-BAGIAN LIMA

762 60 2
                                    

Hidup itu bukan tentang gengsi, tetapi tentang harga diri. Percuma jika menutup-nutupi keadaan kalau kenyataan tidak seperti yang di inginkan.

****

KINAN menghela napasnya perlahan-lahan, hari ini ia mendapatkan teguran oleh atasannya akibat telat datang. Untung saja ia tidak di pecat, Kinan tidak bisa membayangkan kalau ia di pecat. Apa yang akan ia lakukan dengan hidupnya nanti? Bagaimana ia bisa memenuhi semua kebutuhannya kalau itu benar-benar sampai terjadi? Kinan menggelengkan kepalanya, berusaha menghilangkan pikiran buruknya itu.

"Kinan!" panggil seseorang membuat Kinan menoleh, seketika lamunannya buyar begitu saja.

Kinan tersenyum tipis, "Ada apa, Put?"

"Ini, tolong antarkan pesanan untuk meja yang di ujung saja," ucap Putri seraya menyodorkan nampan yang berisi secangkir kopi dan beberapa cemilan.

Kinan mengangguk pelan, lalu menerima nampan yang diberikan Putri itu. Putri Amelia, adalah salah satu teman Kinan yang bekerja di restoran dengannya. Umur Putri pun sama dengan umur Kinan, hanya saja Putri tidak sekolah dan memilih bekerja, untung restoran ini mau menerima Putri yang hanya lulusan SMP saja.

"Ini pesanannya, silahkan di nikmati." Ucap Kinan sedikit menundukkan kepalanya.

"Lho Kinan?"

Kening Kinan sedikit bergelombang, ia pun mulai mengangkat kepalanya. Melihat siapa seseorang yang telah mengenalinya.

"Shira?" pekik Kinan.

Perempuan seksi nan cantik itu tersenyum. "Lo kerja disini?" tanya Shira, tentu saja Shira mengenali Kinan, karena Kinan teman sekelasnya.

Kinan tersenyum kikuk, "Iya, Shir. Gue kerja disini," ungkap Kinan.

Shira mengangguk mengerti, "Lo gak malu, Nan. kerja sebagai pelayan?"

Kinan tersenyum penuh arti, "Kenapa gue harus malu? Ini adalah cara agar gue bisa bertahan hidup, meskipun ini memalukan tapi gue merasa bahagia, karena gue bisa hidup tanpa memikirkan gengsi. Percuma kan kalo gue berlagak sok wah padahal yaelah. Malu dong sama harga diri gue."

Shira menatap Kinan takjub, jawaban yang di berikan Kinan barusan benar-benar logis. Ia pikir Kinan anak dari orang berada, ternyata ia salah.

"Oya, kenapa bisa di sini, Shir?" tanya Kinan memecah kecanggungan.

"Ah, itu. Gue tadi habis dari rumah sepupu gue, terus gak sengaja mampir buat sekadar ngopi."

Kinan mangut-mangut, "Kenapa gak di kafe yang lebih enak, kenapa harus di restoran? Harga disini lumayan lho, Shir."

"Sekalian lewat, Nan. Kalo ngomongin harga gue gak masalah," terang Shira.

Mungkin begitu kalau jadi orang kaya, tidak perlu pusing memikirkan masalah harga makanan. Kalau Kinan, sudah pasti berpikir keras hanya untuk makanan yang tidak seberapa ini. Lebih baik uangnya ia tabung untuk hal yang lebih penting. Ah, itu kan Kinan bukan Shira. Jelas beda.

"Kalo gitu gue tinggal ya, Shir. Masih ada pekerjaan yang harus gue selesaikan." Putus Kinan seraya berlalu pergi. Sebenarnya ia ingin menanyakan alasan Shira memutuskan Nevan, tapi ia urungkan kembali. Lagi pula apa untungnya? Itu kan masalah Nevan, gara-gara cowok idiot itu ia jadi terkena teguran karena telat. Menyebalkan.

🌈☀🌈

SETIAP malam keluarga Alvis selalu berkumpul untuk sekadar bertukar cerita. Bisa di bilang keluarga Alvis adalah keluarga yang penuh warna. Alvis Ardana Adelio, adalah seorang kepala rumah tangga, Alvis sangat memanjakan Nevan dan juga Navin. Meskipun kedua anaknya laki-laki namun tetap saja, Alvis selalu mengutamakan kebahagiaan anak-anaknya.

