-BAGIAN EMPAT PULUH TUJUH

437 42 2
                                    

Kesalahanmu tidak sebanding dengan perjuanganmu. Aku akan selalu mencintaimu.

****

"GUE minta maaf,"

Mungkin sudah tidak terhitung berapa kali Afan mengucapkan kata maaf dari mulutnya, cowok itu terus memohon agar dimaafkan kesalahannya selama ini. Ia sangat merasa bersalah atas apa yang di lakukannya. Apalagi setelah mendengar bahwa Kinan hampir saja di lecehkan dengan Farhan.

Baik, Nevan, Aska, Luna, Adit dan Kinan masih terdiam. Mereka tidak ada yang membuka suara ketika Afan terus saja memohon seraya menangkup kedua tangannya. Saat ini mereka tengah berada di rumah Nevan. Cowok berhidung mancung itu sengaja membawa Kinan ke rumahnya. Entah mengapa rasa khawatir masih saja menyelimuti perasaannya setelah melihat insiden kala di rumah Farhan. Itu sangat mengerikan.

Sedangkan Kinan, ia tidak tahu harus seperti apa, bayang-bayang ketika Farhan merendahkannya masih terngiang-ngiang di otaknya. Ia sungguh takut dan juga merasa amat malu pada dirinya sendiri. Sedari tadipun perempuan itu hanya bisa diam seraya bersandar pada dada bidang milik Nevan.

"Gue harus apa supaya dapat maaf dari kalian? Termasuk lo, Kinan." Afan sudah frustrasi, apalagi ia selalu mendapatkan tatapan tajam dari ketiga cowok itu. Nevan, Adit dan Aska.

Kinan menghela napas pelan seraya berucap. "Gue udah maafin, lo." Nevan lantas mendelik tak terima dengan ucapan kekasihnya.

"Nan, kamu jangan ngaco! Dia itu udah—,"

"Tapi kasih tau gue alasan atas semua yang lo perbuatan!" Kinan menginterupsi.

Afan mengangguk pelan, ia sesaat mengembuskan napas lalu berujar. "Gue ... terpaksa, Nan," jedanya. "Lo tau? Setelah Farhan denger kabar kalau lo dan Nevan pacaran, saat itu Farhan marah besar. Dia nggak terima kalau Nevan dengan mudahnya dapetin lo yang notabenenya adalah musuh. Sedangkan dia mikir kalau selama ini perjuangannya buat dapetin lo nggak berguna."

"Terus, pada saat pulang sekolah kala itu gue di suruh temui Farhan di parkiran yang udah sepi. Dia suruh gue buat melakukan aksi teror itu karena gue temen sekelas lo, Nan. Awalnya gue menolak keras karena gue sama sekali nggak tega sama lo, Nan. Tapi ... setelah Farhan nawarin gue uang dengan jumlah besar, gue terima tawaran it—,"

"Anjing mata duitan lo!" sergah Adit membuat Afan berdecak pelan.

"Gue punya alasan! Kenapa gue terima bukan semata-mata karena uang. Karena gue butuh uang itu buat pengobatan Nyokap gue, lo semua tau? Nyokap gue udah lama di rawat di rumah sakit karena jantung dan gagal ginjal. Gue sama sekali nggak tau harus cari uang kemana lagi, Bokap gue udah nggak ada, jadi ... gue terima tawaran, Farhan." Kinan memejamkan matanya sejenak. Lagi-lagi menyangkut orang tua, ia tahu betul bagaimana rasanya kehilangan orang tua. Dan itu sangat menyakitkan.

"Cukup, Fan. Gue serius maafin lo," kata Kinan membuat Nevan mendengus sebal.

"Kenapa lo nggak minta bantuan gue, Fan? Kenapa harus mau nerima tawaran cowok berengsek itu dan berakibat menyakiti cewek gue, kenapa?!" Nevan masih saja kesal dan marah dengan Afan.

"Gimana gue mau minta bantuan lo? Sedangkan gue aja nggak sedekat lo dan Adit, gue masih sadar diri, Van."

"Udah! Udah! Intinya lo udah mau jujur dan menyesali perbuatan, lo. Jadiin pelajaran, jangan karena untung di lo dan merugikan orang lain lo bisa ambil keputusan gitu aja," Aska berujar. Ia merasa Afan tidak sepenuhnya bersalah.

"Sorry, deh, Fan. Gue tadi kasar sama lo," ujar Adit tidak enak hati.

"Dan buat Naya! Gue benci banget sama tuh cewek munafik," Luna bersungut marah setelah lama terdiam. Kalau ia bertemu dengan perempuan licik itu, sudah di pastikan kalau wajahnya akan ia cakar.

My Boyfriend Is My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang