-BAGIAN TIGA PULUH EMPAT

497 54 4
                                    

Ketika aku memutuskan untuk jatuh cinta padamu, maka aku akan jatuh cinta sejatuh-jatuhnya.

****

RAZIA dadakan sukses membuat semua siswa-siswi ketar-ketir. Ada yang bersembunyi di toilet, di kolong meja dan masih banyak lagi. Pak Heru, guru BK yang terkenal killer itu sungguh kejam, beliau tidak akan main-main kalau sampai anak muridnya tidak menaati peraturan yang sudah di buat. Contohnya; tidak pakai dasi, baju ketat, make up berlebihan dan lainnya.

"NEVAN ... NEVAN ... AYO KITA CABUT! GUE NGGAK MAU KENA RAZIA SIALAN ITU." Adit berteriak panik, cowok itu kelimpungan karena takut ketahuan pak Heru karena ponselnya penuh dengan video porno.

Nevan berdecak. "Apus dulu aja videonya. Lo bisa download lagi."

"Nggak! Gue nggak mau, sayang-sayang kuota!" kekeh Adit masih bergerak gelisah.

"WOI! WOI CABUT BURUAN, PAK HERU DI KELAS SEBELAH TUH." Farhan datang dengan napas terengah-engah. Menopang lutut guna mengatur napasnya.

Adit menepuk keningnya. "Tuh kan, Van! Gue sama Farhan nggak pakai dasi. Udah pasti kena ini mah."

Nevan bangkit dari duduknya. "Gue juga nggak pakai dasi bego. Tapi gue nggak mau bolos!" Farhan dan Adit lantas menoleh dengan cepat. Menatap Nevan dengan kening berlipat-lipat. Apa mereka tidak salah dengar? Nevan? Cowok urakan itu tidak mau bolos? Wow....

"Tumben banget lo," heran Adit.

"Iya, tumben," timpal Farhan.

"Gue belum ngeliat Kinan hari ini, nggak mau kalo bolos," ujar Nevan pada Adit dan Farhan.

"ANJING! NEVAN BUCIN LAGI!!!" teriak Adit.

"Yaudahlah, Gue mau cabut nih," Farhan berbalik. Berlari cepat meninggalkan kelas.

"WOI TUNGGUIN HAN!!!" seru Adit kencang dan ikut berlari menyusul Farhan. Meninggalkan Nevan.

Nevan menghela napasnya, berdecak pelan. Sebenarnya ia ingin ikut membolos, apalagi hari ini ada ulangan Kimia, rasanya malas. Tapi, berhubung mengingat Kinan. Ia jadi segan.

Cowok berhidung mancung itu lantas beranjak, lebih baik ia pergi saja ke kantin. Lagi pula pagi-pagi begini pakai ada razia segala, kurang kerjaan.

"HEI! JANGAN COBA-COBA KABUR!!!" langkah kaki Nevan terhenti lalu membalik badan, mendengus melihat pak Heru yang berjalan mendekatinya. Alih-alih mau menghindar tetapi kena juga. Sial!

"Saya nggak kabur, Pak. Saya mau ke kantin," hardik Nevan kala pak Heru sudah berdiri di hadapannya dengan membawa kardus yang berisi make up hasil sitaan.

"Sama saja! Kamu mau menghindar dari saya kan?" tukas pak Heru.

"Lagian Bapak kurang kerjaan banget sih. Pagi-pagi kayak gini udah keliling aja, kasihan tau Pak, itu make up pasti Bapak mau buang ya?" Nevan melirik kardus di tangan pak Heru.

"Siapa bilang saya mau buang?"

Nevan mengangguk. "Oh ... atau mau Bapak kasih buat istri Bapak, ya? Wah nggak modal ternyata Bapak ini. Padahal bedak, lipstik kayak gitu mah murah Pak. Tanpa perlu Bapak ambilin dari anak-anak perempuan."

Habis sudah kesabaran pak Heru. "NEVAN!!!"

"Iya, Pak. Saya," Nevan mengangkat tangannya.

"DASI KAMU MANA?"

"Ketinggalan, Pak," sahut Nevan entang.

"BAJU KENAPA NGGAK DI MASUKIN NEVAN!!! KAMU BENAR-BENAR GAK DI SIPLIN JADI MURID!!!" dengan napas naik turun pak Heru berucap. Entah sudah berapa kali ia memberikan ultimatum kepada Nevan agar berpenampilan rapi. Tetap saja tidak di dengar.

My Boyfriend Is My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang