15. ANCAMAN SEKITAR (2)

13K 1.1K 75
                                    

[JANGAN LUPA FOLLOW, DAN VOTEMENT KALIAN UNTUK CERITA INI YAA❤️]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



[JANGAN LUPA FOLLOW, DAN VOTEMENT KALIAN UNTUK CERITA INI YAA❤️]

•••

          15. ANCAMAN SEKITAR

          "Sudah cukup lama kita tidak saling bertatap muka. Dan sekarang, gue merasa senang bisa menyapa kembali." Ujar Cakra dengan menepuk pundak Kazan dan tersenyum sinis, yang langsung memasuki indra pendengaran. Sebuah sambutan yang tak mudah diterima oleh Kazan.

          Tatapan Kazan menyorot Cakra tajam. Kedua tangannya terkepal kuat. Aura dingin menyeruak dan membelunggu suasana hingga ruang bernapas mendadak sempit dikarenakan menipisnya atmosfer disekitarnya.

          "Gue ingat, kapan terakhir kali lo memasang ekspresi ini, Zan." Ujar Cakra dengan tertawa renyah,"Ketika Genorazors diharuskan bubar." Desis Cakra membuat Kazan memejamkan kedua matanya sesaat, mengatasi emosinya sendiri.

           "Ada apa sama lo yang sekarang?" Tanya Cakra cukup terkejut,"Bukanya sekarang seharusnya lo habisin gue?"

Kedua mata Kazan kembali terbuka, dengan seringai tajam mengembang dibibirnya,"Untuk buat lo mati, gue nggak pernah butuh pertimbangan. Selagi gue memberi lo kesempatan untuk hidup, jangan pernah mancing gue."

"Argor memang sudah kalah dari Genorazors. Tapi kemenangan itu bukan hal yang harus lo banggain lagi karena kemenangan yang lo raih itu berdampak dengan dibubarkannya Genorazors. Ini belum berakhir, jadi mari sambut permainan baru." Ujar Cakra begitu menantang.

          "Nggak usah banyak cangcingcong, langsung aja keintinya. Apa yang membawa lo kesini?" Tanya Fajar dengan maju selangkah.

          "Santai, apa yang dikejar?" Balas Cakra dengan kemudian melangkah menghampiri anak buahnya yang terlihat begitu menyedihkan.

          "Muak bener gue liat muka lo, Cak! Nyali gede juga lo ternyata, masih berani berhadapan sama kita." Imbuh Pradipta dengan emosi yang mendarah daging.

          "Kekalahan nggak mampu buat lo malu?" Sahut Dewa dengan seringai tajam.

           Sementara Cakra hanya menatap mereka dengan mengedikkan bahu, acuh.

"Bebasin mereka." Pinta Cakra dengan tatapan tajam untuk mempertahankan intensitasnya. "Gue adalah jaminannya, rantai tangan gue kalau lo semua masih ragu."

          Kazan memberikan instruksi pada teman - temannya untuk membebaskan anah buah Cakra yang tidak bersalah itu.

KAZANTA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang