61 : Pengkhianatan Sahabat

1.7K 79 5
                                    

Lucu deh komentarnya di part sebelumnya. Pada kesel ya sama Vano?

-----

Sesil membantu Tasya mengubah posisinya menjadi terduduk. Beberapa menit yang lalu gadis itu telah sadar dan meminta segelas air mineral.

Bi Ema yang baru datang dengan segelas air mineral menyodorkan gelas itu pada Tasya. Tasya menerima gelas itu, tak lupa untuk berterima kasih.

Setelah meminumnya hingga tandas, Tasya meletakan gelas kosong itu di nakas. Wajah pucatnya menatap satu persatu sahabatnya. "Kalian udah lama di sini?"

Riana menggeleng. "Baru sekitar tiga puluh menit kita di sini." Tasya mengangguk dengan mulut membulat.

"Gue pingsan kira-kira berapa jam?"

Nayya mengangkat bahunya acuh. "Nggak tau, gue aja dapet kabar dari Kenzi kalo lo sakit di rumah."

"Kenzi tau dari mana?"

"Katanya sih dari Andri. Soalnya kata Kenzi dia yang bawa lo balik."

"Gue pingsan di roofftop ya?"

"Engg─"

"Lo ngapain ngadain sesi wawancara sih? Seharusnya kan kita yang ngadain sesi wawancara." potong Sesil. Tasya menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba saja terasa gatal.

"Nah giliran kita yang ngadain sesi wawancara." ujar Sesil. Tangannya mengepal tepat di depan dadanya, menepuk-nepuk tangannya layaknya mic.

"Bagaimana bisa anda pingsan di roofftop, mbak Tasya?" tanya Sesil. Kepalan tangannya yang di depan dada berubah menjadi di depan mulut Tasya.

"Nggak tau."

"Oke. Apa Vano bermain kasar?" tanyanya lagi. Riana menahan tawanya, ia menoyor kepala Sesil pelan.

"Pertanyaan lo terlalu ambigu."

Sesil manatap Riana malas. "Otak lo yang terlalu kotor."

"Enggak kok. Dia nggak main kasar." alibi Tasya. Ia mana mungkin bilang pada teman-temannya kalau Vano kasar dengannya. Bisa-bisa besok akan terjadi perang dunia.

"Terus ini apa?" Hyona menunjuk luka-luka Tasya satu persatu. Tasya meneguk salivanya kasar. Melihat teman-temannya menatap tajam kearahnya membuat bulu kuduk berdiri seketika.

"Lo pasti bohong." tebak Riana.

"Luka di tubuh lo nggak mungkin ada sendiri. Pasti ada penyebabnya." ujar Sesil.

‟I─itu gara-gara kegores doang kok.” elak Tasya. Kepalanya tertunduk, menghindari tatapan-tatapan tajam teman-temannya.

"Bohong!" seru mereka serempak.

"Ngaku atau─"

Ceklek!

Tepat sebelum Nayya menyelesaikan ucapan ancamannya, pintu kamar Tasya lebih dulu terbuka menampilkan para lelaki. Diam-diam Tasya menghela nafas panjang. Untuk saja Aldo mengetuk pintu tepat waktu.

Alsya | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang