Pagi ini, semua terasa canggung di dalam mobil. Baik Keysa maupun Albi sama-sama memilih diam. Masih berperang dengan hati dan pikiran masing-masing.
Sampai di sekolah, Keysa langsung keluar dari mobil tanpa mengatakan apapun pada sang kakak. Masker hijau serta kacamata bening mungkin mampu menyamarkan matanya yang sedikit membengkak.
Nyatanya, Keysa tak sekuat yang ia pikirkan.
"Keysa."
Keysa mendongak, menatap pria di hadapannya itu dengan malas. Mencoba mengabaikan, ia melenggang pergi. Tapi pria itu langsung menahan membuatnya berdecak kesal.
"Papa antar ke kelas Keysa ya."
Keysa menepis tangan itu, berjalan begitu saja tanpa menjawab tawaran dari papanya itu.
Tentu saja perhatian tertuju pada mereka.
Untuk pertama kalinya, Keysa menampakkan sosok papanya di lingkungan sekolah. Keysa pikir, ia harus bangga dengan hal ini, tapi sepertinya ia merasa sangat malu dan kesal.
Sampai di kelas, Keysa langsung masuk tapi lagi-lagi sebuah tangan menahannya. "Lepasin!!"
Pria itu menarik Keysa lembut untuk kembali keluar dan berdiri di ambang pintu.
Sergio tersenyum, melirik ke dalam kelas. "Eh, Keysa dapat kelas pertama di IPA? Putri Kecil Papa hebat." Ia semakin tersenyum mencubit pipi gadis itu.
Keysa tentu saja risih dan segera menepis tangan itu. Walau ia sangat senang papanya kembali memperlakukannya seperti putri kecil.
Keysa sangat suka saat seseorang memanjakannya. Tapi ini di sekolah, banyak orang yang lihat, Keysa sangat malu. Keysa melipat tangannya di depan dada, matanya memandangi apa saja selain wajah papanya itu.
Hati Keysa memekik setiap melihat wajah yang sangat ia rindukan itu. Tapi lagi-lagi perkataan Sergio semalam membuatnya merasa kecil hati, belum lagi Keysa tidak boleh merepotkan orang lain, seperti yang dikatakan Andara kemarin.
Untuk pertama kalinya Keysa memikirkan ucapan orang lain sampai seperti ini.
"Key—"
"Langsung ke intinya aja."
Dingin dan cuek.
Sifat asli Keysa sudah keluar.
"Keysa masih marah sama—"
"Cuma nanya itu doang? Gak penting banget sih." Keysa berdecak kesal, berniat masuk tapi Tn. Sergio lagi-lagi menahan.
"Nanti Keysa pulang sama siapa?"
"Bukan urusan papa!!" Keysa kembali menepis tangan itu.
"Keysa gak boleh ngomong gitu. Gak sopan, Sayang."
Keysa memutar bola matanya malas. "Mending sekarang papa pergi dari sini. Keysa enek lihat muka papa."
"Nanti papa yang jemput ya."
Keysa menggaruk telinganya frustasi.
"Pliss, papa pergi sekarang. Keysa malu dilihatin temen-temen!!""Keysa terima dulu tawaran papa."
"Keysa bisa pulang sendiri. Gak perlu dijemput!!"
"Key, apa salahnya sih papa jemput Keysa? Lagian Keysa juga pulang sendirikan? Nanti kalau Keysa dijahatin—"
"Apa peduli papa?!"
"Tentu saja papa peduli, Key, kamu itu Putri Kecil papa. Papa gak mau—"
"Bukannya Cwen?!"
![](https://img.wattpad.com/cover/226355334-288-k925654.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fam(ily)
Teen FictionIni Kisah Keysa. Yang tidak pernah merasakan masa 'jomblo'. Karena setiap putus dari pacarnya, Keysa masih punya tiga cadangan. -Galava. -Kayvi. -Albivaran(?) *Ini bukan short story yang masalahnya selesai satu chapter aja. *Walau setiap chapter p...