Hari ini aku niatnya mau double up, tapi votenya harus tembus sepuluh. Gimana? Bisa?
-----
Vano terbangun dengan sendirinya dari tidur nyenyak. Ia menatap sekelilingnya. Keningnya berkerut melihat ia berada di kamarnya sendiri.
Vano membekap mulutnya saat rasa mual menghampiri tubuh atlentisnya. Ia segera menyibak selimutnya dan berlari kearah kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.
Vano menatap pantulan wajahnya, ia baru selesai memuntahkan isi perutnya. Keningnya masih berkerut heran. Cowok itu heran mengapa ia terbangun sudah berada di kamarnya sendiri? Seingatnya ia berada di club malam yang dulu ia sering kunjungi.
Vano memijat pelipisnya berharap dengan cara ini rasa pusingnya sedikit berkurang. Setelah dirasa pusingnya sedikit berkurang, ia mengambil handuknya dan mulai melakukkan aktivitaf paginya.
-----
Tasya memoles lip balm di bibirnya. Ia menatap pantulan dirinya di cermin dengan seulas senyum manis. Ia kembali merapikkan letak bajunya yang dirasa harus di betulkan.
Ia rasa sudah cukup ia bersiap-siap, Tasya menuruni tangga dengan hati yang senang. Perasaan senangnya bertambah saat melihat Anton tersenyum kearahnya.
Belakangan ini memang Anton jarang pulang dengan alasan pekerjaan sedang banyak dan tidak bisa di tinggal atau ada keperluan di luar kota.
"Papa!" seru Tasya lalu menubruk tubuh Anton. Anton terkekeh lalu membalas pelukan sang anak. Tasya memeluk sangat erat menyalurkan rasa rindu yang menumpuk pada sang ayah.
"Sya kangen." ungkap Tasya. Gadis berambut panjang itu mendongak menatap sang ayah yang juga menatapnya.
"Papa juga kangen sama anak papa yang cantik ini." kata Anton seraya mencubit oelan hidung mancung sang anak.
Di belakang sana, ketiga lelaki berbeda umur itu menatap sebal ayah dan anak itu.
"Kita juga anak papa ya kalo lupa!" seruan yang bersamaan itu membuat keduanya menoleh kearah meja makan. Mereka terkekeh bersama setelahnya.
Anton kembali menatap putri kesayangannya. "Ada yang cemburu ternyata." ujar Anton lalu terkikik geli.
Aksa mendengus. "Kita bukan cemburu. Kita cuman laper."
Tasya memandnag Aksa dengan tatapan menantang. "Apa hubungannya coba?"
Aksa kembali mendengus kesal. Ia sedang tidak mood untuk beradu mulut dengan kakaknya. Lagi pula ia pasti kalah.
Anton mengelus pucuk kepala Tasya. "Ayo makan, nanti pap anterin ke sekolah." ucap Anton. Mata Tasya berbinar-binar, sudah lama sekali ia tidak di antar oleh Anton. Ia tentu tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini!
"Aldo enggak?!" seru Aldo tak terima. Ia merasa seperti anak tiri yang di beda-bedakan oleh orang tuanya. Anton menoleh sekilas pada Aldo dan terkekeh.
"Iya nanti bareng."
Aldo bersorak senang dibuatnya, menyisakan Aksa dengan tampang memprihatinkan. "Aksa enggak gitu? Aksa juga kan anak papa."

KAMU SEDANG MEMBACA
Alsya | Complete
Fiksi RemajaDingin, datar, kaku, dan tak mengenal cinta. Itu lah seorang ketua geng Alvazma, Putra Alvano Albarak. Berawal dari tabrakan yang tak di sengaja di koridor kelas XI, yang membuat Vano penasaran dengan gadis ceroboh itu. Dengan mata tajam nya, ia dia...