Kecewa berbeda dengan marah, mungkin jika marah masih bisa tereda dengan kata maaf lalu mudah di lupakan. Tapi jika kecewa, tetap memaafkan namun tak mudah di lupakan. keadaan pun sudah tak sama lagi seperti dulu.
****
PAGI-PAGI sekali Nevan di buat bingung sekaligus kesal oleh gadisnya—Kinan. Perempuan itu entah kemana sampai tidak memberinya kabar, cowok dengan seragam putih abu-abu itu menggusah napas, berdecak sekali seraya melirik jam tangan hitam yang melingkar di pergelangannya. Pukul 06.00 pagi, Nevan sudah ada di sekolah. Wow, kalau bukan karena Kinan, mana sudi ia datang pagi sekali.
Di bukanya pintu kelas XII IPA-1 itu secara kasar, Nevan mengernyit. Bukan Kinan yang ia dapati melainkan ... Luna—perempuan dengan jepitan kecil di rambutnya yang tengah memakan bekal sarapannya.
Nevan mendengus lalu berseru. "Lun," perempuan itu sontak mendongkak, memutar bola mata malas ketika melihat Nevan di ujung pintu.
"Dih tumben banget cowok idiot kayak lo dateng sepagi ini. Salah minum obat apa lo?" tanya Luna mencibir, perempuan itu kembali menyuap makanannya lagi.
"Jangan panggil gue dengan sebutan itu! Yang boleh cuma Kinan," protes Nevan sebal, namun Luna hanya mengedikan bahu acuh, tak peduli.
Nevan berdecih, harus sabar kalau sudah berhadapan dengan cewek macam Luna yang kurang waras. Ia sendiri tidak habis pikir mengapa bisa Adit jatuh hati pada perempuan modelan seperti Luna. Memang dasarnya cinta, tidak pandang bulu.
"Lun!"
"Duh, apaan sih, Van?!"
"Lihat Kinan nggak?"
Aktivitas makan Luna terhenti, kini atensi perempuan itu sepenuhnya pada Nevan. Berdeham sebelum membuka suara lagi.
"Kinan ya? Tadi sih pas gue dateng, gue liat Kinan langsung ke perpustakaan. Awalnya gue kaget karena Kinan dateng pagi banget, sendiri lagi gak sama lo. Gue sih dateng pagi gara-gara ada piket," papar Luna. "Lagian lo kenapa gak jemput Kinan sih?" lanjutnya bertanya.
"Gue udah jemput tapi Kinan nggak ada di rumahnya. Dari semalem nggak ada kabar," terang Nevan pada Luna.
"Terus gue peduli gitu? Itu sih hubungan lo, Van. Intinya jangan sakitin Kinan, apalagi selingkuh sama mantan lo itu," tajam Luna.
Cukup. Berlama-lama dengan Luna tidak ada manfaatnya sama sekali, perempuan itu selalu saja mengesalkan. Nevan membalik badan, berjalan keluar dan mengabaikan Luna begitu saja setelah mendapat informasi mengenai Kinan.
🌈☀🌈
Pandangan Nevan jatuh pada perempuan bersurai hitam panjang yang kini tengah duduk sendiri di dalam perpustakaan. Sambil membolak-balik sebuah buku tebal sampai perempuan itu tidak sadar akan kehadiran Nevan.
Tersenyum. cowok itu berjalan mendekat, ada rasa sangat bangga memiliki Kinan yang begitu pintar dalam akademik.
"Nan," panggil Nevan membuat perempuan itu mengangkat kepalanya. Sedangkan Nevan sudah duduk berhadapan dengan Kinan.
Perempuan itu tak menyahut, hanya menatap datar kehadiran Nevan. Hal itu tentu membuat Nevan menggaruk tengkuknya. Agak heran.
"Kamu kenapa gak bilang udah berangkat sekolah, Nan? Aku tadi ke rumah kamu tapi kamu malah nggak ada," sebal Nevan.
Tetap. Kinan tak menyahut, ia masih setia memandang Nevan datar. Seolah Nevan bukan orang yang penting.
"Semalam juga hape kamu nggak aktif. Aku spam chat satu pun nggak ada yang di bales, kamu kemana?" tanya Nevan semakin terheran.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is My Enemy
Teen FictionWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! (SELESAI DAN MASIH LENGKAP) Bagi Kinan, Nevan adalah musuh abadinya di muka bumi. Kinan membenci, Nevan pun membenci. Kinan merindukan Nevan pun ikut merindukan. Kinan menyinari dan Nevan mewarnai. Hari demi hari...