-BAGIAN LIMA PULUH DUA

390 37 0
                                    

Kamu seperti pelangi yang memancarkan indahmu.
Kamu seperti pelangi yang membuatku kagum.
Kamu seperti pelangi yang mewarnai hariku.
Namun aku takut kamu seperti pelangi yang hanya hadir sesaat.

****

PEMANDANGAN yang tidak patut dilihat adalah ketika orang yang kita sayang datang bersama sang mantan. Apalagi, perempuan yang minim akan bahan itu tengah mengapit lengan Nevan seraya bergelayut manja. Ah itu sangat menjijikan di mata Kinan.

Tersenyum kecut, perempuan yang baru saja turun dari motor maticnya itu memandang lurus ke arah Shira dan Nevan saat keduanya keluar dari dalam mobil berwarna kuning menyala itu. Kinan menggeleng, ia tidak menyangka dengan apa yang di lihatnya pagi ini. Jadi, alasan Nevan tidak bisa menjemputnya karena Shira? Cowok itu lebih memilih mantannya di banding pacarnya sendiri? Bukankah itu miris sekali?

Tapi ... tunggu! Mengapa Nevan tega sekali? Cowok itu berbohong kepadanya hanya demi Shira, bukankah Nevan sudah hilang rasa dengan perempuan itu. Lantas apa maksud semua ini?

"ANJIR!!! Kinan, gue nggak salah liat, hah? Itu cowok lo kok bareng sama cabe-cabean, sih?" Kinan terperanjat di tempatnya saat suara nyaring Luna masuk ke indra pendengarannya. Sejak kapan perempuan itu ada di sampingnya? Seperti hantu saja. Menyebalkan.

"Nan," seru Luna lagi.

"Hm?"

"Itu kok Nevan bareng Shira? Yang bener aja,"

"Gue nggak tau, Lun," ucap Kinan pada Luna, meski hatinya sakit ia harus bersikap biasa saja, siapa tahu Nevan memang ada urusan dengan Shira kan? Walau sedikit janggal.

"Nggak bisa di biarinlah! Shira itu mantan Nevan, Nan. Apalagi tuh cewek gatel banget sama Nevan. Nggak tau diri emang, udah putus masih aja gatel." Luna jadi keki sendiri, meskipun Nevan pacar Kinan tetap saja ia tidak terima.

"Gapapa, Lun. Nanti pas istirahat gue coba tanya sama Nevan. Kenapa dia bohongin gue."

"Harus tanya, Nan. Awas aja sampai Nevan jadi fakboi, gue botakin kepalanya!" Kinan terkekeh hambar mendengarnya. Kadang Luna itu terlalu berlebihan, tapi ia senang mempunyai sahabat macam Luna.

"Iya, udah. Mending masuk kelas aja, yuk. Bentar lagi bel," Luna mengangguk. di rangkulnya bahu Kinan lalu keduanya berjalan menuju kelas dan segera belajar.

Kinan mempunyai prinsip, meski miskin dan tidak mampu, tetapi pendidikan itu perlu. Benar tidak?

🌈☀🌈

"Nah tuh Nevan, Nan. Pasti dia nunggu lo." Kinan mendongkak, menunda membereskan barang-barangnya karena bel istirahat sudah berbunyi. Ia tersenyum saat Luna berujar bahwa Nevan tengah berdiri di depan pintu.

Kinan bangkit, mulai beranjak dan segera menghampiri sang kekasih yang tengah menunggunya sambil bersandar di tembok.

"Tumben keluar lebih dulu, pelajaran siapa?" Nevan mengerjap, sadar akan Kinan yang sudah berdiri di sampingnya.

"Eh, kamu udah selesai belajar?" tanya Nevan linglung.

"Belum sih, masih ada catatan. Tapi gapapa, kan sekarang waktunya istirahat. Yuk," diraihnya tangan cowok berkulit putih itu agar segera menuju kantin. Namun, pergerakannya langsung tertahan oleh ucapan seseorang.

My Boyfriend Is My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang