Entah kamu atau aku nantinya yang akan jatuh hati lebih dulu. Sebab, aku yakin kalau nyaman tercipta karena seringnya kebersamaan.
****
NEVAN menatap dirinya di pantulan cermin, ia sudah siap mengenakan seragam SMA-nya. Nevan bukan seorang good boy, melainkan seorang cowok yang berpenampilan urakan. Coba bayangkan? Baju yang sengaja di keluarkan, kancing bagian atas di biarkan terbuka, sama sekali tidak mencerminkan anak yang baik bukan? Terlebih Nevan mempunyai otak yang benar-benar bodoh. Tetapi meskipun begitu Nevan tetap terlihat tampan di kalangan kaum hawa. Mungkin wajah menjadi nomor satu bagi semua perempuan.
Nevan mengambil ponsel yang berada di atas nakas lalu memasukannya kedalam saku celana. Setelah itu ia berjalan keluar kamar sembil bersiul kecil. Nevan tidak pernah membawa tas ransel. Hanya beberapa buku yang ia tinggal di kolong mejanya, simpel kan?
"Selamat pagi," sapa Nevan seraya menyambar roti tawar yang terletak di meja makan.
"Lo bisa duduk dulu, gak?" Navin melirik tajam ke -arah adiknya yang tidak mempunyai ahlak itu.
Nevan mengangkat bahunya acuh, "Males ah, pantat gue panas kalo duduk deket lo."
"Adek laknat!"
"Lo abang bego!"
Navin berdecih, "Kayak lo gak bego aja," tajam Navin.
Dara menghela berat saat melihat kedua anaknya yang selalu saja bertengkar. Padahal Nevan dan Navin sudah dewasa, tetapi keduanya tidak bisa berikap layaknya seorang remaja dewasa.
"Udah ributnya?" sindir Dara.
"Dia duluan, Mi!" ucap Navin seraya menunjuk Nevan yang tengah asik memakan sarapannya.
"Dia kan abang, seharusnya ngalah kan, Mi?" tanya Nevan.
Dara berdecak seraya geleng-geleng kepala."Udah! Mami gak mau denger kalian berdebat lagi! Sekarang gantian Mami yang ngomong."
"Ngomong aja kali, Mi." Kompak Nevan dan Navin secara bersamaan.
"Ngikutin aja lo," decak Navin kesal.
"Lah? Mana gue tau, mulut gue nih yang ngomong."
"Berisik lo!" sentak Navin.
"Dih kesel," cibir Nevan tak mau kalah.
"DIAM!" bentak Dara membuat keduanya terdiam membisu.
"Mami mau ngomong! Kalian bisa diam gak?" lanjut Dara menatap kedua anaknya.
"Yaudah cepetan ngomong, Mi. Nevan mau berangkat sekolah."
Dara mengangguk seraya tersenyum. "Jadi begini, semalam Mami pulang di antar sama perempuan."
"Oh iya semalam Mami pulang jam berapa? Astaga, Mi. Papi sampai khawatir sama Mami." Potong Nevan membuat Dara mendengus kesal.
"Diem dulu bego! Mami belum selesai cerita." Sergah Navin.
Nevan menyengir bodoh. "Lanjut, Mi."
Dara mencibir, ia benar-benar kesal dengan Nevan. Kenapa anaknya jadi menyebalkan seperti ini sih?
Dara berdeham pelan, "Pokoknya semalam Mami di anter sama cewek cantik banget, dia benar-banar baik. Kalo gak percaya tanya aja sama Papi."
"Papi kan udah pergi ke-kantor, Mi." Sambung Navin seraya meneguk segelas susunya.
Nevan mengernyit, "Kok bisa, Mi? Siapa namanya?"
Dara mendengus. "Mami lupa, padahal semalam dia udah ngasih tau namanya."
Nevan memutar bola mata malas, "Apa Mami udah tua?"
"Hei! Sembarang kalo ngomong!" sergah Dara kesal.
"Van, lo gak berangkat sekolah? Udah siang banget ini." Ucap Navin membuat Nevan melirik jam yang melingkar di pergelangannya.
"Astagfirullah! Gue kesiangan, bang," pekik Nevan lalu berdiri dari duduknya.
"Nevan pergi, Mi. Asalam'mualaikum." Nevan berlari secepat kilat sampai lupa bersalaman dengan Dara.
"Dasar anak gak ada ahlak!"
🌈☀🌈
SEORANG gadis tengah meruntuki dirinya sendiri. Kinan, gadis itu terus menggerutu kesal kala pintu gerbang sudah tertutup rapat dan dikunci. Ia benar-benar bodoh karena telat bangun dan berakhir kesiangan seperti ini. Apa yang harus ia lakukan sekarang?
Tinnn....
Suara klakson mobil membuat Kinan terlonjak kaget. Ia berbalik dan melihat siapa seseorang yang telah berani mengejutkannya.
Kinan mendengus kesal, "Woi cowok idiot! Turun lo!" Dia adalah Nevan, musuh Kinan yang sangat menyebalkan.
Nevan keluar dengan tampang menyebalkannya, membuat Kinan berdecih sebal.
"Kenapa sih, Nen?" tanya Nevan seraya melipat kedua lengannya di dada.
"Lo udah buat gue kaget!"
"Gak sengaja, lagian salah lo juga, ngapain coba berdiri di sini? Mau jadi tukang parkir?"
Sialan! Nevan selalu saja membuat kesabarannya habis."Mata lo buta? Gak liat tuh pintu gerbang di tutup?"
Nevan mendesah pelan, "Yaudah manjat aja. Ayo!" ajak Nevan seraya menarik lengan Kinan.
Apa manjat? Yang benar saja ia disuruh manjat gerbang yang menjulang tinggi ini? Otak Nevan sebenarnya di taruh dimana sih? Atau Nevan tidak mempuntai otak? Ah, ia rasa saat pembagian otak Nevan memang tidak datang.
"Lapas!" Kinan menepis kasar cekalan Nevan.
Nevan menoleh lalu menautkan kedua alisnya, "Lo mau masuk kelas gak?"
Kinan menggeleng tegas, "Lebih baik gue pulang dari pada harus di hukum karena telat!"
Nevan berdecih, "Takut amat si lo?"
"Ayo kita manjat," lanjut Nevan kembali menarik lengan Kinan.
"Gue gak mau!" tepis Kinan kasar,"lo bodoh atau gimana sih? Gerbangnya terlalu tinggi untuk di panjat, mana bisa?"
Nevan menyeringai, "Lo takut gue ngintip celana dalam lo? Jadi lo gak mau manjat?"
Kinan mendelik, "Cowok mesum!" decak Kinan kesal.
Nevan menghela napasnya sebentar, "Yaudah ayo ikut gue aja," ajak Nevan membuat kening Kinan bergelombang.
"Kemana?"
Nevan berdecak sebal, "Bawel lo! Ikut aja ayo!" Nevan menarik Kinan lalu menyuruhnya masuk ke-dalam mobil.
"Eh motor gue gimana?"
"Gampang, gak bakalan ilang cuma motor butut kek gitu."
Peletak!
"Aw...." Nevan meringis kala Kinan menjitak keras puncak kepalanya.
"Sakit bego!"
Kinan memutar bola matanya malas, "Gue gak peduli! Lo udah ngatain motor gue!"
"Ck. Lebay amat si lo, Nen."
Kinan berdecih, "Dasar orang kaya, selalu seenaknya."
Nevan tak menghiraukan kekesalan Kinan, ia langsung menghidupkan mesin mobilnya agar segera pergi dari pekarangan SMA Taruna.
"Eh, emang kita mau kemana, sih?"
"Bolos, Nen."
"Hah?"
TERUS BACA CERITA KINAN DAN NEVAN SAMPAI HABIS YA:)
VOTE DAN COMMENT SELALU AKU TUNGGU! INGAT! MENUNGGU ITU GAK ENAK HEHEHE.
SEE YOU:))
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is My Enemy
Teen FictionWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! (SELESAI DAN MASIH LENGKAP) Bagi Kinan, Nevan adalah musuh abadinya di muka bumi. Kinan membenci, Nevan pun membenci. Kinan merindukan Nevan pun ikut merindukan. Kinan menyinari dan Nevan mewarnai. Hari demi hari...