-BAGIAN LIMA PULUH SATU

419 34 4
                                    

Aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang aku alami, semuanya sulit. Tapi aku percaya bila waktu akan dapat membantuku. Aku yakin, namun keadaan membuatnya tak mungkin.

****

LAKI-LAKI dengan kaus putih bergaris hitam itu bergerak gelisah, hampir 10 menit ia menunggu seseorang yang tak kunjung terlihat. Bahkan cowok itu sudah menghabiskan dua gelas Ice Drink demi mengurangi rasa gugupnya.

"Sorry lama," Nevan mendongkak, mengembuskan napas pelan ketika seseorang yang di tunggunya sudah duduk di hadapannya.

"Jadi ada apa?" tanyanya lagi membuat Nevan mengerjap bingung. Ia hanya bingung harus memulai dari mana.

"Ada something yang gue mau ungkapkan sama lo," ujar Nevan.

Cowok berbulu mata lentik itu mengernyit, bingung dengan sikap Nevan yang tidak seperti biasanya. "Sesuatu apa? Emang penting banget sampai lo harus dateng ke resto gue?" tanya Aska heran. Ya, Nevan memang sengaja berjanjian dengan Aska di restoran milik cowok itu.

"Hari ini Kinan nggak masuk, kan?" Nevan balik bertanya yang langsung di balas gelengan oleh Aska.

"Jadi, intinya ada apa lo ngajak gue ketemu?!" Aska jadi geram dengan Nevan, cowok itu terlalu bertele-tele.

Nevan menarik napas sejenak, dengan yakin ia mulai bercerita, ia benar-benar menceritakan semua kesalahannya terhadap Gibran. Bahkan tidak ada yang ia lewatkan ketika bercerita kepada Aska, semuanya ia jelaskan secara detail. Dari awal kejadian sampai Gibran meninggal karena kejaran polisi yang berakhir di tabrak sebuah truk.

"ANJING!" Aska mengumpat, satu pukulan mengenai rahang Nevan hingga membuat cowok itu tersungkur. Dari awal Nevan sudah menduga respons Aska seperti ini, bahkan ia sudah siap menerimanya. Jujur saja, Nevan sendiri pun tidak mengerti mengapa ia memilih memberitahu Aska di banding Adit sahabatnya. Mungkin karena Aska mengenal Gibran.

"Lo pembunuh! Dasar berengsek! Pengecut lo anjing!!!" Aska murka, ia sungguh tidak terima dengan apa yang sudah Nevan perbuatan kepada Gibran. Bahkan Aska sama sekali tidak peduli kalau saat ini ia menjadi pusat perhatian setiap penggujung karena tengah memukuli Nevan. Cowok itu terkapar di lantai dengan keadaan lemah, Nevan sengaja tidak melawan, ia sadar kalau perbuatannya salah.

"Lo bebas menghajar gue, Ka. Gue terima apapun itu asal lo jangan kasih tau Kinan. Gue ... gue mohon, untuk saat ini gue belum siap kalau Kinan tau betapa jahatnya gue," Nevan berujar lirih, wajah nelangsanya sangat kentara di mata Aska membuat cowok itu tidak tega jika harus menghajarnya lagi.

"Lo emang goblok! Sialan!" maki Aska kepalang marah. Di hempaskannya tubuh Nevan karena ia tidak sampai hati jika harus melukai Nevan lebih parah lagi. Biar bagaimanapun Nevan tetap temannya, lebih tepatnya kekasih dari Kinan. Perempuan yang sangat Aska jaga dan cintai.

Nevan meringis seraya menyentuh sudut bibirnya yang sobek dan mengeluarkan darah, ia sangat malu karena atensi semua orang kini tertuju padanya sambil berbisik. Siapa yang tidak terkejut coba? Saat semua orang tengah duduk tenang tiba-tiba ada perkelahian, apalagi ini Aska yang terlibat, manajer restoran yang sedang ramai pengunjung.

"Ka," seru Nevan, cowok itu berusaha bangkit meski semua tubuhnya remuk redam.

"Jangan ngomong sama gue!" tegas Aska. Ia masih belum terima dengan fakta yang Nevan ungkapkan dan itu sangat aktual. Apalagi kalau Kinan sampai tahu, bagaimana reaksi perempuan itu?

Walau sudah dalam keadaan adinamia Nevan berusaha kuat, ia mendesah lalu kembali berucap. "Gue melakukan itu karena nggak sengaja, Ka. Lo bisa bayangin betapa paniknya gue kala itu, apa yang lo harus lakukan saat berada di posisi gue?"

My Boyfriend Is My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang