Terima kasih untuk yang sudah vote, coment dan menambahkan cerita ini ke liblary🥰
Yang lainnya jangan lupa kasih timbal balik juga yaaa. Karena votment kalian itu sangat berarti untuk aku.
Pokoknya Sebelum baca vote, sesudah baca silahkan coment 🖤🖤🖤
•••
46. HARI PERINGATAN.
Jelita melangkah anggun, sembari melakukan panggilan melalui telepon genggam yang ditempelkan ditelinganya. Jelita mengulun senyum lebar ketika menyadari keberadaan Kazan di parkiran sekolah yang hendak bergegas pulang. Kedua tungkainya bergerak mendekati Kazan dengan menyahuti sambungan telepon dengan suara yang sengaja dikeraskan hingga dapat terdengar oleh Kazan.
"Jadi Kazan harus mau mengabulkan semua permintaan aku ya, Tante?"
"Termasuk pulang bareng?"
"Kalau dia menolak, apa yang harus aku lakukan, Tante?"
Kazan dengan cepat merampas telepon genggam milik Jelita, dan mengambil alih sambungan itu, dengan tatapan yang menghunus Jelita dingin tanpa ekspresi. Kazan sudah terkoneksi terhadap rangkaian kode yang dibuat oleh Sonia, ia sudah sangat paham, bahkan afal.
"Ikuti keinginannya untuk pergi bersama, untuk mengunjungi sesuatu tempat yang lokasinya tidak bisa dijangkau untuk membeli sesuatu yang masih misterius. ini adalah kesempatan besar, jangan sampai melewatinya."
Kazan mematikan sambungan itu tanpa membuka suara untuk sekedar memberikan persetujuan atau sekedar balasan. Ia hanya perlu mendengarkan perintah dalam rentang waktu paling lama tiga puluh detik, setelah itu ia hanya perlu mengakhiri sambungan itu ketika jarum panjang jam berhenti diarah yang seharusnya, sebagai pertanda jika dirinya siap untuk sebuah misi. Hanya dirinya dan Sonia yang paham tentang kode tersebut.
Kazan memberikan Jelita sebuah helm untuk digunakan setelah dirinya menaiki sepeda motor hitam tersebut. Jelita sudah menduga jika Kazan tidak akan bisa menolak permintaanya kali ini. Tentu ini akan menjadi awal yang sangat baik untuknya.
Setelah helm terpasang sepenuhnya, Kazan membantu Jelita untuk naik. Jelita pun tidak sungkan melingkarkan kedua tangannya di pinggang Kazan untuk memberikan pelukan erat.
Kazan menghentikan laju kendaraannya didepan sebuah lokasi yang sesungguhnya tidak ada dijangkauan maps. Suasana yang sepi senyap, dengan jalanan yang retak dan sangat tak terawat. Terdapat banyak rongsokan kendaraan yang sudah berkarat dan membentuk sebuah gundukan. Tempat yang sudah mirip seperti gudang atau markas persembunyian yang sangat luas. Bahkan terdapat terowong besar yang dibangun tanpa tujuan. Ia berusaha meneliti sekitarnya, dan yang ia temukan hanyalah keanehan yang tak mampu dicerna akal sehatnya.
Jelita kembali dengan satu bucket bunga lily putih membuat Kazan merasa ini semakin tidak masuk akal. Dari ribuan toko kios bunga di tengah kota Jakarta, kenapa harus mengunjungi tempat semacam ini yang berada di lokasi yang sangat terpelosok?
"Ini sebenarnya tempat apa, Jel?" Tanya Kazan pada Jelita. "Lo yakin ini hanya tempat untuk sekedar membeli bunga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KAZANTA (SELESAI)
Teen Fiction[GENORAZORS SERIES 1] Kazanta Ellardio Dawana, sosok jenius yang menyembunyikan segala keburukannya dibalik prestasinya yang menganggumkan. Semua orang hanya mengenalnya sebagai pengusa Dawana tanpa lagi mengingat bahwa dirinya merupakan pendiri gen...