-BAGIAN DUA

998 67 0
                                    

Sendiri itu sepi
Sendiri itu suram
Sendiri itu sunyi
Untuk ku sendiri itu menakutkan.
Tapi, aku ingin seperti matahari. Biarpun sendiri tetapi tetap menyinari.

****

KINAN membaringkan tubuhnya di atas kasur, hari ini ia benar-benar lelah akibat bekerja. Setelah pulang sekolah ia langsung berangkat ke-restoran tanpa istirahat terlebih dahulu. Kinan melirik jam weker yang berada di atas nakas, ia menghembuskan napas gusar. Sudah jam 10 lewat rupanya. Setiap hari Kinan harus pulang malam, bagaimana ia bisa belajar kalau seperti ini? Tubuhnya sudah lelah karena bekerja, kalau di tambah belajar bisa-bisa down.

Kinan mengambil bingkai foto berukuran sedang, ia tersenyum tipis saat memandang kedua orang yang ada di dalamnya.

"Ibu ... Ayah, Kinan kangen," lirih Kinan yang tanpa sadar air matanya jatuh membasahi pipinya.

"Kenapa kalian pergi sebelum Kinan dewasa?" Kinan bermonolog sendiri, ia benar-benar ingin melihat wajah kedua orang tuanya. Namun sayang, kedua orang tua Kinan pergi saat Kinan berumur satu tahun yang belum mengerti apa-apa. Saat itu Kinan langsung dibawa oleh Gibran.

Gibran Alferdi, adalah kakak kandung Kinan yang sangat menyayangi Kinan selepas kepergian kedua orang tuanya. Namun sayang, Gibran pun telah pergi meninggalkan Kinan. Padahal Gibran sudah berjanji bawah dia akan menjaga Kinan, tetapi Tuhan berkata lain. Gibran pun ikut pergi karena kecelakaan.

Kinan pikir, setelah Gibran mengajaknya ke Jakarta ia akan hidup bahagia bersama kakaknya. Tetapi semua itu salah, justru Kinan hidup sendiri tanpa ada yang menemani. Kinan berusaha kuat, ia tidak menyalahkan siapapun atas kepergian semua keluarganya. Kinan berasumsi kalau ini sudah takdir Tuhan. Kinan berjanji pada dirinya sendiri kalau ia akan menjadi gadis yang kuat. Ia harus mandiri dan tidak ingin mengandalkan orang lain.

Kinan mendesah pelan seraya menyeka air matanya, "Gue ngapain nangis, sih. Cengeng amat." Ejek Kinan pada diri sendiri.

Kinan tidak ingin menjadi gadis yang lemah dan mudah menangis, tak mau berlarut-larut Kinan pun memilih memejamkan matanya agar besok pagi ia bisa bersekolah dalam keadaan fres. Ya, itu pun kalau tidak bertemu Nevan. Cowok idiot yang selalu membuat kesabaran Kinan habis.

🌈☀🌈

NEVAN, Farhan dan juga Adit tengah asik berkumpul sembari memainkan PS. Padahal sudah malam tetapi mereka enggan untuk pulang. Nevan tidak memikirkan sekolah, begitupun dengan Farhan dan juga Adit. Perihal nilai, mereka tidak mau ambil pusing walaupun semua nilai mereka merah.

"Lo nggak ngantuk, Van?" tanya Farhan seraya geleng-geleng melihat Nevan yang masih semangat memainkan PSnya.

"Nggak tuh," jawab Nevan tanpa menoleh.

"Gue capek ah," timpal Adit seraya meletakkan stick PS-nya.

"Payah lo berdua," ejek Nevan.

"Eh, Van. Lo beneran gak suka sama si Kinan?" tanya Farhan yang tiba-tiba tertarik membahas tentang Kinan.

Nevan menoleh dengan kerutan di keningnya. "Lo pakai nanya sih? Ya nggaklah!" ucap Nevan tak santai. Apa untungnya jika ia suka dengan cewek gila seperti Kinan? Tidak tertarik. Lagi pula Nevan sudah ada Shira. Jelas lebih semok dibanding Kinan.

"Lo gimana sih, Han? Si Nevan kan udah ada Shira," tambah Adit seraya geleng-geleng kepala.

Shira adalah kekasih Nevan. Shira mempunyai bodi yang semok dibanding Kinan. Ya, begini-begini Nevan tidak munafik, ia lebih suka cewek yang berisi. Maksudnya berisi di bagian tertentu.

Farhan berdeham pelan, "Kalo gue suka Kinan, gapapa, kan?"

Adit yang sedang minum langsung tersedak mendengar ungkapan Farhan. "Lo beneran suka sama Kinan?"

Farhan tersenyum senang, "Sepertinya."

"Han! Han! Apa yang lo suka dari cewek model Kinan?" tanya Nevan seraya menepuk-nepuk bahu Farhan.

"Kinan itu beda, dia apa adanya," jawab Farhan.

"Hak lo juga sih mau suka sama siapa aja," serah Adit.

"ASTAGFIRULLAH!!!" suara wanita paruh baya membuat Nevan, Farhan dan juga Adit terlonjak kaget.

"Eh Mami," ucap Nevan seraya menampilkan sederetan gigi putihnya.

"Nevan! Kenapa berantakan banget?" omel Dara—maminya.

"Kayak gak tau anak muda aja Mi," jawab Nevan acuh.

Dara mendengus seraya berkacak pinggang, "Ini lagi berdua! Bukannya pulang malah asik makan kacang." Dara geleng-geleng kepala melihat kelakuan Farhan dan Adit.

"Duh maaf Tante," ucap Adit seraya menggaruk tengkuknya yang gak gatal sama sekali.

Dara mengembuskan napasnya perlahan. "Besok kalian itu sekolah pagi! Kalau sekarang belum pulang bisa-bisa kesiangan!"

Nevan berdecak pelan saat melihat maminya marah-marah tidak jelas. Seperti tidak pernah merasa muda saja. Kan masa muda itu hanya bisa di nikmati sekali seumur hidup.

"Oke deh, kita berdua pulang ya Tante," pamit Farhan lalu menarik lengan Adit agar ikut berdiri.

Setelah menyalami Dara, Farhan dan Adit langsung beranjak pergi. Sedangkan Nevan sudah merengut kesal.

"Apa? Mau kesel sama Mami?" tantang Dara tegas. Sesekali Nevan itu harus di tegaskan agar tidak seenaknya.

Nevan mendesis, "Nggak, Mi," serah Nevan.

"Yaudah cepat masuk kamar dan langsung tidur! Biar ini semua Bibi yang membereskan."

Nevan melirik jam dinding seraya menghela berat, baru jam 12 masa sudah di suruh tidur? Ah, kadang Dara itu terlalu lebay.

"Mi, baru jam dua belas lho? Masa udah tidur sih," protes Nevan. Menurut Nevan Dara itu menyebalkan karena sudah mengganggunya main PS.

"Nevan!"

"Iya Mi, Nevan tidur," pasrah Nevan akhirnya.

Dara menggelengkan kepalanya, ia yakin Nevan tidak tidur. Paling-paling putranya itu memilih chatting dengan Shira. Ah, omong-omong tentang Shira sebenarnya Dara tidak begitu menyukai gadis itu. Menurut Dara, Shira itu tidak baik untuk anaknya Nevan.

Nevan langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur, ia masih saja kesal dengan Dara. Ia kan masih ingin bermain PS, tetapi malah di suruh tidur. Mana bisa mata Nevan terpejam jam segini? Ia kan biasa tidur pukul 3 pagi. Nevan pun mulai membuka ponselnya lalu beralih pada aplikasi WhatsApp. Nevan berdecak sebal karena tidak ada pesan dari Shira, biasanya kekasihnya itu selalu mengirim spam chat. Lebih baik ia mengirim pesan lebih dulu, siapa tahu kan Shira lupa atau sedang sibuk?

Shira❤

Kamu udah tidur?

Eh tapi kok online? Udah tidur apa lagi sibuk?

Tidak ada balasan dari Shira, tentu saja hal itu membuat Nevan kesal. Tidak mau berpikiran aneh-aneh lebih baik ia tidur saja, biar besok saat di sekolah ia bertemu dengan Shira. Kekasihnya yang begitu semok, ah Nevan jadi tidak sabar sendiri.

"Semoga mimpiin Shira," gumam Nevan lalu memilih memejamkan matanya meskipun sulit.

GIMANA PART INI MENURUT KALIAN?
VOTE DAN COMMENT JANGAN LUPA!

AYO AJAK SEMUA TEMAN KALIAN UNTUK BACA CERITA INI:)

Salam,

MitaApriyani:)

My Boyfriend Is My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang