29. MAU YA?

10.9K 1.1K 35
                                    

Terima kasih untuk yang sudah vote, coment dan menambahkan cerita ini ke liblary🥰

  Yang lainnya jangan lupa kasih timbal balik juga yaaa. Karena votment kalian itu sangat berarti untuk aku.

Pokoknya Sebelum baca vote, sesudah baca silahkan coment 🖤🖤🖤

Happy Reading!

•••

29. MAU YA?

          Markas besar yang sebelumnya sempat ditinggalkan, kini kembali hidup dengan suasana penuh suka cita yang diciptakan oleh keseluruhan pasukan Genorazors yang sedang merayakan kemerdekaan mereka. Suasana hiruk - piruk yang selalu dirindukan kini bukan lagi hanya sekedar kenangan.

        "Shit!! Per-ih bet tolong." Pradipta menjerit kesakitan dengan memejamkan kedua matanya kuat - kuat guna menetralisir sensasi perih karena lukanya yang dipertemukan dengan obat merah.

        "Cielah, luka kecil aja udah jerit - jerit kayak korban siksa kubur lo." Sinis Dewa menggeleng - gelengkan kepalanya. "Jangan malu - maluin kaum lelaki lo. Nggak ada keren - kerennya lo, sumpah. Gue kena tusuk belati aja masih bisa nyengir. Parahan juga gue kemana - mana."

       "Kenapa lo malah ngajakin gue adu nasib, jingan?" Ujar Pradipta naik darah.

Berbotol - botol minuman beralkohol seperti vodka dan minuman orang tua anggur merah langsung diserbu oleh pasukan Genorazors. Juga sembilan puluh kotak pizza yang baru saja tiba. Malam ini pesta besar - besaran tengah berlangsung.

       "Siapa yang pesen semuanya?" Tanya Kazan pada pasukan inti.

       "Gue," Jawab Bima.

       "Yang bayar?"

       Bima menunjukan bill pada Kazan dengan total yang menabjukan. Tak tanggung - tanggung, total keseluruhannya hampir dua puluh lima juta.

       Kazan menaikan pandangannya menatap satu persatu dari pasukan inti dengan menghela napas panjang,"Lo semua sengaja morotin gue?"

        "Bos senang bos bayar." Ujar Bima, definisi temen bangsat sesungguhnya. Uang dua puluh lima juta tak berarti apa - apa untuk seorang Kazan, dan ia sama sekali tidak keberatan untuk membayar itu semua.

"Kazan mah sekalinya batuk bukan keluar dahak, tapi keluar negeri. Saking hokay-nya." Ujar Dewa menyahuti.

"Seneng dari mananya? Muka Kazan nggak ada seneng - senengnya kek gitu, bjiir." Ujar Fajar menilai ekspresi Kazan.

"Dia mah dari brojol mukanya udah kayak gitu. Nyeremin, ngalahin amukan mak tiri." Timpal Pradipta.

        Kazan memamerkan senyum lebarnya dihadapan teman - temannya, yang jutsru membuat mereka semua merinding, "Bangke, yang ada makin takut gue liat lo, Zan. Mirip joker anjir. Senyum mah senyum aja, biasain. Lo ngapain aja keknya aura lo selalu gelap, heran." Ujar Dewa sembari terkekeh.

"Yeh malah ngatain gue lo." Ujar Kazan sedikit tidak terima.

"Maapin lah hyung, jangan meri - meri gitu ih." Ujar Pradipta memasang wajah polos.

      BUGH

     "Pradipta bangsat!" Umpat Bima emosi. Sontak ia menghadiahi satu pukulan keras dibagian perut Pradipta secara terang - terangan. Pradipta dan Bima saling pandang dengan tatapan kebencian membuat semuanya kebingungan.

KAZANTA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang