40 : Nasib Tasya

1.1K 77 0
                                        

Aldo kini uring-uringan sejak ia mengetahui kembaran nya di culik oleh lelaki yang ia sendiri pun tak tahu. Sedangkan Aksa, lelaki itu menyuruh seluruh anggota geng nya mencari Tasya.

Sedangkan Azka, lelaki berumur dua puluh satu itu sedang ketar-ketir kalau Anton mengetahui anak perempuan nya itu hilang. Untung saja untung beberapa hari kedepan Anton sedang berada di luar negeri untuk urusan bisnis nya. Namun tak urung ia khawatir dengan keadan adik perempuan nya itu. Sebagai kakak yang paling tua, Azka merasa kalau diri nya telah gagal menjaga adik nya.

Keheningan terjadi di meja makan, hanya ada sendok yang beradu sengan piring hingga menimbulkan suara dentingan yang cukup keras. Ketiga lelaki berbeda umur itu nampak fokus pada makanan nya. Namun tidak. Hanya mata yang fokus pada makanan di depan mereka, tetapi pikiran mereka berkelana memikirkan bagaimana nasib Tasya.

Sudah tiga hari semenjak Tasha di kabarkan hilang. Gadis berumur tujuh belas tahun itu sungguh susah di cari walau sudah di cari oleh banyak orang. Entah kemana Regan membawa gadis itu pergi, yang pasti tempat itu sungguh susah di lacak.

Semua atensi beralih pada Aldo yang meletakan sendok nya di atas piring. Ia menghela nafas panjang lalu menatap kedua saudara nya itu.

"Gue berangkat sekolah dulu. Kabarin gue kalo Tasya udah ketemu." setelah mengatakan itu, Aldo bangkit dari duduk nya dan melenggang pergi.

Aksa dan Azka menatap punggung Aldp yang kian menjauh dengan tatapan tak biasa. Aksa mengehal nafas kecil, ia menatap mata kakak nya yang paling tua dengan sendu.

"Bang Aldo kayak nya yang paling sedih pas tau kak Tasya ilang."

Azka mengangguk membenarkan ucapan sang adik. Siapa sih yang tidak sedih kalau kembaran nya sendiri hilang entah bagaimana keadaan nya sekarang.

"Itu udah jelas. Aldo kembaran nya, pasti sedih. Siapa sih yang nggak sedih kembaran nya hilang?" tanya Azka seraya meneguk minuman hingga tandas.

"Lo nggak sekolah?" tanya Azka setelah meneguk minuman nya dengan kening berkerut. Aksa melirik sekilas pada Azka lalu kembali menyuap nasi kedalam mulut nya.

"Enggak."

Kerutan di kening Azka kian jelas. Kalau lelaki itu tidak bersekolah, lantas mengapa ia memakai seragam?

"Terus lo mau ngapain?"

"Nyari kak Tasya." Azka sedikit membelakan mata nya, tak percaya apa yang di ucapkan adik nya itu.

"Jangan gara-gara Tasya hilang, lo jadi nggak masuk sekolah Sa. Lo tetep masuk! Lagian lo udah nyuruh temen-temen lo kan buat nyari Tasya?"

"Ya tapi gue nggak mungkin ngandelin temen-temen gue terus bang! Kak Tasya itu kakak gue bang, gue juga pengen nyari kak Tasya!" kini suara Aksa sedikit meninggi.

"Gue nggak mau tau. Lo ke sekolah atau gue laporin papa kalo lo ikutan tawuran tempo hari." ujar Azka tajam tak lupa dengan mata yang menatap tajam Aksa. Lelaki berumur dua puluh satu itu kemudian bangkit dari duduk nya meninggalkan Aksa sendiri di meja makan.

Aksa menatap punggung Azka yang sudah hilang di balik pintu kamar nya dengan tatapan penuh arti. Ia menghela nafas panjang, tak ada pilihan lain. Mau tidak mau, ia harus masuk kelas hari ini.

Alsya | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang