Semua mudah berubah karena adanya rasa.
****
KINAN benar-benar tidak habis pikir dengan isi di kepala Nevan. Cowok itu sudah kembali dengan membawa berbagai jenis makanan. Bahkan ia sendiri saja sudah kenyang hanya sekadar melihatnya.
"Eh cowok idiot, lo ngapain bawa banyak banget makanan kayak gitu?" Kinan geleng-geleng, tidak mengerti lagi.
Cowok yang tengah sibuk menyusun makanan itu berdecak, menoleh sesaat ke arah Kinan. "Ini tuh gue belikan buat lo, Nen. Gue tau lo belum sarapan kan?"
Mulut Kinan terbuka lebar, menatap Nevan dengan wajah cengo. "Bu-buat gue?" takjub Kinan melihat banyaknya makanan di atas meja kecil dekat lemari obat.
Nevan tersenyum. "Jadi, lo mau makan apa dulu? Buburkah? Nasi gorengkah? Siomaykah? Atau ... Roti sama susu?" Nevan sinting! Mana mungkin perut Kinan menampung makanan sebanyak itu?
"Gue cuma sakit magg, Nevan! Bukan kelaparan," Kinan menepuk keningnya. Meski niat cowok itu baik tetap saja, di mata Kinan terlalu lebay.
Cowok itu mendengus, berjalan mendekat seraya membawa nasi goreng di tangan kanannya, sedangkan sebelah tangan satunya membawa semangkuk bubur. "Harusnya lo terimakasih sama gue, Nen. Kalo lo makan banyak kan nanti biar berisi. Dengan kata lain, nggak rata lagi."
"Lo—,"
"Udah makan dulu, Nen. Jangan marah-marah mulu kenapa, lagi sakit juga." Nevan menyodorkan dua jenis makanan itu ke arah Kinan, membuat sang empu menahan kekesalannya.
"Gue makan nasi goreng aja, gak selera kalo makan bubur." Dengan malas Kinan menerimanya.
"Mau gue suapin, Nen?" tawar Nevan seraya mendudukan bokongnya.
"Gue ini cuma sakit biasa! Bukan sekarat dan mau mati!" sengit Kinan.
Nevan terkekeh pelan. "Ya kali aja gitu lo mau di manja sama gue, kapan lagi coba di suapin sama cowok ganteng kaya gue kan?"
Kinan berdecih. "Jijik! Udah diem aja lo, gue mau makan."
Nevan menghela napasnya seraya mencebik. "Terus ini semua makanannya mau di kemanain, Nen? Si Sabun juga udah nggak ada. Terus gimana kalo lo nggak mau makan?"
Ya ampun! Mengapa Nevan banyak omong sekali? Tidak bisakah cowok itu diam sebentar? Rasanya Kinan ingin menyumpal mulut cowok itu saja.
"Sabi udah keluar dari tadi, katanya ada urusan. Lagian salah lo juga sih, ngapain beli makanan banyak-banyak. Buang-buang duit tau gak!" Tuh kan, ia jadi kesal sendiri dengan cowok idiot macam Nevan.
"Dih buang-buang duit kata lo? Cuma beli makanan kayak gini mah nggak akan ngabisin duit gue, Nen. Ini tuh gak ada apa-apanya. Bahkan gue bisa beli kantin SMA Taruna." Nevan berucap dengan sangat pongah, membuat Kinan memutar bola mata malas.
"Cih, sombong sekali anda."
Nevan tergelak pelan, mengacak rambut Kinan saking gemasnya. "Cepat habiskan, jangan buat gue khawatir lagi."
Perlakuan manis Nevan sukses membuat Kinan tertegun. Jantungnya kembali berdetak dua kali lebih cepat. Rasanya ... ah, sulit untuk di jelaskan.
Kinan lantas menepis tangan Nevan, menghentikan aktivitas makannya. "Jangan pegang-pegang! Tangan lo belum cebok!" seloroh Kinan.
"Alasan, bilang aja salting kan lo?" tebaknya.
"Gue—,"
"KINAN!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is My Enemy
Teen FictionWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! (SELESAI DAN MASIH LENGKAP) Bagi Kinan, Nevan adalah musuh abadinya di muka bumi. Kinan membenci, Nevan pun membenci. Kinan merindukan Nevan pun ikut merindukan. Kinan menyinari dan Nevan mewarnai. Hari demi hari...