34. PLEASE DON'T CRY

10K 1K 26
                                    

Terima kasih untuk yang sudah vote, coment dan menambahkan cerita ini ke liblary🥰

  Yang lainnya jangan lupa kasih timbal balik juga yaaa. Karena votment kalian itu sangat berarti untuk aku.

Pokoknya Sebelum baca vote, sesudah baca silahkan coment 🖤🖤🖤

Jangan lupa sambil dengerin playlistnya yaa, untuk mendapatkan feelnya😊

Jangan lupa sambil dengerin playlistnya yaa, untuk mendapatkan feelnya😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

34. PLEASE DON'T CRY.

"Gue bilang jangan, sekali ini aja please dengerin apa kata gue." Ujar Dyan yang langsung menahan pergelangan tangan Alya dengan kuat, mencegah gadis itu memasuki lapangan ketika bola basket menggelinding kearahnya.

"Dyan," Ucap Alya dengan sorot marah, ia mencoba untuk membebaskan tangannya, namun Dyan menahannya kuat - kuat hingga pergelangan tangannya memerah.

"Lo apa - apaan sih Dyan?!" Kesal Alya yang langsung menepis tangan Dyan dengan cukup kasar. Membuat Dyan merasakan kebas dan panas disekitar tangannya. "Gue nggak tau lo kenapa, tapi yang jelas gue nggak suka sama perlakuan lo barusan!"

"Ada apa sih?" Tanya Devyra muncul diantara keduanya, bersama Mayra dan Anzella.

"Gue cuma mau ngingetin lo untuk jangan jadi cewek yang bodoh." Ujar Dyan membuat hati Alya berkecambuk. "Lo itu pacarnya atau babunya sih? Semua keinginan dia selalu lo turutin, termasuk semua keinginan bodoh dia. Lo sadar nggak sih sama perlakuan dia yang nggak lebih menganggap lo seorang babu? Gue cuma nggak mau ini keterusan, karena ini semua nggak adil buat lo."

Bola basket yang semula berada di tangannya, seketika terjatuh dan memantul dibawah. Pancaran matanya telah memperlihatkan rasa kecewanya yang teramat dalam.

"Lo tidak mendapatkan apapun yang lo harapkan dari dia, Al." Ujar Dyan kemudian menjedanya dengan nafas panjang."Kita semua juga tahu kalau dia itu orang yang nggak bisa menunjukan perasaanya."

"Gue setuju sama Dyan..." sahut Devyra yang sesungguhnya merasa bersalah, namun disisi lain ia tidak terima jika sahabatnya diperlakukan tidak sebagaimana mestinya.

"Ra," Lirih Alya dengan menatap Devyra sendu.

"Enough....enough..." Kata Anzella menyela dan mencoba menghentikan. Ia hendak merangkul bahu Alya, namun terurung karena Alya dengan cepat menghindar. Ia merasa kepercayaanya terhadap keempat sahabatnya mulai memudar.

KAZANTA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang