Bantu dukung cerita ini dengan meninggalkan v o t e pls⭐
Anyw, enjoy reading!!
---
[Hailexa Osbert]
Hailexa dan Alex kini keluar bersamaan dari perpustakaan setelah diskusi panjang dengan ayah mereka. Saat sudah di depan pintu perpustakaan, tiba-tiba Hailexa menarik tangan Alex. "Aku tahu kau menginginkan sesuatu dariku, Alex," katanya curiga dengan mata disipitkan dan alis yang saling bertautan.
"Apa maksudmu?" tanya Alex dengan lagak tak paham.
Hailexa mendecak dan memutar bola matanya bosan. "Apa maksudnya tadi mengaku pada Dad bahwa kau yang memulangkan Matt? Aku tidak yakin kau sungguh-sungguh ingin menyelamatkanku," ucap Hailexa dengan tatapan sinis.
"Karena aku tidak ingin adik kecilku ini dimarahi oleh Dad," ucap Alex sambil mencubit gemas pipi Hailexa.
"Jangan panggil aku adik kecil, kita hanya berbeda delapan belas menit saja," gerutu Hailexa sambil menyingkirkan tangan Alex dari wajahnya. Jika Hailexa sedang dalam masalah, Alex akan membantunya dengan dua kemungkinan: Pertama, Alex tulus ingin menolongnya. Contohnya seperti saat Zach yang mengakhiri hubungannya dengan Hailexa. Katanya Alex sempat ingin menghajar Zach secara langsung, namun Hailexa menahannya karena takut akan menambah masalah. Kedua, Alex membantunya karena ada maunya. Gaya sombongnya saat datang ke perpustakaan tentu adalah niat tidak tulus dari Alex. "Katakan sebenarnya, apa yang kau mau?" tanya Hailexa.
Alex memutar bola matanya jengkel. "Bisakah kau bilang terima kasih dulu? Setidaknya kau tidak dimarahi Dad sendirian, bukan?"
"Baiklah, maaf. Terima kasih sudah menolongku." Kemudian Hailexa menaikkan alisnya seolah sedang menunggu Alex berbicara.
"Begini, aku butuh bantuan dengan kemampuan senimu."
Hailexa kini melipat tangannya di depan dada sambil memasang senyum sombong. Memang Alex jago dalam berbisnis seperti ayahnya, namun setidaknya kemampuan seni dari ibu mereka justru menurun pada Hailexa.
Meski berbeda bidang, Hailexa tetap bersyukur memiliki Alex. Jika saja ia terlahir tanpa kembaran, alias menjadi anak tunggal, mungkin Hailexa akan diminta melanjutkan bisnis keluarga, lalu kiss goodbye pada karir impiannya dalam bidang seni.
"Baiklah, apa yang bisa kubantu?" tanya Hailexa.
"Aku membutuhkan lukisan baru untuk di hotel. Apa kau bisa membantu mencarikan yang cocok?"
Kemudian Hailexa membuka ponselnya dan melihat situs dari galeri lukisan langganannya. "Berapa budget maksimal?" tanyanya.
"Tak peduli budget maksimal, setidaknya aku membutuhkan dua lukisan besar."
"Baiklah," ucap Hailexa sambil membuat agenda pada kalender digitalnya. "Besok kau jemput aku jam berapa?"
"Tunggu dulu. Siapa yang bilang aku akan ikut?"
Seketika Hailexa menautkan kedua alisnya bingung. "Eh, apa maksudmu?"
Alex menghela napas panjang dan menjawab, "Aku meminta bantuanmu karena aku harus survei tanah baru di Adelaide."
Wajah Hailexa seketika berubah masam. "I hate you, Lex!" keluhnya sambil mengacak-acak rambut kembarannya itu.
"Hentikanlah!" ucap Alex sambil merapikan rambutnya yang sudah berantakan. Kemudian ia kembali memasang senyum jahil. "Itulah gunanya saudara, bukan?"
Hailexa mendengkus keras. "Baiklah, akan kupastikan Matt kembali secepatnya, agar besok Roger bisa ikut bersamamu ke Adelaide," jelas Hailexa sambil memasang sebuah reminder pada ponselnya untuk mengirim pesan pada asisten pribadinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The List of My Jerks
RomanceAll Chapters are Completed✅ Namun belum direvisi!! The Osbert Seri #3 [Diharapkan membaca Seri 1 & 2] 13+ "Karena pria akan menjadi brengsek jika belum bertemu The One mereka." --- PENTING!! Jika mengharapkan cerita roman dengan pasangan sesama kul...