17 - AKIBAT DARI DEHEMAN LASKAR

634 80 27
                                    

Keluar dari UKS, mereka kembali ke kelas nya masing-masing.

Laskar hanya diam duduk di bangku nya, sejak Nanda menyuruhnya untuk diam dia menjadi benar-benar diam, entahlah, akhir-akhir ini sikapnya memang sering berubah-ubah.

"Kar" panggil Zero.

"Hm ?" Laskar menjawab dengan deheman singkat , nampaknya dia sedang benar-benar kehilangan mood nya atau mungkin luka di wajah nya terasa perih dan memberi efek seperti ini.

Biasanya mereka berdua akan keluar kelas dan ber jajan ria ke warung budhe atau sekedar menganggu Eric Raka dan Wisma dari jendela kelas 11 IPA 1 saat sedang free class begini, tapi sekarang mereka terdiam seribu bahasa, bungkam.

Zero mengacak rambutnya sedikit frustasi, banyak sekali yang menjadi bahan pikiran nya.

Belakangan ini dia sering pusing dengan kondisi sekitar, sampai-sampai dia tidak punya waktu untuk memikirkan diri nya sendiri.

"Luka lo masih sakit Kar?"

Zero bertanya se ada nya, berusaha mencairkan suasana yang membeku.

Laskar menatap kosong ruang di hadapan nya, "gak" jawabnya dingin.

Zero mengacak lagi rambutnya, "kalo lo mau sendiri, gue ke kantin dulu, berat emang liat orang yang kita sayangi dekat sama orang lain, apalagi orang lain itu pernah jadi masa lalu buruk kita"

Zero menghela napas panjang, lalu mengusap sudut bibirnya yang masih perih saat mengerakkan mulut.

Zero seperti kunci Inggris yang harus dapat memahami segala situasi, dia harus dapat bersikap sesuai keadaan, semua teman nya terlihat sangat susah untuk mengontrol emosi.

"Tapi lo harus tau satu hal, Sebagai manusia, kita cuma bisa mengatur sesuatu di fikiran kita, dan tentang apa yang terjadi, cuma Tuhan yang pantas buat nentuin alurnya, kita tinggal jalanin aja dengan iklhas hati, jangan egois Kar, Tuhan punya cara sendiri buat nunjukin sesuatu yang hamba nya gak tau, tunggu aja waktu yang tepat, gue rasa lo bakal ngerti apa itu rencana Tuhan"

Zero mengakhiri ucapannya yang terdengar seperti nasihat dengan menepuk pundak Laskar.

Walau dia merasakan apa yang di rasakan Laskar, tapi baginya mengikhlaskan sesuatu lebih baik dari memaksakan nya, apalagi disaat sesuatu itu tak berpihak padanya, jika tetap di paksakan, hasil nya akan lebih mengecewakan.

Laskar berusaha memahami kalimat yang terlontar dari mulut Zero, dia menatap punggung Zero yang makin lama makin menjauh dari indra penglihatannya.

Dia akui semua perkataan Zero barusan benar seratus persen, tapi yang salah sekarang adalah dia, lebih tepatnya sikap ego nya yang sangat tinggi.

"Apa gue terlalu berlebihan tadi?" tanyanya lirih.

Laskar mengusap matanya yang perih, bosan dengan jalan hidupnya yang selalu bermasalah, baik masalah yang dia buat sendiri ataupun masalah yang datang dengan sendiri nya, tapi pastinya ini semua sudah diatur Tuhan untuk melengkapi hidupnya yang entah bagaimana.

Zero benar, Laskar harus lebih mengerti apa yang di maksud dengan Rencana Tuhan sebelum dia membuat rencana sendiri.

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi 15 menit yang lalu, semua siswa dan siswi sibuk dengan aktivitas nya sendiri, alasan nya adalah ingin cepat pulang kerumah tercinta.

"Kar"

Panggilan itu yang dari tadi ditunggu Laskar, suara lembut yang terdengar hangat di telinganya.

Laskar memutar badannya 180 derajat menghadap si pemilik suara itu adalah,

Maya.

"Hm ?" Lagi-lagi dia menjawab dengan sekedar deheman, hatinya senang, tapi sedikit menjadi dingin lebih baik pikirnya.

