-BAGIAN TIGA PULUH DUA

602 47 1
                                    

Aku memang selalu membuatmu kesal, kadang beberapa hal memang lepas dari kedaliku. Tapi, semenyebalkannya aku. Aku adalah orang yang menyukaimu. Dan aku tidak suka melihatmu dekat yang lain.

_Nevan Alvis Adelio_

****

KINAN baru saja memasuki area sekolahnya, perempuan dengan rambut yang di biarkan terjuntai ke belakang itu mengeratkan cardigan yang membalut seragam putihnya. Beberapa kali perempuan itu melemparkan senyum manisnya pada adik-adik kelas yang berlalu lalang. Ia menepuk pelan rok abu-abunya yang sedikit lecek akibat membawa motor tadi. Omong-omong tentang motornya, Nevan benar-benar bertanggung jawab dan mengantarkannya semalam dalam keadaan utuh.

"KINAN...." langkah kakinya seketika terhenti karena seruan yang cukup kencang barusan. Ia membalik badan, keningnya lantas mengerut. Bingung dengan seseorang yang kian berjalan mendekat ke arahnya.

"Ternyata lo sekolah di sini ya? Baru sampai?" ucap seseorang tersebut. Cowok dengan bulu mata lentik itu tersenyum yang menimbulkan lesung pipi di wajahnya.

Kinan menelengkan kepalanya. "Aska?"

"Kenapa, Nan? Bingung ya liat gue di sekolah lo?" Aska terkekeh pelan.

Cewek itu menyelipkan sejumput rambutnya ke belakang telinga, mengangguk polos. "Ngapain?" tanya Kinan kepo.

"Lo masuk SMA Taruna juga? Bareng gue dong?" terka Kinan.

Aska, cowok yang kemarin bertemu Kinan itu menurunkan bahunya lemas. "Penginnya sih gitu, Nan. Kita satu sekolah, tapi ... nggak bisa."

"Kenapa? Terus ngapain ke sini?" dengan alis yang terangkat naik Kinan bertanya kepo.

"Gue habis dari TU, Nan. Mau daftar masuk, tapi katanya nggak bisa. SMA lo nggak nerima murid pindahan. Apalagi gue udah kelas 12 kayak lo. Jadi susah gitu, padahal Papa gue udah ngomong di telepon sama orang TUnya. Bahkan sama kepala sekolah. Tetep aja nggak bisa. Gagal deh gue masuk SMA elit di kota ini, Nan." Aska berucap dengan nada yang terdengar kecewa. Memang, agak susah jika masuk kalau sudah kelas XII.

Kinan tersenyum seraya mengibaskan tangannya. "Udah sih, nggak usah sedih gitu. Mungkin bukan rezeki lo masuk sini."

"Tapi gue sedih nggak bisa satu sekolah sama lo." ujar Aska.

"Kenapa gitu?" heran Kinan.

"Karena gue mau liat lo setiap hari, Kinan,"

"Eh,"

Aska tergelak pelan melihat wajah cengo Kinan. "Bercanda, Nan." Aska menyentil kecil bibir tipis Kinan yang mengerucut.

"KINANTI PATRICIA ADELIA...."

"KINAN ISH!!!"

Di ujung koridor tampak Luna yang tengah berlari sambil berteriak memanggil-manggil namanya. Suara cewek yang memakai bando berwarna kuning itu terdengar sangat berisik di telinganya. Macam kaleng rombeng saja.

"Apa sih Lun! Berisik banget tau nggak!" decak Kinan sebal.

Luna yang sudah berada di hadapan Kinan mengembungkan pipinya. "Naya nih, Nan! Pelit banget gue nyontek PR doang. Nanti kalo gue di hukum karena nggak ngerjain gimana. Lo tega emang?" adu Luna, seakan Kinan adalah emaknya.

Kinan geleng-geleng kepala, melirik Naya yang berada di sebelah Luna.

"Ih Kinan, gue bukannya nggak mau ngasih Luna, tapi tau sendiri kan gimana bodohnya gue. Bisa aja nanti gue kasih, tapi kalo salah? Pasti nih anak ngomel-ngomel. Mending gue nggak kasih aja. Benerkan gue?" ujar Naya tak mau di salahkan.

My Boyfriend Is My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang