-BAGIAN EMPAT PULUH SEMBILAN

428 47 13
                                    

AN: aku yakin kalian mabok baca part ini. soalnya ini part terpanjang yang aku tulis wkwk.
3194 word. Semoga gak bosen ya:)
======================

Happy reading ^_^
.
.
.
Senja dan pelangi memang sementara, semoga saja hubungan kita tidak.

****

Gibran Alferdi.

Nama itu terus terngiang-ngiang dalam otak Nevan. Cowok yang masih duduk di kursi pengemudi itu tidak tahu harus bagaimana setelah Navin—kakaknya memberitahu kalau Alvis sudah mengetahui kalau masalah Nevan selama ini ada pada laki-laki bernama Gibran.

Cowok itu mengacak-acak rambut gusar, setelah satu tahun lebih Nevan baru mengingat nama lelaki itu? Bodoh, apa yang harus ia lakukan ke depannya? Di mana ia harus menemukan laki-laki bernama Gibran itu?

"Nevan?" terkesiap, cowok yang sedari tadi sibuk dengan lamunannya mengerjap kaget karena seruan seorang perempuan dari luar sana.

Di bukanya pintu mobil hingga menampakkan Kinan, perempuan yang mengenakan hoodie polos itu tersenyum ke arahnya.

"Kok malah diem aja dimobil? Aku nggak tau kalo kamu udah sampai depan rumah."

Nevan menggaruk tengkuknya seraya berdeham pelan. "Gapapa, Nan. Cepet kamu masuk. Kita jadi kan ke makam Abangmu?"

Kinan mengangguk semangat, seperti yang sudah ia janjikan. Minggu ini Kinan akan mengajak Nevan menyekar ke makam kakaknya. Tentu saja Nevan menyetujuinya tanpa menolak.

Ia berjalan memutar, memasuki mobil dan duduk tepat di sebelah Nevan. Di pakainya seatbelt lalu kembali menoleh pada Nevan seraya berucap. "Apa yang mau kamu sampaikan sama Abangku setelah di makamnya, Van?"

Nevan mengernyit, "Apa? Paling aku cuma bilang kalo adeknya ini udah jadi pacar aku." Kinan mangut-mangut, terkekeh pelan. Senang rasanya bisa berkunjung ke makam kakaknya lagi.

"Aneh aja kamu, mah. Abangmu juga kan udah nggak ada, Nan. Masa aku harus ngomong panjang lebar," ujar Nevan, ia mulai menghidupkan mesih mobilnya dan melesat pergi dari pelataran rumah Kinan yang bercat hijau daun itu.

Ting!

Ponsel Kinan berbunyi, membuat perempuan itu refleks mengambil benda pipih yang berada di saku hoodienya lalu dengan segera membuka room-chat dari si pengirim pesan.

Aska Arsatya.

Kinan, lo dirumah nggak?
Gue mau main sama Luna, nih.

Baru saja jarinya menyentuh keyboard namun suara Nevan langsung menahannya.

"Dari siapa?" tanya Nevan.

"Aska," jawab Kinan jujur.

Nevan berdecak pelan mendengarnya. "Apa katanya?" tanya Nevan sebal bukan main karena cowok berbulu mata lentik itu masih saja mengirim pesan pada pacarnya.

"Aska nanya aku di mana, dia sama Luna sih katanya mau ke rumahku. Tapi aku kan lagi otw ke pemakaman."

Bilang aja mau modus bukan mau main! Batin Nevan kesal.

"Nggak perlu di bales. Cukup kamu read aja, ngerti?" perintah Nevan yang masih mengendarai mobilnya dengan kecepatan normal.

Kinan mendengus, jengah akan sikap Nevan yang masih saja cemburuan terhadap Aska. Padahal Kinan sudah menganggap Aska itu sahabat, tidak lebih. Karena Aska mengenal Gibran dengan baik.

My Boyfriend Is My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang