa.

"SANTAI DONG," balas Kayvi berteriak.

"LO JUGA TERIAK."

"GUE TERIAK KARENA LO TERIAK." balas Keysa tak mau kalah.

"GUE JUGA MAU TERIAK!!"

Keysa dan Kayvi menoleh ke depan melihat Irene yang memasang wajah polos setelah berteriak mengalahkan suara mereka.

Keduanya saling menatap sebentar, kemudian kembali menatap Stavy.
"GGGGIIIILLLLLAAAAA!!!!!!"

Irene menutup telinganya. Membuka sepatu, menarik kaos kaki dan segera menyumpal mulut lebar Kayvi dan Keysa.

Keduanya langsung terdiam.

Satu

Dua

Ti ....

Sadar, Kayvi dan Keysa segera melempar kaos kaki itu dan mengenai Stavy yang baru saja masuk. Irene tertawa jahat. Segera melompat dari atas meja dan lari ke luar kelas.

"IRENE GILAA!!" teriak keduanya lagi. 

Stavy mengeram kesal membuang kaos kaki itu. "LO BERDUA YANG GILA!! GUE BARU DATANG UDAH LO LEMPAR KAOS KAKI. MANA KAOS KAKINYA BAU BANGET LAGI!!"

Keysa dan Kayvi langsung terdiam.

Teriakan Stavy lebih kuat dan merdu. Tiba-tiba Irene muncul, merebut kaos kaki itu dan lari lagi ke tempat duduk. Stavy menatapnya dengan bingung.

"Selamat pagi anak-anak."

Pantas.

Stavy segera duduk lagi di samping Irene. Bergidik ngeri, menutup hidungnya mencium bau tak enak yang berasal dari kaos kaki sahabatnya itu. Keysa dan Kayvi ikut kebauan.

Irene malah ikut menutup hidungnya. "Stavy, lo bau banget sih!!"

Stavy langsung mengeluarkan tatapan tajamnya. "Kaos kaki lo yang bau bangkai. Lo gak cuci ya?!"

"Baru juga 2 bulan."

"Apa?!"

"Stadiva, jangan teriak-teriak. Kalau mau teriak ke hutan."

Fam(ily)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang