21 : Sebotol Minuman

1.8K 155 13
                                    

Kalau ada yang punya kuota tambahan, baca nya sambil denger lagu di mulmed ya. Aku nulis ini sambil denger lagu itu.

Happy Reading!

.
.
.
.
.

Vano menghisap rokok nya lalu menghembus kan nya. Hari ini ia bolos untuk pelajaran sejarah yang membosan kan. Ia memilih rooftoop sebagai tempat bolos nya kali ini. Vano menoleh saat decitan pintu roofftop terdengar. "Bolos?" Vano mengangguk sebagai jawaban.

Seseorang itu duduk di samping Vano. Vano menoleh kearah cowok itu. "Ngapai duduk?"

"Ngapain gue berdiri terus padahal ada sofa yang nganggur." jawab nya lalu mengeluar kan rokok dan melakukan sama seperti Vano.

"Lagi galau lo?"

"Ngapain nanya-naya?"

Andri merangkul pundak Vano. "Yaelah gue kenal lo bukan sebulan dua bulan. Gue kenal lo udah dari orok." Vano menepis tangan Andri yang berada di pundak nya.

"Ngapain lo rangkul-rangkul?"

"Nggak asik lo mah."

"Ngapain lo disini?"

"Nemenin lo lah. Lo 'kan lagi galau."

Vano bedecam sebal. "Ck. Gue nggak galau."

"Bohong. Bukti nya lo tiba-tba gebrak meja pas Aldo ngacak rambut Tasya." Andri menoleh kearah sahabat nya itu.

"Lo cemburu 'kan?"

Pertanyaan Andri mampu membuat Vank terdiam sejenak. Benar kah diri nya cemburu? Tapi untuk apa?

"Gue─"

"Gue?" desak Andri. Vano menghela nafas pelan.

"Gue nggak tau." kepala Vano tertunduk.

Andir terkekeh pelan. "Pano anak gue udah besar ya?" Andri mengelus puncuk kepala Vano. Vano mendelik kearah Andri.

"Najis."

Tawa Andri pun pecah. "Lo cerita nya galau gara-gara ngeliat kedeketan Aldo sama Tasya?" Aldo terdiam tanpa berminat untuk menjawab petanyaan Andri.

"Jadi cerita nya seorang ketua Alvazma yang bernama Putra Alvano Albarak ini lagi jealous." Andri tersenyum penuh arti pada Vano.

"Lo suka 'kan sama Tasya." tebak Andri.

"Gue? Suka sama Tasya?" Vano menunjuk diri nya sendiri.

"Impossible." lanjut Vano.

"Halah nanti tiba-tiba lo jadi bucin nya Tasya."

"Mustahil."

"Awas loh kemakan omongan sendiri. Nanti gue nggak mau nanggung kalo lo galau."

"Nggak akan pernah."

-----

"Permisi, ada Kak Tasya?"

"Nyari siapa?" tanya Nayya pada adik kelas itu.

"Kak Tasya." Nayya mengangguk lalu memutar tubuh nya sedikit.

"ANASTASYA ZEVANYA XAVIER!"

Tasya yang sedang tertidur dengan kedua tangan yang menjadi bantalan pun tergelonjak kaget saat suara nyaring Nayya terdengar di seluruh penjuru ruangan kelas. Adik kelas saja sampai meringis mendengar suara Nayya yang begitu nyaring.

Alsya | CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang