38. TANTANGAN

8.9K 950 66
                                    

Terima kasih untuk yang sudah vote, coment dan menambahkan cerita ini ke liblary🥰

Yang lainnya jangan lupa kasih timbal balik juga yaaa. Karena votment kalian itu sangat berarti untuk aku.

Pokoknya Sebelum baca vote, sesudah baca silahkan coment 🖤🖤🖤

 Pokoknya Sebelum baca vote, sesudah baca silahkan coment 🖤🖤🖤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

38. TANTANGAN.

           Pradipta menghamburkan kartu uno yang semula dimainkan oleh pasukan inti Genorazors. Telinganya terasa panas dikarenakan pembahasan mereka yang yang seakan mengejeknya. Ia sudah cukup lelah mendengarkan mereka membanggakan perempuan yang mereka sukai.

          "Cewek mulu yang lo semua omongin di depan muka gue. Sengaja kan lo semua, supaya gue keliatan nambah ngenes mendengar keuwuan kalian? Gue yang nggak laku bisa apa?" Tanya Pradipta dengan menunjuk satu persatu pasukan inti Genorazors.

         "Gendong gue ke mars. Minggat ke planet lain ae gue, minggat!!" Pasrahnya yang lantas mengundang tawa.

        Suara musik keras mengalun di penjuru markas besar Genorazors. Hal tersebut sudah menjadi rutinitas harian bagi mereka, hidup tanpa musik itu rasanya hampa.

        "Goyang duyung dulu bang." Kata Dewa yang lantas berjoged mengikuti ritme musik, dengan gaya aneh yang bisa - bisanya terpikirkan olehnya dengan sangat menikmati.

        "Kebagusan goyang duyuh mah, yang ada goyang dugong." Ujar Fajar dengan setengah tertawa.

        "Bosen anjrit!" Keluh Pradipta, yang ternyata dirasakan juga oleh pasukan inti Genorazors yang lain.

       "Gini amat hidup kita, ngebosenin kek hubungan lo sama dia." Ujar Dewa baperan.

       "Belajar, ulangan tengah semester udah deket." Kata Radya membuka suara, pemikirannya selalu bertentangan dengan pasukan inti lainnya.

       "Gue alergi belajar, sekalinya belajar besoknya gue langsung sakit." Ujar Pradipta mendramatis.

      "Males ya males aja udah. Nggak usah banyak alasan lo." Balas Kazan mendelik tajam. Pradipta pun menyahutinya dengan kekehan kecil.

       "Pokoknya gue butuh hiburan anying. Nggak bisa gue lama - lama kayak gini. Yang ada gue bakalan mati karena kebosenan." Imbuh Pradipta.

       "Cita - cita setinggi langit, tapi hobi mageran, adalah gue!" Ujar Bima membusungkan dadanya bangga.

       "Dosa banyak, tapi tetep hepi, adalah gua!" Kata Pradipta menyahuti dengan sangat bersemangat. Dimana - mana hatiku senang.

KAZANTA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang