Banyak hal datang secara tiba-tiba tanpa di duga. Seperti kamu, dengan mudahnya mengucapkan kata 'cinta'
****
LANGKAH Kinan seketika terhenti kala mendengar seruan seseorang yang cukup keras dan langsung masuk ke-indra pendengarannya. Kinan langsung membalikan badannya dengan kening yang sudah berlipat-lipat. Bingung.
Seseorang itu kian berjalan mendekat ke-arah Kinan dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya. Melihat itu tentu saja Kinan semakin di buat penasaran, tidak seperti biasanya.
"Hai Kinan," sapa seseorang itu kala sudah berdiri tepat di hadapan Kinan.
Kinan mengernyit, heran. "Farhan? Ngapain lo manggil gue?"
Farhan Irsyad, cowok yang mempunyai wajah tampan itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali. Sejujurnya ia selalu saja gugup kalau di dekat Kinan. Ah, mengesalkan!
Farhan berdeham pelan. "Mmm ... Nan, denger-denger lo kerja di restoran?" tanya Farhan.
Kinan mendelik, bagaimana Farhan bisa tahu? Padahal ia tidak pernah memberi tahu siapapun selain Luna dan Naya kalau ia bekerja sebagai pelayan. Kecuali ... Nevan! Ah benar, hanya cowok itu yang mengetahuinya kalau ia bekerja di restoran. Pasalnya semalan Nevan dan keluarga melihat Kinan. Menyebalkan! Sekarang bukan hanya Luna dan Naya yang tahu. Tapi, Nevan CS pun mengehatahuinya. Satu lagi, Kinan hampir lupa kalau Shira juga mengetahuinya.
"Iya gue kerja, kenapa? Lo mau ngatain gue?" terka Kinan tajam.
Farhan menggeleng cepat. "Nggak, Nan! Setelah Nevan ngasih tau gue. Tiba-tiba aja gue merasa salut sama lo."
Kinan berdecih, entah mengapa ia jadi kesal sendiri dengan Nevan. Apa untungnya Nevan memberitahu Farhan? Ah iya, mereka kan CS, sudah pasti Nevan akan bercerita apa saja pada kedua temannya. Termasuk menceritakan Kinan. Cih, seperti tidak ada pembahasan lain saja.
"Terus lo ngapain manggil gue?" tanya Kinan pada intinya.
Farhan celingak-celinguk ke segala arah. Tampaknya koridor masih terlihat sepi, mungkin karena masih pagi. Jadi siswa siswi belum datang semua. Ini kesempatan bagus untuknya.
Farhan meraih tangan Kinan, menggenggamnya seraya menilik Kinan lekat-lekat. Kinan yang merasa aneh dengan tingkah Farhan lantas mendelikan matanya tidak percaya dengan apa yang di lakukan Farhan.
"L-lo mau ngapain?"
Farhan masih menyinggungkan senyum manisnya, melihat Kinan sedekat ini membuat jantung Farhan seakan menari-nari. Mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk ia menyatakan perasaannya terhadap Kinan. Tapi ... ia sudah tidak tahan lagi dengan perasaannya sendiri.
"Kinan, gue tau! Mungkin ini terlalu cepat buat gue mengungkapkan perasaan gue sama elo." Posisinya masih sama, Farhan masih setia menggenggam tangan lembut Kinan.
"Ma-maksud lo apaan sih?"
Farhan menghembuskan napasnya perlahan. "Gue cinta sama lo, Nan. Gue sayang sama lo," ungkap Farhan akhirnya.
"Hah?"
"Lo mau kan jadi pacar gue?" pinta Farhan tulus.
Kinan mengerjapkan matanya, hampir saja ia menampar pipinya sendiri. Lelucon macam apa ini? Farhan? Cowok yang sama sekali tidak dekat dengan Kinan tiba-tiba menyatakan perasaannya. Bahkan Farhan hanyalah seorang teman yang kadang baik padanya. Lantas, apa ini? Mengapa tiba-tiba begini?
"Pacar?" Kinan balik bertanya seperti orang bodoh.
Farhan mengangguk mantap. "Iya, Nan. Pacar, lo mau kan? Ya mungkin ini terlalu mendadak. Tapi lo harus percaya, Nan. Kalo gue beneran sayang sama lo, semenjak gue kenal dan tau lo, entah kenapa gue suka. Apalagi denger kalo elo kerja. Bikin gue salut."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is My Enemy
Подростковая литератураWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! (SELESAI DAN MASIH LENGKAP) Bagi Kinan, Nevan adalah musuh abadinya di muka bumi. Kinan membenci, Nevan pun membenci. Kinan merindukan Nevan pun ikut merindukan. Kinan menyinari dan Nevan mewarnai. Hari demi hari...