4 : Bareng?

4.5K 268 8
                                    

Vano👆
Happy reading!❤

Setelah mengantar Tasya ke rumah, Vano pun melaju kan motor sport nya dengan kecepatan di atas rata-rata. 

Sampai lah ia di sebuah rumah modern bercat putih, yang menambah kan kesan megah rumah itu. Vano pun memasuki motor sport nya kedalam garasi rumah nya. 

Ceklek

"Dari mana saja kamu? Jam segini baru pulang," sengit pria paruh baya tersebut. Vano pun mendengus sebal. Selalu saja Prasetyo-ayah Vano- bersikap seperti itu. 

"Saya pulang larut malam atau pun saya tidak pulang, toh anda tidak akan peduli. Yang anda peduli kan hanya lah jabatan dan harta." sarkas Vano yang membuat Prasetyo terdiam. 

Vano pun menunjukan smirk nya. Ia pun berlalu melewati Prasetyo dan menaiki anak tangga. Prasetyo pun menatap lirih anak semata wayang nya itu yang mulai hilang di balik pintu kamar Vano. Memang dari awal Prasetyo menjadi gila kerja semenjak tiga tahun yang lalu. 

Di kamar bernuansa hitam dan putih, Vano merebah kan tubuh nya di kasur king size nya. Ia pun menerawang kejadian beberapa jam yang lalu saat ia bersama Tasya. Nyaman rasa nya saat ia bersama Tasya. Wajah putih bersih tanpa ada noda sedikit pun, hidung mancung, mata elang nya, rambut hitam pekat, dan bibir mungil nya. Vano mengacak-acak rambut nya frustasi. 

Anastasya Zevanya Xavier. 

Gadis itu memenuhi pikiran-pikiran Vano. Berani-berani nya dia membuat ketua geng Alvazma frustasi. Vano pun tanpa pikir panjang memasuki kamar mandi nya untuk memulai ritual nya. 

-----
Di rumah megah bercat coklat di komplek elit di Jakarta, lebih tepat nya rumah dari Tasya. Ia sedang membolak-balikan halaman buku matematika nya. Sungguh, ini sangat sulit. Tasya tidak bodoh. Semua mata pelajaran ia kuasai. Terkecuali pelajaran matematika. Ia sungguh pusing melihat angka-angka itu. Tasya pun mengacak rambut nya frustasi. 

Tok.. Tok.. Tok..

"Masuk aja! Gak di kunci kok!" jawab Tasya dari dalam. 

Ceklek

Seorang lelaki bertubuh atlentis pun masuk kedalam kamar Tasya. "Lagi ngapain lo dek?" tanya nya sekedar basa-basi. 

Tasya pun menoleh ke arah kakak nya itu. "Lo punya mata kan? Jelas-jelas gue lagi belajar. Nah, sekarang lo ngapain di sini bang Azka?" cerca Tasya. Azka pun terkekeh mendengar penuturan adik perempuan nya itu. 

"Gue cuman mau nanya aja kok. Gimana sekolah baru lo? Ada yang jahatin? Baik semua gak sama lo? Ada yang deketin lo gak?" tanya bertubi-tubi Azka. 

Tasya pun berdecak sebal. Kakak nya ini memang posessif terhadap nya. "Bagus kok sekolah baru gue, gak ada, baik kok, emm.. Gak ada" Tasya berpikir sejenak untuk jawaban terakhir nya. 

Azka pun menganggukan kepala nya. "Bagus. Nanti kalo ada yang apa-apain lo, gue yang paling maju duluan. Enak aja dia jahatin princess." Azka pun menjadi sebal sendiri. Tasya pun terkekeh melihat kelakuan kakak nya ini. 

"Yaudah, lo mending tidur sekarang. Udah jam 10 malem tuh. Gak usah maraton drakor dulu!" perintah Azka seraya mengelus dengan sayang pucuk kepala Tasya. Tasya pun mengangguk sebagai jawaban.

Azka pun keluar dari kamar Tasya dan memasuki kamar nya. Setelah Azka pergi dari kamar nya, Tasya kembali melanjut kan kegiatan nya yang sempay tertunda. 

Setelah 30 menit ia menyelesai kan tugas dari Bu Kinan selaku guru matematika di SMA Galaxy. "Akhir nya selesai," gumam Tasya. 

Tasya pun merebah kan tubuh nya ke kasur king size nya. Ia pun membuka room chat dati sahabat-sahabat nya.

Alsya | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang