Aneh, aku belum mengetahui jelas perasaan apa ini. Masih abu-abu. Jadi, jangan pede dulu!
****
WAJAH semringah Nevan membuat semua orang ya ada di rumah terheran. Pasalnya, semenjak pulang sekolah sampai malam hari begini Nevan terus memasang wajah semringahnya. Navin, kakak dari Nevan mulai jengah melihat adiknya seperti itu. Menjijikan! Sedangkan Dara, menduga-duga kalau anaknya mulai gila.
"Mi, Navin khawatir kalo Nevan kesambet. Atau setan sedang merasuki badannya?" Navin berucap seraya memandang Nevan horor.
Dara mangut-mangut. "Iya, bang. Kayaknya sih gitu, biasanya kan Nevan selalu nyebelin."
Bi Tia, selaku asisten rumah tangga datang dengan membawa minuman serta beberapa cemilan. Saat ini mereka memang sedang berkumpul di ruang tamu. Sembari menunggu Alvis pulang dari kantor.
"Wah kayaknya, Den Nevan lagi seneng banget ya? Kok wajahnya berseri-seri gitu." Ucap Bi Tia seraya terkekeh pelan, setelah itu beranjak untuk kembali ke dapur.
"Makasih ya, Bi." ucap Dara yang di balas anggukan oleh bi Tia.
Nevan bergumam pelan, menoleh pada Navin dan juga Dara yang tengah memperhatikannya.
"Kenapa sih? Kok ngeliatin Nevan kayak gitu banget," decak Nevan sebal.
"Abisnya muka lo semringah banget. Kenapa sih?" tuh kan, Navin jadi kepo dengan adik kurang ajarnya.
"Iya! Kamu kenapa? Bahagia banget." Dara ikut menimpali seraya meneguk air es yang sudah bi Tia buatkan tadi.
Nevan menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali. Jujur saja, Nevan sendiri pun bingung mengapa ia merasa senang. Padahal ia sedang tidak mendapatkan apa-apa. Lantas apa yang membuat keadaan hatinya baik? Apa karena Kinan? Ah! Mana mungkin.
"Nggak! Mi, bang. Nevan lagi nggak kenapa-napa." Nevan sendiri pun bingung harus menjelaskan apa. Memang tidak ada yang bisa di jelaskan, rasa senangnya datang begitu saja. Entalah.
Baru saja Dara ingin berucap namun langsung tertahan karena seseorang yang baru saja muncul dari balik pintu.
"ASALAM'MUALAIKUM ...."
"Waalaikum'salam." Jawab ketiganya kompak. Dara tersenyum kala melihat Alvis, sang suami, yang baru saja pulang dengan wajah lelahnya. Meski begitu, Alvis tetap terlihat tampan nan tegas.
Navin menggeser badannya memberi celah agar Alvis ikut duduk dan berkumpul. Ia tersenyum, melihat kedua orang tuanya yang selalu romantis dalam keadaan apapun.
"Mau aku buatkan minum, sayang?" tawar Dara yang langsung berdiri dari duduknya.
"Nggak usah, aku gak haus. Sini, duduk samping aku. Navin, minggir kamu!"
Dara terkekeh, ia pun langsung ikut duduk kala Navin sudah berpindah tempat ke bawah. Duduk di karpet bersama Nevan.
Navin mendengus, merasa terbuang. Menyebalkan!
Alvis menghela napasnya lalu menatap Nevan, anak keduanya itu terlihat sedang bahagia. Terlihat dari raut wajahnya yang semringah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is My Enemy
Novela JuvenilWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! (SELESAI DAN MASIH LENGKAP) Bagi Kinan, Nevan adalah musuh abadinya di muka bumi. Kinan membenci, Nevan pun membenci. Kinan merindukan Nevan pun ikut merindukan. Kinan menyinari dan Nevan mewarnai. Hari demi hari...