"Nevan bagaimana sekolah kamu?" tanya Alvis membuat Nevan mengalihkan pandangnya dari TV yang sedang ia tonton.

Nevan mengedikan bahunya. "Ambyar, Pi." Jawab Nevan.

"Ambyar bagaimana maksud kamu?" heran Alvis.

"Itu lho, Pi. Si Nevan habis di putusin sama Shira," sambung Navin.

"Nevan itu lebay, Pi. Baru di putusin gitu aja udah galau," timpal Dara.

Nevan berdecak, "Berisik kalian!" tajam Nevan.

Alvis menghela napasnya, "Nevan! Jangan terlalu pusing masalah seperti itu, mungkin Shira bukan jodoh kamu. Papi cuma minta perbaiki nilai kamu, jangan terlalu bodoh!"

Nevan melirik tajam Alvis, "Papi kalo ngomong nyakitin ya, hati Nevan lagi sakit Pi gara-gara Shira. Ah Papi malah nambah sakit karena ngatain Nevan bodoh," ucap Nevan mendramatis.

"Cih, gaya lo Van," cibir Navin.

"Diem lo bang!"

"Harusnya kayak gue dong," ucap Navin seraya menaik turunkan kedua alisnya.

"Kayak lo gimana? Kuliah aja baru semester dua udah bangga. Gak guna lo bang," kesal Nevan karena Navin selalu saja ikut campur dengan urusannya.

"Setidaknya nilai gue gak jelek kayak lo, udah muka jelek nilai juga ikut jelek. Memalukan!" ejek Navin.

"Wah ngajak ribut lo bang, muka gue sama lo aja masih gantengan muka gue!" tajam Nevan.

"Hei! Berhenti, kalian berdua ini kerjaannya ribut terus, bikin Mami sama Papi pusing!" omel Dara menatap tajam kedua anaknya.

Nevan mendesah pelan, tidak dirumah tidak disekolah. Selalu saja membuatnya kesal, kalau di sekolah, ada Kinan. Dan sekarang di rumahnya ada Navin, menyebalkan.

Alvis berdeham pelan,"Nevan!"

"Iya, Pi. Nanti Nevan belajar deh supaya nilai Nevan bagus." Serah Nevan.

"Itu harus Nevan! Tapi, ada hal yang lebih penting dari nilai kamu," ucap Alvis serius.

"Apa, Pi?" heran Nevan.

"Tentang masalah kamu, bagaimana?"

Nevan menghembuskan napasnya, "Maaf, Pi. Nevan udah berusaha tapi tetap aja gak ada petunjuk, bukan Nevan gak bertanggung jawab. Tapi emang sulit buat Nevan." Ucap Nevan lirih.

"Tapi kamu jangan nyerah! Papi gak mau kamu lari dari masalah, gimana pun caranya kamu harus bertanggung jawab! Cari tahu semuanya tentang dia."

Nevan mengangguk. "Pasti, Pi! Nevan juga gak mau terus-terusan di hantui rasa bersalah."

"Baiklah, Papi ke-kamar dulu. Ayo Mi," putus Alvis seraya beranjak bersama Dara.

Navin menepuk-nepuk pelan bahu Nevan, "Tenang aja, Van. Abangmu ini akan siap membantu."

Nevan menoleh, "Serius bang? Gue udah pusing mau cari info kemana lagi." Keluh Nevan. Sebenarnya setelah kejadian itu Nevan memang selalu dihantui rasa bersalah. Rasa yang tidak pernah Nevan tunjukkan di depan banyak orang.

Navin tersenyum. "Gue cuma bantu doa."

"Sialan!"


TERIMAKASIH SUDAH MENYEMPATKAN WAKTU UNTUK MEMBACA:)

JANGAN LUPA AJAK SEMUA TEMAN, SAUDARA, KELUAR ATAU PACAR BUAT BACA CERITA MBIME INI.

VOTE DAN COMMENT JANGAN PERNAH LUPA YA! KAREN ITU SELALU AKU NANTIKAN DARI KALIAN:)

Follow,

@mithaapriani11

My Boyfriend Is My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang