-BAGIAN EMPAT PULUH ENAM

437 37 2
                                    

Tugasku bukan hanya mencintaimu, tetapi menjagamu. Setelah aku memilikimu, kamu adalah separuh jiwaku.

****

PEREMPUAN yang masih lengkap mengenakan seragam putih abu-abu itu meringis ketika kepalanya terasa pusing. Mengerjap, perempuan itu pun baru menyadari kalau saat ini ia berada di salah satu ruangan berwarna putih keabu-abuan, ruangan itu terlihat seperti kamar minimalis karena ada beberapa benda klasik yang tertempel di dinding maupun di meja.

Sadar akan sesuatu yang melilit di tangannya ia bergerak, berusaha melepas ikatan di kedua lengannya. Kinan baru ingat, kalau ia telah di culik pada saat pulang sekolah. Tapi—di mana ia sekarang? Kinan sungguh tidak tahu di mana ia berada.

Menggerakkan badan, perempuan itu berusaha payah agar terlepas dari ikatan tali yang sangat kuat di lengan dan kakinya. Di ikat dalam keadaan duduk di kursi membuat seluruh badan Kinan rasanya pegal. Sial! Siapa yang sudah tega melakukan ini padanya? Ah, Naya. Terakhir ia bertemu dengan perempuan itu.

"Huh ... ternyata lo udah sadar," Kinan mendongkak ketika mendengar suara sesorang yang muncul dari balik pintu, keningnya mengernyit tidak suka melihat kedatangan Naya.

"Nay, lo—,"

"Apa? Kaget lihat gue?" sergah Naya cepat. Perempuan itu berjalan mendekat seraya menyeringai.

"Jangan macem-macem, Nay! Apa maksud lo culik gue kayak gini? Lo nggak ingat ancaman Nevan?"

Naya terkekeh sinis. "Macem-macem?" jedanya. "Gue cuman bantu seseorang aja buat lancarin aksi dia. Gue cuman bantu dia bawa lo ke sini, Kinan!"

Kinan semakin tidak mengerti apa maksud dari perkataan Naya. Dia? Siapa yang Naya maksud?

"Maksud, lo?" heran Kinan meminta penjelasan lebih.

"Lo kira? Cuma gue doang yang sakit hati melihat hubungan lo dengan Nevan? Meski rasa gue udah hilang tapi gue mau lo hancur, Kinan!" mimik wajah Naya amat seram, perempuan itu seperti menunjukkan sisi lainnya selama ini.

Kinan mulai menerka, apa 'dia' yang Naya maksud adalah ... Shira? Jadi, Naya dan Shira bekerja sama? Begitu?

"Lo di suruh Shira?!" tebak Kinan. Karena ia tahu kalau perempuan itu pun sangat membencinya.

"BUKAN SHIRA! TAPI GUE!" Kinan membelalak tidak percaya atas apa yang ia lihat, orang yang baru datang itu sukses membuat jantung Kinan berdetak takut.

"Fa-Farhan?" menggeleng, Kinan masih tidak bisa berpikir kalau Farhan sejahat ini. Apa motif cowok itu menculiknya? Mengapa orang-orang terdekatnya sangatlah jahat? Mereka pintar dalam memainkan peran masing-masing.

"Gimana, Nan? Kaget nggak lo liat gue?" ujar Farhan pada Kinan.

"Udah kan, ya? Tugas gue udah selesai, kalau gitu boleh dong gue cabut?" tanya Naya pada Farhan. Cowok itu tersenyum devil.

"Thanks, sekarang lo pergi dari rumah gue."

'Rumah gue'? Jadi, saat ini Kinan berada di rumah Farhan? Tepatnya di kamar cowok itu?

"Selamat bersenang-senang, Farhan," Naya tersenyum sinis dan berlalu pergi, meninggalkannya dan juga Farhan. Kini mereka hanya berdua. Di dalam kamar, dan hal itu membuat pikiran Kinan melayang jauh.

"Apa maksud lo! Farhan!!!" bagaimana mungkin Farhan tega mengikat dirinya begini? Apa niat cowok itu sebenarnya?

"Gue nggak ada maksud apapun, gue cuma mau lo, Kinanti Patricia!"

"Gu-gue?" beo Kinan masih belum paham.

"Iya elo! Gue mau lo jadi milik gue, sentuhnya!!!" nada bicara Farhan terdengar berat namun penuh penekanan di setiap katanya.

My Boyfriend Is My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang