Extra 2.1 | Jackson & Johanna

696 55 2
                                        

Hai, seperti yang Shab bilang, ini adalah mini story dari Jackson dan Johanna. Soalnya kayaknya cukup banyak dari kalian yang kepo soal hubungan antar sepupu ini hehe.

Selamat membaca~

---

[Johanna Hill]

"Johanna, kau benar-benar membuatku malu! Semua keluarga Hill kini sudah tahu hubunganmu dengan Jack—"

Sebelum emosi ayahnya semakin membara, Johanna menekan tombol merah dan telepon terputus begitu saja. Semua yang ayahnya katakana padanya adalah omong kosong yang tak perlu ia dengar. Ia pun membanting ponsel di sofa dengan keras, sekeras emosinya sekarang. Air mata mulai berderai seraya menahan rasa sakit pada perut bagian bawahnya.

Johanna kini melihat pantulan wajahnya di cermin dekat sofa. Ia benar-benar tampak buruk sekarang dan kemudian ia memilih untuk menyembunyikan wajahnya di balik bantal sofa.

Air mata kini semakin berderai dalam bantal sambil mempertanyakan salah siapa semua ini. Semua keluarganya kini mulai menghujat karena hubungannya dengan sepupunya sendiri. Johanna juga tidak pernah menyangka akan memiliki perasaan ini pada Jackson, sepupu dari keluarganya ibunya, yakni keluarga Carter.

Tuhan telah mengatur semuanya. Berulang kali Johanna menolak para pria yang mendekatinya hanya karena Johanna lebih memilih sepupunya itu. Lagi pula, tidak ada pria lain yang bisa menerima Johanna apa adanya selain Jackson Carter.

Johanna kini memiringkan kepalanya dan tangannya mulai meraba-raba sofa, mencari ponselnya. Ia membuka layar ponsel dan kembali menangis saat melihat foto Jackson dan dirinya yang dijadikan wallpaper. Hubungannya dengan Jackson tidak disebut long distance relationship karena lokasi yang memisahkan. Bukan juga karena jarak agama yang menghalangi. Ini disebut close distance relationship, jaraknya begitu dekat karena mereka satu darah.

Kini layar ponsel Johanna terpampang nomor telepon Jackson. Jarinya begitu gemas untuk menekan tombol telepon untuk menghubungi Jackson, memberi tahu soal keadaan hatinya yang kacau sekarang. Namun Johanna menarik keinginannya. Ia tidak bisa egois karena Jackson sedang rapat dengan klien besar.

Kemudian layar ponsel berganti menunjukkan nomor ponsel Alex. Ia butuh sahabatnya sekarang, akan tetapi Johanna juga baru ingat, Alex juga sedang ada rapat.

Ia pun teringat dengan Aaron Bancroft, sepupu angkatnya. Saat hendak menghubungi, tiba-tiba bel rumah berbunyi. Dahi Johanna mengerut heran, siapa orang yang mau bertamu siang hari seperti ini?

Ia kemudian bangkit dari sofa dan mengapus bekas tangisannya. Dengan segera ia mengecek ke ruang CCTV di rumah Jackson. Saat melihat, mata Johanna berbinar seakan apa yang dilihatnya adalah sebuah solusi dari emosinya saat ini. Aaron Bancroft tiba. Yang lebih syok lagi adalah dia datang bersama sahabat jauhnya dari Uni Emirat Arab. "Fayeez?" kata Johanna terkejut. Tuhan benar-benar tahu apa yang Johanna butuhkan sekarang. Sepupu jauhnya dan sahabatnya kini datang di saat yang tepat.

Senyum lebar terpasang dan Johanna segera berlari menuju pintu. Akan tetapi saat berlari, lagi-lagi ia merasakan nyeri pada perut bagian bawah namun masih bisa ditahan.

Ketika pintu terbuka, "Johanna!" sapa Aaron.

Tanpa banyak bicara, Johanna langsung memeluk sepupunya dengan erat, atau setidaknya melampiaskan emosi buruknya tadi.

Usai pelukan terlepas, Aaron mulai mencurigai mata sembabnya. "Mereka bilang apa lagi kepadamu?" tanya Aaron yang sudah dapat menebak soal usikan keluarganya.

Johanna memasang senyum palsu, tidak ingin bercerita. Mungkin Johanna adalah wanita yang tampak ekstrovert, namun jika sudah menyangkut masalah pribadi ia adalah wanita yang paling introvert. "Aku tidak apa."

Lalu Johanna menatap seseorang di belakang Aaron. Dia Fayeez Ummayer, senior sewaktu di kampusnya sekaligus sahabat terbaiknya. Dulu dirinya, Fayeez, dan juga Alex Osbert adalah satu geng di kampus. "Fayeez, aku senang kau akhirnya ke Australia!" seru Johanna sambil memeluk Fayeez erat.

"Aku juga senang bertemu denganmu lagi, Johanna," sapa balik Fayeez sambil memeluk balik.

Dalam pelukan hangat itu, lagi-lagi perut Johanna terasa nyeri, namun kali ini disertai pandangan mata yang mulai memudar. Oh no. Jangan sekarang, batin Johanna cemas dan sudah dapat memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Fayeez," lirih Johanna, "aku akan pingsan."

"Apa?!" panik Fayeez.

Dan saat itu juga kaki Johanna mulai melemas hingga tubuhnya pun ia sandarkan pada Fayeez. Dengan gerakan sigap Fayeez berhasil menahannya. Mata Johanna tertutup dan ia pingsan dalam pelukan Fayeez.

[Fayeez Ummayer]

Fayeez menyadari tubuh Johanna yang semakin dijatuhkan pada badannya. Tangan Fayeez yang sigap kemudian berhasil menahan Johanna yang akan jatuhnya.

"Darah!" Teriakan Aaron membuat Fayeez langsung menunduk dan ia melihat banyaknya darah yang ada di lantai yang mengalir dari kaki Johanna. Ia tidak pernah melihat sahabatnya seperti ini sebelumnya.

"Johanna, hei! Kau kenapa?" tanya Fayeez panik sambil menepuk punggung Johanna. Sayangnya Johanna tak memeberikan respon apa pun. Benar yang dikatakan Johanna tadi, dia pingsan dalam pelukannya.

"Fayeez, ayo kita larikan dia ke rumah sakit terdekat!" titah Aaron panik seraya membantu Fayeez membopong Johanna. Kini Johanna berada dalam gendongan Aaron. "Ambil ponselku di saku dan hubungi Jackson."

Fayeez langsung mengambil ponsel Aaron dan mencari nama Jackson seraya keduanya berjalan menuju mobil Aaron. Saat tiba di dekat mobil, saat itu juga panggilan ditolak oleh Jackson. "Dia men-decline panggilanmu," kata Fayeez sambil membantu membuka pintu mobil belakang Aaron.

Mata Fayeez semakin membelalak saat melihat jalan yang tadi mereka lalui kini berlumur darah Johanna, dan sekarang mobil Aaron juga bercipratan darah. Darahnya memang sedikit berkurang dari awal Johanna pendarahan.

"Kau bersama Johanna di belakang, aku yang menyetir," pinta Aaron sesudah ia menidurkan Johanna. Fayeez pun masuk ke belakang mobil dan menjadikan kakinya sebagai bantal untuk kepala Johanna. Ia membelai kepala Johanna, "Bertahanlah, Johanna."

Mobil sport Aaron kini melaju dengan cepat. Kali ini darah Johanna sudah mereda, namun tetap saja ia harus dilarikan ke rumah sakit. Kekurangan darah membuat tubuh Johanna lemas seperti sekarang.

"Apakah Johanna pernah seperti ini sebelumnya?" tanya Fayeez.

Aaron sempat melirik ke belakang melalui kaca spion. "Aku belum pernah melihatnya seperti ini.

"Benarkah? Sepertinya Johanna tahu dirinya akan pingsan. Jangan-jangan dia sering seperti ini," jelas Fayeez.

"Percayalah, dia penyimpan rahasia paling hebat," jelas Aaron yang masih fokus menyetir, menyalip ke kanan dan kiri agar segera tiba di rumah sakit.

Kembali Fayeez menatap sahabatnya itu dan bertanya-tanya. Apa yang sudah Johanna sembunyikan dari aku dan Alex?

 Apa yang sudah Johanna sembunyikan dari aku dan Alex?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The List of My JerksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang