54. SHOT

7.3K 826 95
                                    

AKU TANTANG KALIAN UNTUK KOMEN DI SETIAP PARAGRAF, SIAP NGGAK?!

Happy reading!!!

•••

54. SHOT

Kazan memunggungi seorang gadis berambut pendek sebahu yang tengah terikat disebuah kursi. Anindya Leksita, gadis yang kini menjadi tawanan paling berharga untuknya. Tatapan Kazan mengarah lurus dan dingin dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku celananya. Anin berulang kali meronta, namun Kazan sama sekali tidak memperdulikannya.

Semua jawaban atas pertanyaan dikepalanya hanya ada pada gadis itu seorang. Sejauh ini Kazan telah memanfaatkan waktu dan keadaan dengan sangat baik. Ia akan segera mendapatkan apa yang ia inginkan.

"LEPASIN GUE, SIALAN!"

"MAU LO APA, HAH??!"

Kazan melangkah mendekat, dan berhasil mencundangi Anin yang tengah menatapnya sangat berani dengan sorot penuh kebencian. Ia terlihat sangat was was, karena ia sama sekali tidak bisa membaca isi kepala Kazan. Kazan terlihat misterius juga mematikan dimatanya.

Anin menundukan kepalanya, nampak ketakutan ketika Kazan mengulurkan tangannya untuk mengangkat dagunya hanya dengan menggunakan jari telunjuknya.

Kazan lantas tersenyum getir,"Jangan takut, gue nggak akan menyakiti lo. Gue akan memperlakukan lo sebagaimana gue memperlakukan perempuan." Desisnya membuat Anin kesulitan menelan salivanya.

"MENYINGKIR DARI HADAPAN GUE SEKARANG JUGA!" Bentak Anin tepat di depan wajah Kazan. Membuat Kazan memejamkan kedua matanya. Detik selanjutnya, Kazan melempar sebuah batu bata kedinding hingga hancur berkeping - keping. Bibir Anin bergetar, giginya bergemeretak dan menimbulkan suara yang mengusik ditengah keheningan. Anin sangat terkejut atas tindakan Kazan.

Kazan paling tidak suka dibentak, hal tersebut membuatnya marah.

"Diem." Ujar Kazan memperingati Anin untuk berhenti mengeluarkan suara yang berisik.

"TOLONG!!!!!" Teriak Anin sekuat tenaganya dengan berusaha membebaskan tangannya dari ikatan kuat di sandaran kursi kayu tersebut. Kazan berdecak diposisinya, Anin terkesan keras kepala dan jujur itu sangat memuakkan.

"Teriak sampai pita suara lo putus juga nggak akan kedengaran sama siapapun. Karena ruangan ini kedap suara." Ujar Kazan seakan menyorakinya untuk menyerah.

"APA YANG SEBENARNYA LO MAU? APAPUN YANG LO MAU, LO NGGAK AKAN PERNAH MENDAPATKAN ITU DARI GUE!!" Sentak Anin dengan nada yang terdengar frustasi.

        "Lo berbicara seakan - akan tau apa yang sebenarnya gue inginkan." Desis Kazan tepat ditelinga Anin. Nafas Kazan yang mendera disekitar lehernya membuatnya merinding. "Gue akan bebasin lo kalau lo bersedia memenuhi semua pertanyaan gue. Gimana?"

        Anin tidak merespon apapun. Ia hanya diam menunggu Kazan melanjutkan ucapannya.

       "Siapa seseorang dibalik The Poison?" Tanya Kazan lugas.

        Anin menggeleng kuat. Mendengar identitas tersebut sudah lebih dulu membuatnya ketakutan. Sadis adalah satu kata yang dapat menggambarkan The Poison. Kejayaan selalu lebih penting dari pada nyawa. Bahkan mereka rela mempertaruhkan banyak nyawa hanya demi memperoleh kejayaan. Bunuh membunuh adalah makanan mereka setiap harinya.

KAZANTA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang