-BAGIAN SEMBILAN BELAS

604 56 4
                                    

Aku khawatir rasa ini bukan rasa biasa, tapi rasa luar biasa saat berada di dekat mu.

****

OTAK Kinan terus berpikir keras karena kali ini Nevan mengajaknya pulang bersama. Entah apa yang ada di pikiran cowok menyebalkan itu sampai-sampai Nevan bersikukuh memaksa Kinan agar mau pulang dengannya. Susah payah Kinan menolak namun hasilnya nihil. Nevan benar-benar keras kepala. Sebenarnya setan apa yang merasuki tubuh Nevan? Atau kala pertandingan basket kepala cowok itu terbentur?

Nevan berdecak kala menyadari Kinan yang tengah sibuk dengan pikirannya, sepanjang koridor sampai di parkiran Kinan benar-benar diam. Entah apa yang di pikirkan cewek itu. Sayangnya Nevan bukan cenayang yang bisa tahu apa pikiran Kinan.

"Cepetan masuk, Nen!" Kinan tersentak seraya mengerutkan kening.

"Masuk kemana?"

Nevan tersenyum jahil. "Maunya masuk kemana? Duh harusnya gue ya yang masuk? Terus nanti enaknya keluar di dalem atau di luar?"

Perkataan Nevan, benar-benar membuat Kinan mendelikan matanya. Mengapa cowok idiot ini selalu berucap ambigu? Sebenarnya Nevan itu punya otak atau tidak sih?

"Dasar cowok mesum!!!"

Nevan mengangkat bahunya acuh. "Nggak mesum nggak normal, Nen."

"Ya tapi nggak gitu juga, cowok idiot!!!" lama-lama Kinan jadi keki sendiri dengan Nevan. Mengapa pikirannya selalu ke hal-hal negative?

Nevan mengibaskan tangannya di udara. "Udah! Jangan ngomel, cepet masuk! Masuk ke dalam mobil maksudnya."

Tatapan Kinan beralih pada mobil berwarna kuning menyala di sampingnya. Ia mendengus lalu langsung menyelonong masuk begitu saja. Mengabaikan Nevan.

Nevan berdecih, ingin sekali rasanya ia mengumpati Kinan. Namun ia tahan, setelah itu  ia langsung menyusul masuk ke dalam.

Berbeda dengan kedua laki-laki yang sedari tadi memperhatikan interaksi Kinan dan Nevan. Salah satunya mengernyit bingung.

"Nevan pulang bareng Kinan?" heran Farhan seraya memperhatikan mobil Nevan yang sudah keluar gerbang.

"Iya, lo liat sendiri kan? Kenapa pake nanya lagi? Lo bego?" Adit mencibir seraya memutar bola mata malas.

"Kok bisa?"

"Kenapa nggak bisa?" heran Adit.

"Mereka kan udah kayak kucing sama anjing, aneh aja gitu. Terus kenapa juga Kinan mau?" Farhan masih bertanya. Lebih tepatnya merasa heran.

Adit menggeleng. "Mana gue tau, tadi juga Nevan nyuruh gue nganterin motor Kinan. Ya mungkin nanti gue bakalan nganterin."

"Kenapa? Lo cemburu ya, Han?" lanjut Adit menggoda.

"Nggak! Buat apa? Kinan juga nggak suka sama gue, kan?"

Adit mangut-mangut. "Gue kan cuma nebak."

"Jangan jadi cenayang dadakan, Dit!" sewot Farhan.

"Yaudah ayo kita pulang!"

Farhan mengangguk, mengikuti langkah Adit. Namun, baru saja beberapa langkah seruan seseorang membuat keduanya refleks memutar badannya kembali.

"ADIT!!! FARHAN!!!"

Seseorang itu kian mendekat. Membuat Adit dan Farhan saling bertatapan, bingung.

"Shira?" heran Adit.

"Mau apa dia?" tambah Farhan.

Shira tersenyum kala sudah berada di hadapan Adit dan juga Farhan.

My Boyfriend Is My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang