-BAGIAN DUA PULUH SEMBILAN

535 49 6
                                    

Mungkin karena sering terbiasa melihatmu. Jadi, seperti ada yang berbeda kala kepergianmu.

****

TIDAK ada yang bisa Kinan lakukan tatkala jam kosong seperti ini. Ia hanya bisa duduk di depan kelas tepatnya di teras. Huh! Membosankan.

Ia menghembuskan napasnya gusar, mengayunkan kaki guna menghilang rasa yang sangat bosan. Kesal rasanya kalau sudah begini, mengapa juga harus free class? Ia kan sekolah bayaran, kalau sering free class begini bisa rugi dirinya. ilmu yang kurang, uang pun hilang.

Kinan berdeham seraya menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, menoleh pada cewek yang sedari tadi sibuk berkutik dengan ponselnya.

"Ada apa sih Lun di hape lo?" Kinan mulai jengah melihat Luna yang sedari tadi berdiam diri di sampingnya seraya senyum-senyum sendiri. Macam orang gila saja!

Luna mendongkak, menyengir kuda. "Lagi nonton MV BTS. Seru banget, Nan. Mata gue seger kalo liat oppa-oppa ganteng. Hehehe."

Kinan mendengus sebal. "Nggak guna banget sih, Lun. Omong-omong ... Naya mana ya? Kok nggak keliatan dari awal free class."

Luna berdecak pelan, Kinan itu banyak tanya! Tentu saja hal itu mengganggunya yang sedang asik menonton. "Tadi sih dia bilang lagi ada urusan di ruang teater. Maklum, Nan. Naya kan ketuanya."

Kinan mangut-mangut.

"Lo bete ya karena nggak ada Nevan?" terka Luna seraya terkekeh pelan.

Kinan lantas mengernyit. "Nevan? Maksud lo?" heran Kinan. Memang sih, dari pagi ia belum melihat batang hidung cowok menyebalkan itu. Tapi masa bodoh! Ia tidak peduli. Hanya saja, seperti ada yang hilang. Mungkin karena Nevan yang suka menjahilinya.

Luna mendesah palan. "Iya Nevan, Nan. Biasanya kan dia selalu gangguin lo. Tapi untuk hari ini nggak deh kayaknya. Soalnya, Adit bilang sama gue kalo Nevan bolos dari jam pertama."

Penjelasan Luna barusan membuat Kinan memutar bola mata malas seraya mencibir. Bolos? Sebenarnya apa niat cowok itu sekolah? Sudah bodoh, sering bolos pula. Ah dasar Nevan.

Nevan itu tidak bisa di bilang badboy. Cowok itu sama sekali tidak merokok, tidak suka berantem, tapi seragam sekolah selalu terlihat berantakan dan tidak rapih. Di tambah sering membolos. Lantas, Nevan itu cowok seperti apa? Goodboy? Tidak! Itu jauh dari sifat gila Nevan. Hanya dua kata yang cocok untuk Nevan. Cowok idiot! Mengapa Kinan menyebutnya cowok idiot? Karena sikap dan sifat Nevan benar-benar gila. Sangat menyebalkan! Kalau cowok itu normal, tidak mungkin kan menyebut namanya dengan istilah 'Nenen'?

"Yeh! Malah ngelamun lagi lo, Nan," sentak Luna membuat Kinan terlonjak kaget.

Kinan berdecak, berdiri seraya mengibaskan tangannya. "Nggak guna gue deket sama lo, Lun. Bisanya cuma nontonin hal yang nggak penting. Mending gue ke perpus aja. Pasti dapet ilmu." Kinan berbalik badan lalu beranjak pergi. Meninggalkan Luna yang sudah bersungut-sungut.

"IRI BILANG BOS!!!"

Langkah Kinan terhenti tepat di depan pintu perpustakaan. Ia celingak-celinguk, tidak ada orang satu pun. Dan ... penjaga perpustakaan pun sedang tidak ada. Ia mengedikan bahu acuh, tidak peduli dan langsung masuk ke dalam.

Ia berjalan mendekat pada rak buku yang khusus untuk anak-anak jurusan IPA. Tangannya pun terulur untuk mengambil dua buah buku. Fisika dan biologi. Ia mulai mengedarkan pandangannya, tersenyum tipis seraya berjalan menuju meja paling pojok.

Setelah mendudukan bokongnya, ia lantas langsung membuka lembar demi lembar buku yang sudah ia ambil tadi. Mulai membaca dan memahaminya.

Tuk!

My Boyfriend Is My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang