Sial. Adalah satu kata yang mewakili kekesalan.
****
SEPANJANG perjalanan Kinan terus mengucapkan sumpah serapahnya karena membonceng seorang seperti Nevan. Cowok idiot yang selalu membuat kesabarannya habis. Belum lagi dengan Nevan yang sedari tadi menggerutu tidak jelas, sumpah! Ingin rasanya Kinan menjatuhkan Nevan sekarang juga.
"Nevan! Jangan pegangan pinggang gue!" Kinan berusaha melepaskan tangan Nevan yang terus menempel pada pinggangnya. Dasar cowok mesum!
"Aduh, Nen. Jangan bawel! Fokus aja bawa motornya!"
"Geli Nevan! Lepasin pegangan lo!" tajam Kinan.
"Gue takut jatuh, Nen." Kekeh Nevan.
Kinan mendesis, ia benar-benar kesal setengah mati dengan Nevan. Sudah tidak bisa bawa motor, lalu sekarang malah modus pegang-pegang pinggangnya. Sialan!
"Lo cowok bukan, sih?"
"Hah? Apaan?" teriak Nevan.
"Lo budek?" cibir Kinan.
"Gue gak denger, soalnya lo pakai helm. Makanya bawa motornya pelan-pelan, Nen."
Kinan berdecak seraya memelankan laju motornya. Hari ini ia benar-benar sial karena satu motor dengan Nevan.
"Nen!" panggil Nevan sedikit berteriak.
"Apaan?" sahut Kinan tak santai.
"Kita berhenti dulu di kafe depan situ," ucap Nevan seraya menunjuk kafe yang berada di ujung jalan.
"Nggak!" tolak Kinan cepat, apa-apaan ini? Nevan memintanya untuk berhenti di sebuah kafe? Mana bisa, ia harus segera sampai ke restoran. Kalau seperti ini bisa-bisa telat dan berakhir di marahi oleh bosnya.
"Berhenti dulu sebentar, Nen!" kekeh Nevan.
"Gue nggak bisa, Nevan!" kesal Kinan.
"Cepat berhenti," Nevan menggoyangkan bahu Kinan membuat sang empu mengumpat kesal.
"Lo apa-apan sih? Nanti kita jatuh!"
"Makanya berhenti cepet!"
Kinan mendesah pasrah, ia pun memilih menepikan motornya pada sebuah kafe. Nevan itu benar-benar cowok sialan!
"Ayo!" ajak Nevan seraya menarik lengan Kinan.
"Gue gak mau!" decak Kinan kesal.
Nevan berdecak, "Gak usah ngomel-ngomel, Nen."
"Terserah gue, mulut-mulut gue! Masalah buat lo?"
Nevan memutar bola mata malas dan langsung menarik lengan Kinan secara paksa. Tentu saja Kinan tak terima dan meronta agar di lepaskan, tapi sial! Cekalan Nevan terlalu kuat untuk di tepis.
"Lo mau makan apa?" tanya Nevan kala sudah masuk kedalam kafe tersebut.
"Gue nggak lapar!" ketus Kinan seraya mendudukan dirinya.
Nevan mencibir, setelah itu ia memesan beberapa makanan dan minuman. Masa bodo dengan Kinan, ia tidak peduli.
"Lo ngapain sih kesini?" Kinan masih saja kesal dengan Nevan, gara-gara cowok idiot itu ia kan jadi telat bekerja.
"Gue lapar, Nen."
"Kan lo bisa makan di rumah!" tajam Kinan.
"Kalo gue mau di sini emang kenapa? Salah?"
"Salah bego!" teriak Kinan kesal. Ya ampun! Nevan itu benar-benar menyebalkan.
Nevan mendesah pelan. "Udahlah, Nen. Lo diem aja! Gak usah ngomel terus, berisik! Gue cuma mau makan, terus salah gue dimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is My Enemy
Teen FictionWAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!!! (SELESAI DAN MASIH LENGKAP) Bagi Kinan, Nevan adalah musuh abadinya di muka bumi. Kinan membenci, Nevan pun membenci. Kinan merindukan Nevan pun ikut merindukan. Kinan menyinari dan Nevan mewarnai. Hari demi hari...