-BAGIAN DELAPAN BELAS

589 53 2
                                    

Kekesalanmu, adalah kesenangan sendiri bagiku. Entah mengapa, seperti makanan tanpa garam kalau belum mengganggumu.

****

DI pinggir lapangan, terdapat tiga orang cowok tengah berselonjor. Satu cowok dengan kulit putih serta hidung mancung itu mengibaskan tangannya karena gerah, sedangkan cowok tampan satunya tengah meneguk air mineral hingga habis. Yang terakhir, cowok dengan warna kulit sawo matang namun terlihat manis itu tengah menyeka keringatnya.

Nevan, Farhan dan juga Adit. Ketiga cowok itu tampak kelelahan akibat tanding basket yang di tantang oleh kelas XII IPS-1. Pertandingan pun di menangkan oleh Nevan dan kawan-kawan. Ya, meskipun sifat Nevan urakan dan absurd tetapi ia mempunyai bakat dalam bidang olahraga.

Semua kaum hawa tampak terpukau kala menyaksikan pertandingan. Entah mengapa mereka seakan terikat oleh pesona Nevan, Farhan dan juga Adit. Seakan baru menyadari kalau ketiga cowok itu termasuk dalam kategori mereka.

"Capek banget ya," Adit berucap seraya membuka tutup botol air mineral yang ada di sampingnya.

"Lebih capek berjuang tapi nggak di hargain," sambung Farhan memasang tampang memelasnya.

Nevan berdecih. "Lo curhat?"

"Nggak juga, sih," sengit Farhan.

Adit terkekeh, menepuk-nepuk bahu Farhan seakan merasa prihatin. "Sabar ya, Han. Gue yakin lo kuat kok," ucap Adit mendramatis.

Farhan menepis kasar tangan Adit yang menempel di bahunya. "Apaan sih, lo!"

"Ya kan elo di tolak sama Kinan, makanya lo jadi alay kayak gini," cibir Adit tergelak.

"Anjir!!! Nggak usah keras-keras kalo ngomong, mulut lo kayak emak-emak ya!" sengit Farhan seraya menjitak puncak kepala Adit, membuat sang empu mengaduh kesakitan.

Nevan celingak-celinguk, omong-omong tentang Kinan. Sedari tadi ia belum melihat batang hidung cewek itu. Nevan mengedarkan pandangannya ke atas tribune, mencari keberadaan Kinan. Tapi ... tidak ada, di sana hanya ada Luna dan Naya, apa cewek itu tidak masuk sekolah?

Nevan bangkit dari duduknya, berniat mencari Kinan. Entah mengapa ia jadi ingin bertemu cewek itu, ah mungkin karena biasa mengganggu. Jadi, aneh rasanya kalau belum bertemu.

"Eh mau kemana lo?" teriak Farhan kala Nevan sudah berjalan menjauh dari lapangan.

"Udah biarin, paling-paling ke kantin." Timpal Adit.

Sepanjang koridor Nevan belum menemukan Kinan, bahkan koridor tampak sepi karena semua siswa-siswi masih berada di tribune untuk menyaksikan pertandingan kedua.

Apa cewek gila itu memang tidak masuk sekolah?

"NEVAN!"

Nevan refleks memutar badannya cepat kala mendengar seruan seseorang. Keningnya mengernyit bingung mendapati Luna yang kian berjalan mendekat.

"Kenapa?" tanya Nevan pada intinya.

Luna menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali, bingung harus memulai dari mana.

"Lo pasti nyari Kinan?" terka Luna.

Nevan menaikan sebelah alisnya. "Kalo iya kenapa?"

"Pasti lo mau ganggu dia, kan?"

"Bukan urusan lo!"

Luna mengembungkan pipinya, sedikit kesal dengan cowok menyebalkan di hadapannya.

"Pokoknya lu jangan ganggu dia! Kinan lagi pusing gara-gara elo!"

Kening Nevan semakin bergelombang, bingung dengan perkataan Luna barusan.

My Boyfriend Is My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang