-BAGIAN EMPAT PULUH TIGA

497 48 15
                                    

Seiring berjalannya waktu sifat manusia yang bersandiwara telah terlihat seperti bangkai busuk yang selama ini di sembunyikan.

****

GAZEBO yang di rancang khusus itu terlihat sangat berantakan karena ulah dua orang yang tidak tahu diri. Dengan adanya kulit kacang yang berserakan, minuman kaleng yang tumpah serta buku pelajaran yang sudah dalam keadaan mengenaskan akibat tumpahan minuman bersoda itu membuat sang pemilik rumah harus bersabar.

"Nyesel gue ngajak lo berdua kerja kelompok di sini," cowok yang baru saja berganti seragam itu berdecak keras. Ingin rasanya ia menghantam kedua sahabatnya itu.

Farhan menyingkirkan beberapa kulit kacang itu seraya mendudukan bokongnya. Ia menatap dua sahabatnya sebentar lalu berujar kembali. "Emang pada bangsat lo berdua. Bisanya cuma bikin berantakan aja."

Nevan tergelak pelan. "Kapan lagi kita rusuh di rumah lo, Han. Iya nggak Dit?" Adit mengacungkan jempolnya.

"Betul itu, lagian rumah lo sepi ini kan, Han? Bonyok lo juga sibuk sama bisnis," ujar Adit.

"Mentang-mentang sepi seenaknya gitu?"

"Nggak gitu juga, Han. Ya bosen aja kalo kumpul di rumah Adit atau gue terus," ucap Nevan seraya meneguk sekaleng minuman.

"Terus jadinya gimana sama kerja kelompok kita? Bisa abis bego kita sama Pak Heru kalo nggak kerjain itu tugas," Farhan meringis melihat buku tulis serta buku paketnya yang sudah dalam keadaan kotor.

"Ya gimana? Buku lo aja udah kayak sampah gitu," Nevan terkekeh pelan karena ulahnya buku Farhan jadi kotor seperti itu.

"Gue sama Nevan nggak bawa buku apa-apa, terus buku lo juga kotor? Itu tandanya kita nggak jadi belajar, hahaha." Adit tertawa geli. Selalu saja begini, niat belajar jadi gagal.

Farhan ikut tertawa. "Kita semua punya otak bego banget, ya?"

"Lo aja itu mah, gue pinter," ujar Nevan.

"Pala lo pinter! Nilai di bawah 50 aja bangga." Adit ikut menimpali.

"Wis selow! Lo lupa kalo gue punya pacar yang otaknya encer? Beh cewek gue tuh jangan salah," Nevan tersenyum ketika mengingat wajah Kinan. Perempuan itu benar-benar membuatnya jatuh cinta kembali. Bahkan lebih dalam dari rasa sebelumnya.

"Kinan maksud lo?" tanya Farhan membuat Nevan bersungut.

"Yaiyalah! Mana ada yang lain, ngaco kalo ngomong!"

"Eh by the way, gue masih nggak sangka aja sama Naya. Ternyata tuh cewek bangsat juga buat ukuran persahabatan." Adit geleng-geleng setelah mendengar cerita yang Nevan ungkapkan padanya.

"Apalagi alasannya cuma karena lo, Van." Tambah Farhan melanjutkan.

Nevan mengedikan bahu acuh. "Gue nggak peduli! Cewek kayak Naya bikin gue enek tau gak si lo pada. Kesel aja bawaannya,"

"Hush! Nggak boleh gitu, entar lo ke makan omongan lagi mampus yang ada," peringat Adit pada Nevan.

"Eh iya amit-amit! Ogah gue, Dit! Ogah!"

"Kenapa?" tanya Farhan terkekeh.

"Ya karena cuma Kinan yang gue sayang! Kinan satu-satunya dan yang terakhir kalinya," ujar Nevan dengan bangga membuat Adit menoyor kepala cowok itu seraya berucap.

"BUCIN BANGSAT!"

🌈☀🌈

"Bagi nggak!"

My Boyfriend Is My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang