Bukan halusinasi, bukan pula ekspetasi. Semua rasa ini asli, dan aku sangat berterimakasih karena aku senang sekali.
****
EUFORIA kini tengah di rasakan oleh seorang perempuan yang baru saja memasuki kelas. Kinan, perempuan itu tak bisa mengelak lagi kalau ternyata musuhnya selama ini justru menjadi orang yang sangat berpengaruh dalam hidupnya. Nevan, cowok itu berhasil membuat perasaannya senang dengan jantung yang masih saja berdetak cepat. Sungguh, ia sama sekali tidak menduga kalau Nevan akan menyatakan perasaannya. Jadi—selama ini cowok itu jatuh hati padanya?
"Kenapa senyum-senyum?! Habis dari mana lo?" Kinan berdeham ketika menyadari ada Luna dan Naya yang sedari tadi memperhatikannya.
"Ng-nggak dari mana-mana," jawabnya lalu mendudukan diri di samping Luna.
"Terus kenapa senyum-senyum?" tanya Naya seraya menaikan sebelah alisnya.
Senyum? Apa benar ia tidak sengaja mengangkat sudut bibirnya? Ah, ini pasti efek saat Nevan mengungkapkan perasaannya. Habisnya terlalu manis sih.
"Gu-gue nggak senyum, biasa aja kali," elak Kinan cepat.
Luna menghela napas. "Udah deh, Nan. Jujur aja! Habis dari mana dan dapat apa sampai muka lo semringah kayak gitu," huh, memang dasarnya Luna kepo! Pasti teman satunya itu terus mendesak agar ia berkata jujur.
Menurut kalian? Apa ia harus memberitahu Naya dan Luna kalau Nevan baru saja menyatakan perasaannya? Ah, ia sendiri ragu. Bagaimana kalau nanti ia akan mendapat banyaknya pertanyaan? Malas sekali jika harus menjawab semua pertanyaan kepo Luna dan Naya.
"Nan! Kok malah diem?" decak Luna sebal.
"Pasti ada sesuatu, kan Nan?" timpal Naya.
Mau tidak mau ia harus memberitahu Naya dan Luna, Kinan pun mulai menyerongkan badannya menghadap Luna, di ikuti Naya yang sudah mencondongkan badannya.
Sebelum memberitahu kedua temannya Kinan sempat melirik ke kanan dan ke kiri, untung saja kelas masih sepi karena semua murid masih berada di luar kelas karena jam istirahat. Jadi amanlah ya.
"Gue ... Gue pacaran sama Nevan," ungkap Kinan akhirnya.
"WHAT? PACARAN?" Sudah Kinan duga, bahwa Luna akan berteriak. Dasar lebay!
"L-lo ... serius, Nan?" tanya Naya yang di balas anggukan kecil oleh Kinan.
"YA TUHAN! KOK BISA NAN? GILA INI BERCANDA NGGAK SIH?" Luna masih saja berseru heboh.
Kinan berdecak pelan. "Iya! Jangan teriak-teriak, Lun!" sebal Kinan.
"TUH KAN! APA GUE BILANG! SI NEVAN ITU SUKA SAMA LO," untung saja keadaan kelas benar-benar sepi. Kinan tidak bisa membayangkan betapa malunya ia kalau sampai semua murid mendengar pekikan Luna.
"Udah, Lun! Santai! Nggak usah lebay gitu," ucap Kinan.
Luna cengengesan, ia sungguh terkejut dengan kabar yang di beritahu Kinan. Kalian tahu kan bagaimana Nevan dan Kinan itu? Sudah seperti kucing dan anjing, tapi kenapa sekarang mereka malah mempunyai hubungan?
"Kapan lo di tembaknya, Nan?" tanya Naya pada Kinan.
"Mmm ... pas di halaman belakang sekolah," jawabnya.
"GILA SIH! KENAPA LO NGGAK AJAK GUE KINAN! KAN KALO ADA GUE, BISA AJA GUE ABADIKAN DENGAN CARA GUE VIDEOIN," Sumpah! Rasanya Kinan ingin menyumpal mulut kaleng rombeng Luna saja.
"Jadi, lo resmi nih pacaran sama Nevan?" tanya Naya lagi.
Kinan mengangguk kecil. "Ya gitu, Nay. Gue juga nggak bisa bohongin perasaan gue, rasa ini hadir dengan sendirinya. Gue ... gue beneran nyaman sama cowok itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is My Enemy
Roman pour AdolescentsWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! (SELESAI DAN MASIH LENGKAP) Bagi Kinan, Nevan adalah musuh abadinya di muka bumi. Kinan membenci, Nevan pun membenci. Kinan merindukan Nevan pun ikut merindukan. Kinan menyinari dan Nevan mewarnai. Hari demi hari...