65 : Akhir Kisah

3.5K 114 28
                                    

Seneng gak aku double up?

-----

Ura merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Vano terus menerus memukulnya tanpa ampun. Sedangkan Putri menangis kencang melihat tubuh ibunya yang penuh lebam.

"Gantian dong. Gue juga mau kali." seru Aksa yang sedari tadi menonton dengan bosan. Aksa bangkit dari duduknya dan mengambil paksa alat cambuk dari tangan Vano. Vano hanya mendengus lalu menarik kursi, mendudukan bokongnya menatap Aksa dengan raut datar.

Aksa menatap sekilas Ura yang sedang meringkuk. "Kayaknya gue nggak mau yang ini. Gue mau yang masih seger." ujar Aksa. Ia menatap Putri dengan seringainya.

Dengan langkah pelan, Aksa mendekat kearah Putri lengkap dengan seringainya. Mark yang melihat itu menelan salivanya kasar.

"Adek lo serem amat." bisik Mark pada Aldp yang di sampingnya.

Aksa menatap Putri dari bawah hingga atas. "Tubuh lo cakep, wajah lo juga cakep. Tapi sifat lo kok nggak cakep? Heran gue, kok banyak orang yang wajahnya cakep, tubuhnya cakep, tapi sifatnya kagak cakep. Kayak gini nih contoh sampah dunia."

Aksa melebarkan senyumnya, menambah kesan seram pada dirinya. "Karena gue baik, jadi gue mau musnahin sampah dunia ini."

Putri menggeleng dengan air mata yang terus mengalir. "Jangan, please." mohon Putri. Aksa memasang wajah mengejek seraya menggeleng.

"Nggak bisa. Tangan gue udah gatel." ujarnya lalu melayangkan cambuk pada tubuh Putri. Putri menggerang kesakitan, rasa sakit, perih dan kebas menjadi satu di bagian Aksa melayangkan cambuk.

Lagi, Aksa melayangkan cambuk pada Putri di bagian kaki. Putri kembali menggerang kesakitan. Putri dengan mata sayu menatap Aksa dengan memohon.

"Please berhenti."

"Sayangnya gue nggak mau." ujar Aksa. Melayangkan cambukan demi cambukan pada tubuh Putri. Putri hanay bisa menggerang dan menangis kencang setiap Aksa melayangkan cambukan.

Aksa tersenyum puas melihat tubuh Putri yang kini terdapat banyak lebam. "Nah gini kan enak, puas gue liat lo." ujar Aksa bangga sedangkan Putri terisak.

"Lia jangan lo cambuk. Dia nggak salah, dia cuman nurutin perintahnya si setan." ujar Azka yang sedari tadi menonton.

Aksa menoleh kebelakang menatap Azka dengan alis yang terangkat. "Terus kita apain?" tanyanya. Azka bangkit dari duduknya, mendekat kearah Lia.

"Enak nya lo gue apain?" Lia tak menjawab pertanyaan Azka.

"Bebasin aja deh. Tapi jangan pernah nampakin muka lo di depan Tasya." ujar Azka mutlak. Azka menatap Vano, mengisyaratkan agar Lia dibukakan kuncinya. Vano mengangguk menurut.

"Dan lo berdua." Aldo menatap Ura dan Putri secara bergantian.

"Muasin aja gimana? Nanti abis itu di bunuh." usul Mark yang terdengar sangat kejam. Ura dan Putri yang mendengar sontak membelakan matanya tak percaya.

"Boleh." Vano mengangguk menyetujui usulan Mark.

"Oke gue panggilin anak-anak. Nggak mungkin gue yang di puasin. Adik gue khusus buat Riana seorang."

Alsya | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang