00 - PROLOG

6.8K 325 69
                                    

Hai semua readers, selamat datang ke cerita pertama ku !!.

Aku harap kalian dapat menikmati alur nya.

kritik or saran ? itu yang aku tunggu !! ini hanya pemula okey ? kesalahan terdapat di cerita Laskar ? itu wajar !! krisar mu dapat membantu ku berkembang, thank you ♡.

⛓️H A P P Y R E A D I N G⛓️

***

Mesin pendeteksi jantung berbunyi normal.

Kesunyian mendominasi ruang bercat putih itu, Laskar terbaring lemah di atas ranjang putih, berbagai alat medis menghiasai tubuh nya, semua tau itu siksaan walau dalam bawah sadar.

Maya yang sedari tadi duduk di samping Laskar menggenggam erat tangan Laskar yang tak ter pasang infus. Air mata Maya berderai, membasahi pipinya yang mulus.

"Kar, lo harus bangun Kar, lo pasti dengar gue kan ? ini gue, Maya." lirih gadis itu.

Maya mencium tangan Laskar dengan lembut, mengelus telapak tangan lelaki itu dengan harapan dia akan segera terbangun detik ini juga.

Ya, detik ini.

Namun, tampak nya takdir berkata lain, beberapa saat kemudian mesin itu menunjukkan garis lurus, bunyinya juga tak sama dengan bunyi sebelumnya, bunyi seakan jantung Laskar berhenti berdetak.

Tit ___ Tit ___

Maya menoleh, menatap nanar mesin itu lalu mulai berteriak histeris, tak percaya dengan penglihatan dan pendengarannya, gadis itu menggeleng kuat, lalu berdiri dari duduk nya.

"Dokter !!! Dokter !!! Suster !!! Laskar !!!!, no no no no no, bangun please ! Jangan tinggalin gue !! Laskar !!." dia menggeleng lagi, mengguncang bahu Laskar, berharap dengan ini lelaki itu bisa kembali.

Beberapa detik kemudian dokter datang dengan dua orang suster yang membawa alat-alat medis. Dengan membabi buta Maya menarik tangan dokter itu, memberi dorongan agar dokter tersebut melakukan tindakan dengan segera.

"Dok Tolong, tolong selamatkan Laskar !" Air mata Maya semangkin deras. Dokter segera mengambil tindakan, Dokter itu mengangguk, lalu mengisyaratkan agar Maya tidak menggangu diri nya dulu.

Maya paham dengan isyarat itu, dia segera menyingkir dari hadapan sang dokter, menggenggam tangan sendiri, Maya menggigit bibir bawah nya, takut dengan segala pikiran bodoh yang mulai menghujani otak nya.

Stop !, itu hanya efek dari ketakutan mu Maya !.

Kuat nya pada diri sendiri.

"Alatnya sus !" salah satu suster memberi alat pengejut jantung, Maya berdoa dalam hati, memohon pada Tuhan, dia tak siap kehilangan Laskar, sungguh.

Pintu terbuka, Cakra terkejut melihat semua ini, dia menghampiri Maya, Cakra tau seberapa terguncang perempuan disampingnya ini, disela isakan Maya menyadari kehadiran Cakra.

Gadis itu kembali histeris, menatap Cakra dengan sorot seribu arti.

"Cak !! Laskar Cak !! Laskar !!!" kembali terisak, tangan Maya semakin bergetar. Mata Cakra mulai basah, dia menangis, merangkul Maya, berharap gadis itu bisa tenang dalam rangkulan nya, walau sesaat atau tidak sama sekali.

Sudah dua kali benda itu membuat dada Laskar naik lalu turun, namun keadaannya tetap sama, dokter mencoba sekali lagi namun ...

oh God, apa ini yang di namakan takdir ?

Ternyata realita tak selalu sama dengan harapan, Laskar sudah tiada, Laskar meninggalkan Maya, Maya bergeming.

"Cak, Laskar ... Cakra !! KAR !" Jerit nya lagi, Maya menatap Cakra, lalu mengalihkan pandangan nya pada Laskar.

Maya menggeleng lagi.

Lelaki yang membuat hari nya lebih berwarna itu telah pergi, tak bisa dia temui lagi di mana pun dan kapan pun, tidak ada lagi Laskar yang keras kepala, Laskar yang membuat nya emosi, Laskar yang lucu dengan cara nya, Laskar yang selalu membuat Maya bahagia dengan cara lelaki itu sendiri.

"Maaf kan saya." tiga kata dari dokter itu, berhasil membuat dunia Maya runtuh dengan sempurna.

"Wah !!, dokter bercanda nih !!" Maya menggeleng, dia tertawa, menghampiri tubuh Laskar yang lemah, Cakra mematung, tak bisa berbuat apa-apa, dia sendiri terpukul.

"Laskar ... Gralikqus Laskar Lexander ... Bangun !! Wake up !! KAR !! lo jangan ngeprank gue !! Kar, BRENGSEK LO KAR !! LO NINGGALIN GUE ! Laskar !!" Maya menghentak an tangan nya pada brankar, tidak perduli jika sekarang tangan nya terasa sakit, namun sakit itu bukan apa-apa di banding kehancuran nya saat ini.

"Hei Laskar ... hei ..."

"Bangun hei ..."

"Laskar ..."

"Plis hei ... Kar ..."

Untuk kesekian kali nya Maya menggeleng.

"Ga boleh pergi hei ..."

"A-aku di sin-ni hei ... bangun k-kamu"

Air mata Maya mengalir semangkin deras, dia menguncang pelan tubuh lemah Laskar, lalu mencium kening pria yang dicintainya itu, air matanya membasahi kening Laskar. Maya menggenggam tangan Laskar erat dengan sisa-sisa tenaga yang dia punya.

"Bangun, please..." bisiknya tepat ditelinga Laskar.

"Tolong, tolong bangunin Laskar Tuhan ..."

"Jangan ambil Laskar Tuhan ..."

"Maya m-mohon."

Mata Maya masih meneteskan air bening, tapi mulutnya sedikit tersenyum. Dia berharap Laskar kembali bangun, dia takut kehilangan Laskar, dia tak siap dengan semua itu, Laskar harus bangun, Laskarnya harus bangun, Laskarnya Maya.

"Bangun buat gue Kar, tolong ... "

"J-jangan ambil L-laskar Tuhan ..."

***

Bangun atau engga ? atau gimana ? ayyo lanjut ke chapter satu !!

 LASKAR [ COMPLETE ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang