20. BAPER

12.3K 1.1K 77
                                    

[JANGAN LUPA FOLLOW, DAN VOTEMENT KALIAN UNTUK CERITA INI YAA❤️] JANGAN LUPA JUGA BACA BAB INI SAMBIL DENGERIN MULMED YANG SUDAH DISEDIAKAN DIATAS]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[JANGAN LUPA FOLLOW, DAN VOTEMENT KALIAN UNTUK CERITA INI YAA❤️] JANGAN LUPA JUGA BACA BAB INI SAMBIL DENGERIN MULMED YANG SUDAH DISEDIAKAN DIATAS]

SEKALI LAGI JANGAN LUPA SAMBIL DENGERIN MULMEDNYA UNTUK MENAMBAH FEELNYA OKE? SIP!

•••

20. BAPER

      "OH MY GOD, ZELLA! APA YANG TERJADI SAMA LO?!" Suara melengking itu datang dari Mayra yang baru saja memasuki ruangan dengan begitu hebohnya. Ia memimpin teman - temannya yang mengikuti langkahnya dari belakang.

      Mayra mendelik sinis kepada Pradipta, Bima, Fajar, Dewa dan Radya yang juga berada disana. Selanjutnya Mayra berderap maju dengan acuh untuk mendekati brankar yang ditempati Anzella.

     "Kenapa mereka bisa ada disini, Zella? Please, tell me!" Ujar Mayra berkacak pinggang. Anzella seharusnya paham siapa yang dimaksudkan oleh Mayra.

     "Mau main gendang." Ujar Dewa menyahuti.

     "Akang gendang, kalau saya bilang telen gendangnya, telen ya!" Ujar Pradipta yang sanggupi oleh Dewa.

     "Setres!" Cibir Mayra.

     "Zell, lo nggak apa - apa? Lo tuh bikin kita semua khawatir tau nggak? Besok - besok jangan gini lagi." Ujar Devyra menghembuskan nafas panjang. Anzella tersenyum mendengarnya. Ia merasa beruntung karena tuhan mengirimkan teman - teman yang selalu peduli terhadapnya.

"Gue cuma pusing aja, tapi sekarang udah jauh lebih mendingan kok." Ujar Anzella jujur.

     "Jam pelajaran kedua lo nyaris dikasih keterangan alfa Zell, kalau aja kita nggak tau apa yang terjadi sama lo." Ceroscos Alya.

    "Anak yang satu ini memang - memang ya.." Ujar Dyan dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada, juga tatapan tajam yang menyorot tajam. Itu adalah sikap bawaan Dyan ketika sedang kesal maupun marah. Bukan semata - mata karena tidak ingin direpotkan, tetapi karena rasa khawatirnya begitu besar.

Anzella terkekeh pelan, lalu memeluk tubuh Dyan erat, walaupun sekarang diluar Dyan terlihat dingin, tetapi di dalam Dyan luluh.

"Jangan peluk - peluk gue ah." Ujar Dyan mempertahankan eksitensinya.

"Makasih ya kawan - kawan aku!!"

Pradipta yang menyaksikan itu langsung melebarkan kedua tangannya pada Bima, hendak memeluk Bima yang berada di sebelah kanannya. Secepatnya Bima mendorong tubuh Pradipta agar menjauh darinya.

KAZANTA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang