-BAGIAN EMPAT PULUH SATU

471 41 3
                                    

Cemburu itu wajar, karena aku sayang.

****

PEREMPUAN dengan kaus putih di padu celana bahan katun itu geleng-geleng melihat nilai yang tertera di atas selembar kertas putih yang tengah ia pegang. Kinan tidak habis pikir mengapa Nevan mendaptakan nilai seburuk ini untuk pelajaran Kimia. Kalian mau tahu berapa nilai yang di dapatkan cowok itu? 45 yang sudah di lingkari tinta merah. Bisa kalian bayangkan betapa bodohnya seorang Nevan Alvis Adelio?

"Nevan! Yang bener aja kamu dapet nilai sekecil ini?!" Cowok yang mengenakan celana buntung serta jam tangan hitam itu tidak menjawab. Moodnya sangat buruk karena kehadiran seorang Aska. Malam ini kan ia berniat ingin belajar bersama dengan sang kekasih. Alih-alih ingin berduaan jadi terganggu karena cowok berbulu mata lentik itu. Menyebalkan sekali!

Perempuan yang duduk di antara dua lelaki itu mengembuskan napas. "Nevan! Katanya mau belajar supaya nilai kamu nggak jelek lagi. Kok malah diem aja sih!" Kinan sama sekali tidak keberatan mengajari Nevan. Toh cowok itu kan pacarnya, tapi yang membuat ia heran adalah Nevan yang sedari tadi diam saja.

"Nevan! Kamu kenapa sih?" lama-lama Kinan mulai kesal sendiri karena Nevan tidak merespons.

Di rampasnya selembar kertas hasil ujiannya itu dari tangan Kinan. "Nggak jadi!" Kening Kinan mengerut melihat tingkah Nevan yang aneh.

"Nggak jelas! Tadi katanya mau belajar, aku udah bela-belain nggak masuk kerja cuma buat kamu doang nih, Van." Malam ini Kinan terpaksa tidak masuk kerena Nevan yang datang ke rumahnya dengan alasan ingin belajar, tapi justru cowok itu malah bersikap menjengkelkan.

Aska yang sedari tadi sibuk berkutik dengan ponselnya pun mendongkak. Alisnya terangkat seraya berujar. "Lo kenapa sih? PMS? Aneh banget. Kinan udah rela nggak masuk demi lo tuh,"

"PMS pala lo! Gue ini cowok normal. Harusnya gue yang tanya. Lo kenapa datang ke rumah Kinan?" sewot Nevan.

"Gue cuma main aja emang kenapa sih? Bosen di resto terus," kata Aska sambil memasukan ponselnya ke dalam saku celana.

"Tapi nggak harus di rumah cewek gue juga bisa kan? Ganggu banget lo ada di sini!"

Kinan tercekat, seperkian detik ia terkekeh geli. "Kamu ... cemburu sama Aska, Van?" tebak Kinan.

"Pikir aja kalo punya otak!" sengit Nevan sebal.

"Sorry, Van. Gue juga kan temen Kinan jadi gapapa kali gue main," ujar Aska.

"Udah! Udah! Jadi ini alasan kamu diem aja? Huh lebay banget." Nevan menoleh cepat pada Kinan.

"Lebay kata kamu? Aku ini cembur—,"

"Iya udah, Nevan. Aku tau, nggak perlu berlebihan bisa kan? Toh Aska cuma main aja nggak lebih." Kinan menginterupsi.

Menyebalkan! Rencana mau bermesraan dengan Kinan gagal hanya karena Aska. Menghela napas, cowok itu lantas beralih menatap Aska. "Kalo gitu elo pindah posisi! Duduk di atas sofa aja, nggak usah di karpet apalagi di samping Kinan." Memang, posisi Kinan berada di tengah-tengah antara Nevan dan Aska.

Aska mencibir. "Ribet lo! Kinan sendiri aja nggak protes," dengan malas cowok itu berpindah duduk.

"Udah astaga! Nevan, kamu jadi belajar atau nggak?" tanya Kinan.

"Jadilah, kalau ulangan minggu besok aku dapat nilai kayak gini lagi bisa-bisa Papi marah sama aku."

"Punya otak jangan bego makanya, Van," timpal Aska yang langsung mendapat delikan tajam dari cowok di samping Kinan itu.

My Boyfriend Is My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang