[JANGAN LUPA FOLLOW, DAN VOTEMENT KALIAN UNTUK CERITA INI YAA❤️]Jangan lupa vote ya teman - teman. Jangan jadi siders. Ayo sama - sama menghargai:)
•••
24. SUKA DUKA
Kazan, Bima, Fajar, Pradipta, Radya dan beberapa anggota Genorazors kini memadati lorong ruang operasi. Tindak lanjut dokter untuk Dewa adalah operasi. Luka yang Dewa dapatkan itu cukup parah, tusukan pisau belati sedalam tujuh milimeter tersebut menebus hingga organ vitalnya. Sehingga operasi adalah jalan satu - satunya untuk menyelematkan nyawa Dewa."Dewa pasti selamat kan? Gimana kalau operasinya nggak lancar? Gimana kalau harapan kita malah sebaliknya? Gima——————-"
Satu pukulan mendarat pada rahang Pradipta, hingga Pradipta jatuh terduduk disebuah kursi memanjang. Fajar lah yang baru saja melakukannya secara gamblang dengan sepasang mata yang menatap Pradipta jengah. Suasana pun kini sudah tak kondusif lagi.
Anzella yang berada persis diantara Fajar dan Pradipta itu seketika mematung ditempatnya, mensyaksikan langsung adegan kekerasan yang terjadi tepat dihadapannya. Jantungnya terasa mencelos, ia sangat terkejut, hingga ia kesusahan menelan salivanya sendiri.
"Lo bisa tenang sedikit nggak?! Kita semua disini sama paniknya. Kelakuan lo itu cuma bikin pikiran kita semua tambah nggak karuan, bangsat!!" Gidik Fajar pada Pradipta dengan urat tipis yang tercetak jelas.
Kazan meraih dan menarik kedua bahu Anzella kebelakang. Menghindari Anzella dari bahaya yang bisa saja mengancamnya.
Pradipta menunduk, kedua tangannya bertumpu pada keduan kakinya yang terbuka. Suara isakan mulai terdengar, Pradipta baru saja menumpahkan air matanya.
Radya duduk tepat disebelah Pradipta, dan menghadirkan beberapa tepukan ringan di punggung laki - laki itu."Dokter akan berusaha semampunya untuk menyelamatkan nyawa Dewa. Apapun kabar yang kita dapat nanti, itu memang udah yang seharusnya. Tuhan selalu punya rencana terbaik. Kita sebagai umatnya, harus menerima apapun yang menjadi kehendak-Nya."
"Tau tempat, ini rumah sakit!" Ujar Kazan pada Fajar dengan nada rendah namun tegas.
Bima menahan tubuh Fajar dengan kuat dari depan. Dada Fajar naik turun, mengikuti deru napasnya yang memburu, yang mulai stabil karena emosinya yang menetral seiring waktu. Fajar menempelkan dahinya di dinding rumah sakit, dan membenturkannya berulang -ulang kali. Tak ada yang mencegahnya, mungkin itulah caranya untuk menenangkan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAZANTA (SELESAI)
Teen Fiction[GENORAZORS SERIES 1] Kazanta Ellardio Dawana, sosok jenius yang menyembunyikan segala keburukannya dibalik prestasinya yang menganggumkan. Semua orang hanya mengenalnya sebagai pengusa Dawana tanpa lagi mengingat bahwa dirinya merupakan pendiri gen...