-BAGIAN ENAM BELAS

592 52 3
                                    

Perlahan-lahan semua berubah, yang di sebabkan oleh seiring berjalannya waktu.

****

HARI ini Kinan beruntung bisa menghabiskan waktunya untuk belajar. Pasalnya, Kinan sangat sulit sekali hanya untuk membuka buku pelajaran, karena setiap pulang sekolah ia harus berangkat kerja dan pulang malam. Beruntung semua guru sedang menyelenggarakan rapat. Jadi, Kinan bisa menghabiskan jam kosongnya di perpustakaan.

Rasanya senang berdiam diri dalam keadaan sunyi seperti sekarang. Perpustakaan memang jarang di datangi siswa-siswi, apalagi sedang free class begini. Sudah pasti mereka lebih memilih menghabiskan waktu di kantin atau membolos.

Kinan mulai membuka lembar selanjutnya, memahami isi dari buku tersebut. Kinan sengaja mengambil buku Fisika, karena di antara semua pelajaran yang ada, hanya Fisikalah yang sangat rumit. Kinan suka hal-hal yang menantang kinerja otaknya dalam belajar.

Kinan menggeser posisi duduknya agar lebih nyaman, ia menopang dagu lalu menengadah. Hembusan berat keluar begitu saja. Entah mengapa kepalanya menjadi pusing karena terus-terusan memikirkan bagaimana caranya ia mengganti ponsel Nevan, cowok idiot itu benar-benar mengesalkan! Sekarang fokusnya terbagi, antara belajar dan Nevan.

Masa gue harus pakai uang tabungan gue? Kinan membatin, menghembuskan napas gusar.

Kinan sama sekali tidak tahu harus bagaimana, bisa saja ia memakai uang tabungannya. Tapi, sudah pasti SPP tidak akan terbayar. Dan, uang untuk kuliahnya pun akan berkurang. Uang hasil gajinya? Ah, tidak! Itu tidak mungkin. Pasalnya bulan depan ia sudah memasuki semester.

Lalu, apa yang harus ia lakukan?

"Arrgghhsss ...." Kinan mengerang, mengacak rambutnya frustrasi. Sumpah! Kenapa sih ia harus menabrak Nevan kala itu? Kan jadi susah sendiri.

"Dasar cowok idiot sialan!"

🌈☀🌈

JAM kosong kali ini membuat Nevan mati kebosanan. Biasanya saat free class begini ia selalu saja membolos, tapi ... entah mengapa setelah mendengar ceramah Kinan tempo lalu, ia jadi segan membolos. Tunggu! Mengapa ia jadi mendengarkan apa kata cewek gila itu?

Takk!

Sebuah bolpoin mendarat mengenai puncak kepala Nevan, cowok itu meringis seraya mengaduh kesakitan. Ia memutar badannya menghadap Farhan dan juga Adit. Nevan memicing, menerka siapa yang sudah kurang ajar menyambitnya menggunakan bolpoin.

"Siapa?!" tanya Nevan kesal.

Farhan menunjuk Adit yang duduk disampingnya. Cowok hitam manis itu lantas menyengir dengan tampang watadosnya.

Nevan mencebik. "Sakit bego!"

"Lebay lo ah, gitu doang bilang sakit." Ejek Adit.

"Mau coba?" sengit Nevan yang langsung di balas gelengan oleh Adit.

"Lagian lo kenapa diem aja? Gue khawatir setan gagu merasuki tubuh lo." Adit menggeser bangkunya agar lebih dekat dengan Nevan.

"Bete banget sumpah, ngapain gue sekolah kalo cuma gini-gini doang," keluh Nevan.

"Gimana kalo kita bolos aja? Biasanya juga kita cabut," sambung Farhan.

"Nggak deh, gue lagi males," Farhan dan Adit saling melempar tatapan, heran. Tumben sekali Nevan malas membolos? Tidak seperti biasanya.

"Tumben banget curut got males bolos," cibir Farhan.

"Biasanya mau jamkos atau lagi belajar lo suka bolos," timpal Adit.

My Boyfriend Is My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang