44. CEMBURU

9.2K 920 237
                                    

Terima kasih untuk yang sudah vote, coment dan menambahkan cerita ini ke liblary🥰🥰🥰

Yang lainnya jangan lupa kasih timbal balik juga yaaa. Karena votment kalian itu sangat berarti untuk aku.

Pokoknya Sebelum baca vote, sesudah baca silahkan coment 🖤🖤🖤

Baca part ini sambil dengerin playlist diatas yuk, dijamin feelnya +++

•••

             44. CEMBURU

Anzella terduduk disebuah tribun yang berada di deret terbawah dengan mengayunkan kedua kakinya sembari menatap Kazan yang sedang meneguk sebotol air mineral dihadapannya itu dengan tersenyum ceria. Anzella tidak menyangka jika Kazan akan memperlakukannya seistimewa itu. Kini, seluruh masyarakat Dawana sudah mengetahui jika ia adalah milik laki - laki itu yang paling dilindungi. Ia yakin jika semuanya akan baik - baik saja selama Kazan ada disisinya.

Telepon genggamnya berdering, menandakan sebuah panggilan baru saja masuk. Anzella segera mengeceknya, ia cukup terkejut ketika melihat nama Radyaksa terpampang jelas dilayar. Anzella melirik sekilas kearah Kazan yang ternyata juga tengah menatapnya karena suara nada dering yang telah menarik perhatiannya. Anzella mendadak mati kutu ditempatnya.

"Kenapa nggak diangkat?" Tanya Kazan yang kemudian melangkah menghampiri Anzella.

Anzella beranjak dari duduknya dan merasa ragu untuk menjawab panggilan tersebut.

"Telepon dari siapa?" Tanya Kazan lagi dengan tatapan meminta kejelasan.

"Telepon dari Radya."

"Angkat aja." Ujar Kazan selayaknya perintah. Anzella mangut - mangut sebelum akhirnya ia mengangkat panggilan tersebut. Anzella mengambil langkahnya, berniat menutup privasi, namun Kazan mengikuti langkahnya dengan telinga yang didekatkan untuk dapat mendengar pembicaraan antara Anzella dan Radya dengan jelas.

Anzella.
"Hallo, Radya?"

Radyaksa.
"Satu sekolah lagi ngomongin lo. Lo baik - baik aja? Kalau ada yang ngomong enggak - enggak sama lo, langsung bilang sama gue."

Kazan yang mendengarnya lantas berdecih pelan. Tidak masuk akal kalimat itu bisa keluar dari mulut Radya. Hati Radya tidak mudah tersentuh, ia tidak semudah itu peduli dengan orang lain. Kazan merasa ada yang tidak beres dengan sahabatnya itu.

Kazan segera mengambil alih sambungan telepon itu dengan berdecak.

"Nggak usah khawatir, ada gue sebagai pacarnya yang sudah sepantasnya melindungi apa yang menjadi milik gue. Anzella akan selalu aman dalam lindungan gue. Gue nggak butuh bantuan lo untuk ngelindungin dia."

           Tepat setelah mengatakan kalimat itu, Kazan langsung mengakhiri sambungan itu dan mengembalikan telepon genggam itu pada Anzella.

          "Lo harus jaga jarak dari Radya mulai sekarang."

          "Memangnya kenapa??"

KAZANTA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang