-BAGIAN LIMA PULUH EMPAT

373 44 9
                                    

Aku sendiri tidak pernah menyangka akan jatuh sedalam ini.
Jadi, bagaimana bisa aku meninggalkanmu hanya karena dia yang pernah membuat ku terluka.

****

HARUSnya Kinan sadar kalau hidupnya akan selalu sendiri tanpa siapapun. Ia tidak boleh mengharapkan orang lain agar selalu ada untuknya termasuk Nevan, cowok yang masih berstatus pacarnya itu pun sudah tidak peduli lagi dengan dirinya. Semenjak Nevan kembali dekat dengan Shira, ia meresa tidak ada apa-apanya. Rasa insecure kerap kali hadir dalam dirinya, ingin marah pun rasanya percuma karena Kinan sendiri tidak tahu maksud dan alasan Nevan mendekati perempuan bertubuh seksi itu lagi.

Kalau di pikir-pikir, Kinan rindu masa-masa kala ia masih selalu bertengkar dan saling ejek dengan cowok itu. Di mana belum ada perasaan seperti sekarang yang sedikit—membingungkan.

Mengembuskan napas, perempuan itu tidak tahu harus melakukan apa ketika berada didalam kelas sendiri begini. Ia memang sengaja berdiam diri di kelas saat jam istirahat dan menolak ajakan Luna pergi ke kantin, meski perutnya lapar Kinan tidak berniat untuk beranjak dari kelas. Takut melihat Nevan dan Shira yang hanya membuat hatinya sakit. 

Di tumpuknya kedua lengan di atas meja lalu segera meletakan kepalanya, mungkin tidur lebih baik dari pada harus memikirkan hal-hal yang membuat pikirannya kacau.

"Kak, Kinan...." mendongkak, perempuan yang berniat akan tidur itu langsung mengurungkan niatnya ketika suara lembut yang baru saja memanggil namanya.

Menegakkan badan, Kinan tersenyum melihat seorang perempuan yang sudah duduk di hadapannya. Ia masih ingat dengan adik kelas bertubuh mungil ini. Tapi sebentar, untuk apa perempuan ini menghampirinya? Tumben sekali.

"Sabi ngapain ke kelas kakak?" tanya Kinan pada perempuan bernama Sabi sekaligus anak PMR itu.

Sabi tersenyum hangat, menatap Kinan sesaat lalu berujar. "Ini, kak. Aku bawa salad buah buatan aku. Tadi pagi, sebelum pergi sekolah aku bikin salad, dan nggak tau kenapa ke inget aja sama kak Kinan dan kak Nevan. Jadi, aku bikin dua deh. Satu untukku, satu lagi untuk kak Kinan dan kak Nevan, couple favoritku. Heheh."

Duh, ada-ada saja perempuan mungil satu ini. Couple favorit katanya? Perasaan, Kinan dan Nevan tidak pernah mengumbar kemesraannya di depan publik. Lantas mengapa bisa Sabi menjadikan Kinan dan Nevan sebagai couple favoritnya dari sekian banyak pasangan di SMA Taruna ini? Lagi pulakan saat ini hubungannya sedang tidak baik dengan cowok itu.

"Kak Kinan kok malah diem? Nggak suka ya sama salad buatan aku?"

Kinan mengerjap, "Eh? Nggak kok, Sabi. Kan belum kakak coba masa gak suka. Kelihatannya juga enak, seger pula."

"Serius kak? Di makan ya, kak Kinan. Berdua sama kak Nevan. Harus sampai habis, nanti kalo kurang bisa aku buatkan lagi," ujar Sabi berbinar.

"Makasih ya, kamu baik banget."

"Biasa aja kali, kak. Mmm ... btw kok kakak sendirian aja di kelas, gak ke kantin?"

Kinan menggeleng pelan. "Nggak, lagi pengin di kelas aja. Itung-itung irit uang jajan."

Sabi mangut-mangut lalu kembali berujar. "Terus kak Nevan mana? Harusnya di temenin kak Nevan dong kalo sendirian di kelas, sekalian pacaran."

Gimana mau di temani Nevan, Kinan saja belum melihat batang hidung cowok itu. Terakhir ia melihat ketika Nevan bersama Shira, dan itu sangat menjengkelkan. Karena itu pula Kinan enggan mengirim pesan lagi, lagian untuk apa kalau cowok itu saja tidak peduli padanya 'kan?

Sudahlah, jangan membahas cowok itu, saat ini perasaan Kinan sedang tak karuan. Jadi, rasanya badmood.

"Sabi nggak istirahat?" tanya Kinan mengalihkan topik pembicaraan.

My Boyfriend Is My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang