Mati.

238 43 17
                                    

Keysa bersenandung kecil melangkahkan kakinya di trotoar jalan. Menatap lampu-lampu jalan serta motor dan mobil yang berlalu lalang. Ia masih berada di luar. Sehabis pulang dari pantai menikmati senja. Diselimuti hoodie yang Kayvi berikan tadi siang.

Keysa sangat suka angin malam hari ini. Walau nanti ia sudah bisa menebak akan masuk angin. Jarang-jarang ia bisa keluar malam sendiri seperti ini. Apalagi seharian bermain di pantai seorang diri.

Biasanya akan ada Kay—

"Pake."

Keysa mendongak menatap seorang menyodorkan sebuah helm kepadanya. Memicingkan mata menatap mata yamg hanya terlihat karena tertutupi dengan helm yang orang itu gunakan. "Kayvi"

"Hm. Cepet pake!!"

Keysa mendesah kecil, baru saja ia ingin menikmati angin malam, pengganggu sudah datang. Dengan terpaksa ia memakai helmnya dan naik ke atas motor Kayvi yang langsung melajukan motornya.

Keysa melingkarkan tangannya di pinggang Kayvi, menyadarkan lehernya di punggung tegap itu.

Kayvi meliriknya dari kaca spion. "Udah makan?"

Keysa kini menyenderkan kepalanya dipundak Kayvi. "Apa? Gue gak denger."

"Udah makan?"

Keysa mengangguk kecil.

Kayvi berbelok memasuki kawasan rumah Keysa. Berhenti tepat di depan pagar yang menjulang tinggi. Keysa langsung turun dan berjalan membukakan pagar.

"Gue pergi dulu."

Keysa langsung berbalik menatap protes. "Gak mampir dulu?"

Kayvi menggeleng dan segera memutar motornya.

Brumm.

Keysa menghela napasnya kembali membukakan gerbang. Masuk ke dalam rumah dan menutup pagar lagi. Memasuki rumah yang selalu saja sepi.

"Non Keysa baru pulang? Kok gak ngabarin bibi? Bibi khawatir non Keysa kenapa-napa tadi."

Keysa tersenyum mendengar pertanyaan bertubi-tubi itu. "Keysa gapapa, Bi. Maaf ya, Keysa gak ngabarin tadi. Makasih juga bibi udah khawatir."

Bibi mengangguk kecil mengusap lengan Keysa.

"Kak Albi belum pulang?"

Bibi menggeleng.

Keysa menghela napasnya. "Kalau udah punya pacar aja, gak ingat pulang."

Bibi tampak tersenyum pengertian. "Kenapa Non Keysa harus murung gini? Kan masih ada bibi. Bibi bakal temenin Non Keysa sampai Den Albi pulang."

Keysa menekuk bibirnya sedih.

Bibi kembali mengelus lembut lengan Keysa. "Non Keysa mandi dulu deh. Biar bibi bikinin susu coklatnya."

Keysa mengangguk berjalan menuju kamarnya. Menutup pintu itu dengan perlahan, membaringkan tubuhnya dengan mata yang menatap langit-langit kamar. "Coba aja rumah rame. Gue gak bakal ngerasain sepi kayak gini. Si Kayvi pake pulang lagi."

Mendengus kesal, Keysa menendang tepi kasurnya dengan geram. "Ini semua karena Kak Albi punya pacar!! Dasar Cwen iblis!!"

Keysa kembali mendengus kesal memukul kasurnya sekuat tenaga. Merasa lelah, ia berdiri mengambil pakaian dan masuk ke dalam kamar mandi.

20 menit Keysa sudah selesai.

Rambutnya ia gulung menggunakan handuk. Duduk di kursi meja riasnya, Keysa menopang dagunya menatap pantulan wajahnya sendiri. Mengeram kesal, ia mengepalkan tangannya. "Uh, ... kenapa lo harus hidup sih?!"

Fam(ily)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang