-BAGIAN LIMA PULUH DELAPAN

384 39 0
                                    

Terkadang musuh terbesar kita bukanlah orang lain.
Bukan pula orang yang belum kita kenal.
Melainkan orang dekat yang selama ini memakai topeng untuk mengecoh sifat buruknya.

****

SUDAH hampir seminggu Nevan tidak melihat wajah Kinan. Bahkan, hanya sekadar tahu kabar perempuan itu saja tidak. Nevan berhasil di buat uring-uringan oleh Kinan, perempuan itu selalu saja menghindar kala Nevan berusaha mendekatinya. Demi Tuhan, Kinan adalah perempuan pertama yang membuat Nevan menderita seperti ini, sebelumnya ia tidak pernah merasa frustrasi akibat seorang perempuan.

Menghela napas, cowok itu merunduk seraya memejamkan mata. Pikirannya sungguh buntu, hanya ada satu nama di otaknya yaitu Kinanti Patricia Adelia. Nevan rindu, ia ingin menghabiskan waktu lagi bersama gadisnya. Tapi kapan? Kapan Kinan akan menemuinya dan mau bicara padanya?

Adit yang melihat perubahan sikap Nevan selama satu minggu ini agak heran. Cowok itu biasanya selalu ceria, urakan dan absurd. Tapi kali ini tidak, Nevan menjadi pendiam dan banyak melamun. Adit tahu, semua ini pasti karena Kinan. Beberapa hari lalu Luna bercerita kalau hubungan Nevan dan Kinan tengah dalam masalah, namun ia sendiri tidak tahu jelas apa masalahnya. Begitupun dengan Luna, sahabat Kinan sendiri saja tidak tahu.

Cowok hitam manis itu menggeser bangku agar lebih dekat dengan Nevan, kemudian berdeham singkat lalu berseru. "Van,"

Sang empu yang di panggil mendongkak, menatap Adit seraya menaikan sebelah alis. "Apa?"

Adit berdecak. "Gue gedek banget Van liat lo kek gini, cuma karena Kinan lo kayak orang depresi gitu. Satu minggu ini lo juga nggak fokus sama pelajaran, inget Van. Kita udah kelas dua belas. Harus serius belajar," nasihat Adit pada Nevan.

"Lo nggak tau apa yang gue alami dan rasain, Dit!"

"Ya. Gue emang gak tau, lagian gimana gue mau tau kalo elo aja nggak cerita inti permasalahan lo sama Kinan itu apa," sewot Adit.

"Rumit," sahut Nevan.

"Van, serumit apapun pasti bisa selesai kalo di niatin supaya baik-baik lagi. Lah ini, lo aja nggak ada perjuangannya. Kalo lagi ada masalah temuin Kinan-nya, jangan cuma bisa diem di kelas kayak orang bego."

Berbicara memang mudah, Adit tidak tahu saja kalau Nevan sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi ya memang sulit karena Kinan yang selalu menghindar. Perempuan itu akan pulang lebih dulu sebelum kelas Nevan bubar, dan sebaliknya. Kinan akan datang ke sekolah jika di rasa kelas Nevan sudah masuk. Pesan Nevan pun tidak ada yang di balas satu pun. Hanya di read saja oleh perempuan itu.

"Gini aja. Gue tanya sama lo nih ya! Sekarang lo maunya gimana?" tanya Adit mulai jengah.

"Nggak tau,"

Adit berdecih. "Cowok bukan si lo? Kalo cowok temuin Kinan! Cegat depan kelasnya sebelum Kinan pulang duluan."

Nevan menoleh, menatap Adit sebal. "Gue nggak bisa! Karena Kinan gak mau ketemu sama gue,"

"Kalo gitu mau sampai kapan? Yang ada Kinan merasa gak di perjuangin, inget Van. Cewek itu gengsian, Kinan gak bakal nemuin lebih dulu."

Benar. Kalau Nevan terus diam saja begini yang ada hubungannya semakin tidak jelas. Sementara perasaannya begitu besar kepada Kinan. Nevan sangat mencintai Kinan, tidak ada alasan untuk hal itu.

"Oke, hari ini gue bakal temui Kinan," putus Nevan akhirnya membuat Adit tersenyum senang.

"Gitu kek dari tadi. Semangat terus dalam hal perbucinan."

My Boyfriend Is My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang