Pada akhirnya yang pernah terluka ingin kembali jatuh cinta.
****
DENGAN sangat terpaksa dan rasa malas akhirnya Kinan sudah sampai di kediaman seorang Nevan Alvis Adelio. Kinan turun dari motornya, menyisir rambut panjangnya menggunakan tangan.
Ia menengadah, menatap langit yang di penuhi jutaan bintang. Malam minggu ini tampak terang, bulan bersinar dengan sempurna. Tapi sayang, Kinan hanya menyukai matahari.
Kinan mulai melangkah masuk ke dalam rumah Nevan. Kalau boleh jujur, rasanya Kinan benar-benar malas hanya untuk datang ke acara barbeque yang sama sekali tidak penting baginya. Tapi, dengan paksaan akhirnya Kinan menurut saja. Enggan berdebat.
Sesampainya di dalam, Kinan menghembuskan napasnya. Ternyata semua teman-temannya sudah sampai lebih dulu. Terlihat Adit dan Luna yang asik berbincang, Naya dan Farhan. Dan Nevan dengan Shira.
Kinan berdeham. "Asalam'mualaikum." Refleks, semua pasang mata menoleh pada Kinan yang berdiri di ambang pintu masuk.
"KINAN...." Luna memekik senang, ia berjalan menghampiri sahabat baiknya.
"Gue kira lo nggak dateng, Nan." Naya berucap seraya berjalan mendekat.
"Dateng, kan gue udah janji."
Nevan tersenyum seraya mendekat ke arah Kinan. "Nenen udah sampai? Mau minum nggak?" goda Nevan jahil.
Tuh kan! Baru datang saja Nevan sudah membuatnya tersulut emosi. Benar-benar cowok sialan!
"Nggak usah banyak bacot, deh lo!" sengit Kinan tajam.
"Astaga! Bisa nggak sih kalian jangan ribut kalo udah ketemu." Protes Adit kesal. Heran, tidak di mana-mana selalu saja adu mulut.
Nevan berdecak sekali. "Gue kan baik, Dit. Nawarin Nenen minum. Dianya aja yang nggak berterimakasih!"
"Bodo amat!" sentak Kinan sarkas.
Shira yang sedari tadi memperhatikan perdebatan pun akhirnya berdeham pelan. "Hai, Nan. Lo juga dateng ya? Gue kira nggak," Kinan sedikit mengernyit, ia seperti mendengar nada ketidaksukaan Shira. Tunggu! Ini pasti hanya perasaannya saja, Shira kan anak yang baik.
"Ah iya, Shir." Jawab Kinan sekenanya.
"WAH UDAH PADA KUMPUL SEMUA YA?" suara yang cukup nyaring nan kencang itu membuat semua pasang mata menoleh. Dara, suara itu berasal dari wanita paruh baya namun masih memiliki pesona di wajahnya.
Dara tersenyum senang tatkala melihat kehadiran Kinan. "Eh Kinan, ya ampun Tante kira kamu nggak dateng." Kinan mulai menyalami Dara.
"Kinan dateng kok, Tan."
Shira mengernyit bingung. "Tante udah kenal Kinan?" tanya Shira kepo.
Dara mengangguk. "Kenal dong, Kinan kan anak yang baik. Iya kan Kinan? Dara melirik Kinan sesaat.
Kinan meringis, bingung harus merespon apa.
"WOI SEMUA! KAPAN ACARA MAU DI MULAI?!" lagi, semua menoleh pada sumber suara yang cukup keras. Mereka lantas mengernyit bingung tatkala mendapati laki-laki jangkung dengan wajah sempurna yang tengah berdiri di ujung tangga.
Nevan berdecak, mengumpati Navin sang kakak terlaknat. Memalukan!
"Itu siapa, Van? Ganteng." Luna tersenyum semringah melihat Navin mulai berjalan mendekat.
"Et dah betina, nggak boleh ngeliat cowok ganteng dikit." Adit merengut sebal.
"Itu bang Navin, abang Nevan." Sambung Farhan memberitahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is My Enemy
Teen FictionWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! (SELESAI DAN MASIH LENGKAP) Bagi Kinan, Nevan adalah musuh abadinya di muka bumi. Kinan membenci, Nevan pun membenci. Kinan merindukan Nevan pun ikut merindukan. Kinan menyinari dan Nevan mewarnai. Hari demi hari...