-BAGIAN DELAPAN

651 57 0
                                    

Buruknya seseorang bukan terlihat dari wajahnya, melainkan hatinya. Hati baik semua akan ikut baik, begitu pun sebaliknya.

****

JAM sudah menunjukan pukul 10.00 malam, itu tandanya waktu Kinan bekerja telah selesai dan kini ia tengah bersiap-siap untuk pulang ke-rumah. Definisi bahagia menurut Kinan adalah bersyukur, karena dengan bersyukur Tuhan pasti akan selalu menambah nikmatnya. Tapi, bukan berarti Kinan selalu bahagia dengan bersyukur, ia juga manusia biasa yang pernah mengeluh karena hidupnya yang sekarang ini. Kesepian, itulah yang selalu Kinan rasakan saat ia berada di rumah.

"Kinan, udah siap pulang?" Kinan tersentak kaget dengan seseorang yang muncul secara tiba-tiba. Ia pun langsung membalikan badannya lalu merengut kesal.

"Putri! Jangan buat gue kaget!" decak Kinan kesal.

Putri terkekeh pelan, "Iya maaf, Nan. Habisnya lo ngelamun terus, sih. Gak liat noh jam semakin larut, lo kok bukan cepet-cepet pulang sih."

Kinan menghela napasnya pelan, "Ini gue mau pulang."

"Cepat pulang! Istirahat yang cukup! Gue tau lo lelah, belum lagi besok harus sekolah pagi. Jangan sampai sakit ya, Nan."

Kinan mencibir, "Cih sok perhatian."

Putri mengembungkan pipinya, ia jadi kesal sendiri dengan Kinan. Padahal kan ia benar-benar peduli dengan Kinan.

"Gue emang perhatian kali, Nan," ucap Putri seraya melipat kedua lengannya di atas dada.

"Pasti ada maunya, kan?" tuding Kinan.

"Astagfirullah! Nggak, Nan. Lo mah buruk terus pikirannya," kesal Putri.

Kinan tertawa kecil. "Iya maaf, gue cuma bercanda kali. Dan makasih udah perhatian sama gue."

"Yaudah cepat pulang Kinan!"

"Iya iya gue pulang," putus Kinan seraya beranjak pergi meninggalkan restoran.

Putri tersenyum simpul. Ia benar-benar salut dengan Kinan, gadis itu sangat kuat dari kebanyakan orang. Putri akan selalu memberi dukungan dan perhatian kepada Kinan, karena ia tahu kalau Kinan membutuhkan seseorang yang selalu menguatkannya. Perhatian, itu yang sangat Kinan butuhkan.

"Gue harap lo selalu bahagia, Nan." Gumam Putri seraya tersenyum tulus.

🌈☀🌈

Di tepi jalan ada seorang wanita paruh baya tengah celingak-celinguk kebingungan, dia adalah Dara. Wanita dua anak itu benar-benar bingung bagaimana caranya ia pulang, masalahnya mobilnya sekarang mogok, dan sialnya tidak ada bengkel sama sekali. Ponselnya pun ikut mati, ah lengkap sudah ke-sialannya.

Dara bergerak gelisah, ia sungguh takut kalau tiba-tiba ada orang jahat yang menggangunya. Bagaimana ini? Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Dara mengernyit bingung kala sebuah motor matic tiba-tiba berhenti di dekatnya. Ia mundur beberapa langkah karena takut kalau terjadi sesuatu nantinya.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya seseorang itu seraya turun dari motornya.

"Kamu siapa?" Dara balik bertanya.

Seseorang itu tersenyum ramah seraya melepas helmnya. "Saya Kinan, mungkin kita emang nggak saling kenal, tapi tadi Kinan lihat tante sedang kebingungan?"

Dara mengangguk pelan, "Iya. Mobil saya mogok, terus hape saya mati. Sekarang saya bingung harus bagaimana," jelas Dara.

Kinan mengangguk paham. "Kinan nggak bisa benerin mobil tante. Tapi, Kinan bisa mengantarkan tante pulang, apa tante mau?" tawar Kinan seraya tersenyum manis.

Dara tampak menimang-nimang tawaran gadis yang ada di hadapannya sekarang. Sebenarnya ia ragu untuk menerimanya, tapi ... kalau ia tolak bagaimana nasibnya?

"Gimana? Tante mau?"

Dara menghembuskan napasnya, "Kamu bukan orang jahat, kan?"

Kinan terkekeh pelan. "Apa wajah Kinan tampak seperti penjahat?"

"Saya tidak tahu."

Kinan mendesah pelan seraya menarik lengan Dara. "Ayo tante, nggak usah takut. Kinan janji akan mengantarkan tante dengan selamat."

"Kita tidak saling kenal, lantas kenapa kamu mau menolong saya?" ragu Dara.

Kinan tersenyum tipis. "Tante, dalam menolong seseorang nggak perlu memandang siapa dia. Mau kenal atau nggak tetap Kinan akan bantu. Selagi Kinan bisa."

Dara terenyuh mendengar penuturan Kinan, ia merasa Kinan benar-benar gadis yang baik.

"Baiklah, saya mau. Biar nanti mobilnya di ambil sama orang suruhan suami saya setelah sampai rumah."

Kinan tersenyum seraya menarik lengan Dara yang sempat terlepas tadi. "Ayo tante."

Dara mengangguk lalu naik ke atas jok motor Kinan. Setelah itu Kinan langsung menghidupkan mesin motornya dan berlalu pergi.

Selama perjalanan Dara banyak bercerita, Kinan hanya bisa mendengarkannya dengan baik. Ternyata Dara orangnya asik juga, ia seperti membonceng ibunya sendiri. Ah, kan ia jadi rindu.

"Tante, siapa nama tante?" tanya Kinan sedikit berteriak karena ia tahu kalau Dara tidak terlalu mendengar jika sedang di motor.

"Dara...," sahut Dara kencang.

"Tante habis dari mana sampai selarut ini?" tanya Kinan lagi.

"Hah? Apa?"

"Tante habis dari mana?" ucap Kinan mengulang pertanyaannya.

"Ah itu, saya habis kumpul sama teman-teman arisan saya."

Kinan mangut-mangut paham, setelah itu tidak ada perbincangan lagi di antara keduanya. Hening, sampai-sampai motor Kinan sudah berhenti di sebuah rumah mewah.

Kening Kinan berkerut, ia seperti pernah ke rumah ini sebelumnya. Tapi, kapan? Ah iya! Ini kan rumah Nevan, si cowok idiot. Minggu lalu Kinan mengantarkan cowok itu. Apa mungkin Dara mamanya Nevan? Atau ... Kakaknya Nevan? Dara itu tidak tua dan tidak muda juga. Jadi Kinan tidak bisa menebak siapa Dara.

"Terimakasih, ya. Karena kamu sudah mengantarkan saya pulang," ucap Dara membuat lamunan Kinan hilang seketika.

"Kamu mau mampir dulu?" lanjut Dara menawarkan.

Kinan menggeleng cepat, "Nggak tante! Makasih. Kinan langsung pulang aja." Putus Kinan seraya membelokkan motornya dan berlalu pergi.

"Gadis yang baik."






TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA:)
JANGAN BOSEN-BOSEN YA SAMA CERITA INI.

VOTE DAN COMMENT NYA SELALU AKU TUNGGU LOH.

AYO BAGIKAN CERITA INI KESEMUA ORANG. SEPERTI PACAR, TEMAN, SAHABAT, DAN MASIH BANYAK LAGI:)
AJAK MEREKA BACA JUGA YA!

Follow,

@mithaapriani11

My Boyfriend Is My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang