Luka hadir tanpa suara.
Sebab air mata jatuh tanpa bicara.****
"Mi, udah si nggak usah berlebihan. Kasihan Kinan-nya risi,"
Perempuan dengan rambut di ikat menyamping itu terkekeh pelan ketika Navin membuka suara. Memang, sedari tadi Kinan terus di lempari berbagai pertanyaan oleh wanita di sampingnya. Dara, wanita itu tampak antusias sekali karena kehadiran Kinan. Rasa senang dan canggung sungguh mendominasi saat ini, Kinan hanya tidak mau banyak bicara, takut terlalu sok dekat meskipun sudah mengenal lama tetap saja ia malu.
Jaga image itu perlu.
Dara berdecak, sebal dengan anak sulungnya itu yang tengah asik menonton televisi. "Mami nggak berlebihan ya, Vin. Mami cuma gak mau Kinan diem aja," ujar Dara pada Navin.
"Tapi nggak usah banyak nanya juga kali, Mi. Kinan pasti capek jawabnya. Mami udah kayak wartawan tau gak sih,"
Anak kurang ajar. Dara tidak mempunyai maksud membuat Kinan risi, ia hanya mencoba membuat Kinan senang dan tidak bosan karena menunggu Nevan yang entah kemana. Jujur saja Dara kesal, masa pacarnya main tapi Nevan malah tidak ada.
"Gapapa, Mi. Kinan nggak risi kok, Kinan malah seneng," ujar Kinan seraya menepuk pelan tangan Dara yang sedari tadi berada di atas pahanya.
"Ah Mami udah duga, Navin aja yang nyebelin kan, Kinan?" perempuan itu hanya mengangguk sebagai jawaban. Tujuan ia datang ke rumah Nevan hanya ingin main saja karena sedang libur bekerja, juga menemui Dara. Tetapi setelah sampai justru Nevan malah tidak ada. Kemana cowok itu? Ponselnya pun tidak aktif dari semalam.
"Kinan sabar ya nunggu Nevan, Mami juga nggak tau tuh anak kemana," ujar Dara merasa kasihan. Pasti Kinan mulai bosan karena terlalu lama menunggu.
"Ah gapapa, Mi," jawab Kinan sekenanya.
Dara menilik Kinan lekat, hatinya meringis tiba-tiba. Entah mengapa ia jadi sedih kalau suatu saat Kinan tahu masalah Nevan mengenai Gibran selama ini. Bagaimana perasaan Kinan nantinya? Ia sangat menyayangi Kinan sama seperti ia menyayangi kedua anaknya.
"Kinan," seru Dara membuat perempuan itu menoleh ke arahnya.
"Iya, Mi?"
"Kamu ... lagi ada masalah nggak sama Nevan?"
Masalah ya? Kinan sendiri pun tidak tahu apakah hubungannya sudah membaik atau belum. Karena semenjak Nevan dekat lagi dengan Shira ia merasa semuanya agak berubah. Termasuk Nevan, cowok itu menjadi berubah. Yang tadinya selalu memberitahu kemana pun perginya cowok itu sekarang tidak. Kinan sendiri pun tidak tahu kemana Nevan. Ia sudah melupakan masalahnya kala di sekolah, tetapi sampai detik ini ia tidak dapat kabar dari Nevan.
Dengan cepat Kinan menggeleng. "Nggak, Mi. Kinan gak ada masalah apapun sama Nevan."
"Navin! Kamu tau nggak kemana Nevan?" tanya Dara sedikit berteriak.
"Nggak, Mi. Gak tau," balas cowok itu membuat Dara mendengus keras.
"Duh Kinan, kamu masih kuat nunggu Nev—"
"Assalamualaikum," kalimat yang baru saja akan Dara keluarkan tertahan karena suara yang baru saja muncul dari balik pintu. Ia tersenyum lalu berujar.
"Waalaikum'salam. Nah, Tuh Nevan, Nan."
Senyum di wajah Kinan sirna ketika perempuan bertubuh seksi itu muncul dari belakang Nevan. Perasaannya sakit melihat kedatangan Nevan dengan Shira. Kalau begini, untuk apa ia menunggu Nevan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is My Enemy
Teen FictionWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! (SELESAI DAN MASIH LENGKAP) Bagi Kinan, Nevan adalah musuh abadinya di muka bumi. Kinan membenci, Nevan pun membenci. Kinan merindukan Nevan pun ikut merindukan. Kinan menyinari dan Nevan mewarnai. Hari demi hari...