"Ke-kenapa cuma hm ?, bibir lo sakit ?" tanya Maya simpati.

"Hm"

"Gue masih bingung kenapa kalian tiba-tiba berantem"

"Hm"

Maya menghembuskan nafas perlahan, jika jawaban lelaki itu hanya sekedar deheman, bagaimana dia bisa tau ada apa sebenar nya.

"Kalau masih sakit, istirahat aja dulu, besok kita sambung obrolannya lagi, kebetulan gue uda dijemput"

Maya kurang suka dengan jawaban Laskar yang hanya "hm" "hm" "hm" dan "hm", dia merasa lelaki itu memang tidak ingin berbicara pada nya sekarang.

Lalu dia pergi menuju mobil yang sudah menunggunya didekat gerbang utama Bina Bangsa.

Laskar menatap Maya yang perlahan menjauh, ada rasa penyesalan tersendiri di dalam diri nya.

"Aduh dasar bego!, ngapa lo cuma bilang hm hm hm ga jelas aja sih anjing, pergikan dia"

Laskar membatin dengan rasa kesal pada diri nya sendiri, dia mengacak rambutnya, memperhatikan Maya yang sudah hilang bersama mobil hitam tadi.

Dari posisi nya Zero memperhatikan gerak-gerik Laskar dari jauh, nampak nya lelaki itu sedang ada problem kecil, Zero melangkahkan kakinya, hendak menuju tempat Laskar.

Tapi sebelum dia sampai ketempat Laskar, bahunya di sentuh oleh seseorang.

Zero menoleh,bahu nya sedikit merasa ngilu karna pukulan tadi.

Cakra.

"Apa?"

Tanyanya dengan wajah datar.

"Gue minta maaf karna udah buat lo gini" sesalnya.

"Gapapa nggak alami karna kesalahan lo kok"

"Tujuan lo apa?" sambung Zero.

Cakra tampak ragu

"gue, gue mau tau kondisi Dara, gue gak bisa bohongi diri gue sendiri kalau gue rindu sama dia, Uda tiga tahun gue cuma bisa mimpi, bahkan sekarang gue gak tau dia gimana dan dimana."

"..."

Zero diam tidak berkutik.

"Gue tau Zer, gue tau kalau gue salah tadi, gue juga kepancing emosi, tapi gue memang benar-benar care dan sayang sama Dara" tuturnya.

Zero menghembuskan napas nya berat, matanya sedikit berkaca, mengingat kondisi Dara yang tidak sadarkan diri.

"Besok lo bakal tau" ucapnya berat.

Cakra tersenyum, sekali lagi dia memegang bahu Zero pelan.

"Makasih ya Zer, lo emang sahabat terbaik gu-"

"Jangan sebut gue dengan sebutan itu lagi!" Zero menepis tangan Cakra dari bahunya kasar, mendengar kata sahabat dari mulut Cakra membuat telinga dan hati nya panas.

"Gue tau masa lalu kita buruk, tapi kalian bahkan gak pernah mau dengar penjelasan langsung dari gue" nada Cakra sedikit menyesal namun ada nada bantahan disitu.

Zero pergi tidak memperdulikan omongan Cakra, hari ini moodnya benar-benar hancur, persetan dengan Cakra ataupun Laskar, dia benci takdir nya, dimana dia tidak bisa berbuat apa-apa di saat orang yang dia sayang berada dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.

"Kenapa gue selalu gak bisa menangin hati Dara? gue selalu kalah ,Apa gue seburuk ini buat wanita yang gue sayang?, kenapa cuma Cakra yang selalu dia ingat? padahal Cakra gak pernah ada selama dia sakit"

Mata Zero berkaca, dia merutuki kesialan nya sebagai seorang laki-laki, memukul stir mobil dengan tangan nya dan merebahkan kepala nya di sisi stir.

"Gue, nggak guna!" Jeritnya.

Dan hal yang paling menyakit kan bagi nya adalah dia tau, sekeras apa pun dia berjuang, dia akan tetap gagal.

***

⛓️to be continue⛓️

 LASKAR [ COMPLETE ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang