Kalau ada typo kasih tanda ya.
Happy reading!
.
.
.
.
."Vano?"
Vano menoleh kearah Tasya. Ia menatap Tasya dari ujung kaki hingga ujung kepala Tasya. Ia menatap tak suka Tasya.
"Ganti."
Tasya mengkerut kan kening nya. Ia menatap baju nya sendiri. "Kenapa? Ini bagus loh baju nya, Van. Masa gue harus ganti?"
Vano memutar bola mata nya malas. "Udah gue bilang jangan pake baju kurang bahan. Lo masih pake baju kurang bahan. Batu banget sih." cibir Vano.
Pasal nya, baju yang di pakai Tasya itu sangat menggoda. Celana jeans di atas lutut, baju dengan tanpa lengan, dan rambut yang di kuncir kuda.
"Ck. Ini enggak kurang bahan, Vano."
"Ganti."
"Ta--"
"Ganti. Gue nggak terima penolakan."
Tasya berdecak kesal. Ia berjalan menuju kamar nya seraya menghentak-hentakan kaki nya. Vano yang melihat nya pun terkekeh pelan.
Sedang kan Tasya, gadis itu tak henti-henti nya mengeluarkan kekesalan nya pada Vano. Bibir mungil nya berkomat-kamit menyumpah serapahi Vano. Ia kembali membongkar lemari nya. Ia memilih untuk mengambil celana jeans dan baju berwarna putih berlengan pendek yang bertulisan 'Bad Girl'. Tak lupa rambut nya yang ia gerai.
Setelah berganti pakaian, Tasya kembali mengambil sling bag nya yang berwarna hitam. Ia memutar knop pintu kamar nya dan menuruni tangga menemui Vano yang sedang terduduk di sofa ruang tamu nya sembari memainkan ponsel nya.
"Vano."
Vano menoleh kearah Tasya. Ia menatap Tasya dari bawah sampai atas. "Bagus."
Vano bangkit dari duduk nya. "Ayo." Vano megenggam tangan mungil Tasya dan membawa nya keluar dari rumah.
"Tapi gue belum pamit."
"Gue udah pamit sama Aksa."
"Lo udah baikan sama Aksa?"
"Nggak usah banyak tanya. Cepet pake nih helm nya." ujar Vano menyodor kan helm nya pada Tasya. Tasya mendengus pelan lalu memakai helm yang tadi di kasih oleh Vano, lalu menaiki motor sport milik Vano.
"Siap?"
"Siap!"
Tiba-tiba tangan Tasya yang memegang hoodie Vano terlepas kala tangan kekar Vano memegang tangan nya. "Jangan di baju. Nanti jatuh. Kayak gini biar nggak jatuh." Vano mengarah kan tangan mungil Tasya untuk memeluk nya.
"Jangan di lepas. Gue mau ngebut."
-----
Vano memberhentikan motor nya di depan sebuah rumah bercat cokelat dengan pagar yang bercat hitam.
"Panti asuhan kasih ibu?"
Vano mengangguk. "Iya. Lo nggak suka gue bawa kesini ya?"
Tasya menggeleng kuat. "Enggak kok." ujar nya seraya turun dari motor sport Vano. Tasya mengedar kan pandangan nya melihat-lihat setiap inci bagian depan panti asuhan itu.
Tasya menoleh kearah Vano. "Lo serung kesini?" Vano mengangguk. Ia menarik pelan lengan Tasya. "Ayo masuk."
Saat Vano dan Tasya memasuki panti asuhan kasih ibu, mereka sudah di sambut oleh anak-anak panti asuhan kasih ibu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alsya | Complete
Novela JuvenilDingin, datar, kaku, dan tak mengenal cinta. Itu lah seorang ketua geng Alvazma, Putra Alvano Albarak. Berawal dari tabrakan yang tak di sengaja di koridor kelas XI, yang membuat Vano penasaran dengan gadis ceroboh itu. Dengan mata tajam nya, ia dia...